Dosen Filsafat UI: Pemimpin Akal Sehat Tak Gunakan Hoaks dan Fitnah

Hitler merupakan sosok pemimpin yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan menciptakan badan propaganda untuk membuat isu.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 05 Mar 2019, 19:33 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2019, 19:33 WIB
Peluk Hangat Jokowi - Prabowo Akhiri Debat Perdana Pilpres 2019
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Dosen Filsafat Universitas Indonesia, Donny Gahral Adian, mengatakan dewasa ini masyarakat harus menggunakan akal sehat untuk memilih pemimpin. Jangan sampai memilih pemimpin yang menghalalkan segala cara untuk menang.

"Hoaks dihalalkan, fitnah dihalalkan, kampanye hitam dihalalkan. Jadi yang sakit itu yang hanya memikirkan bagaimana cara meraih kekuasaan," ucap Donny di Megawati Institute dalam sebuah diskusi dengan tema Bernegara dengan akal sehat antara fakta dan propoganda, di Jakarta, Selasa (5/3/2019).

Dia mencontohkan apa yang terjadi di Jerman, saat Adolf Hitler berkuasa. Dirinya mengambarkan Hitler merupakan sosok pemimpin yang hanya mementingkan kekuasaan, bahkan menciptakan badan propaganda untuk membuat isu.

Sehingga, inilah contoh pemimpin yang tak memiliki akal sehat.

"Kalau seorang mendapatkan kekuasaan dengan hoaks, fitnah, dan menggunakan sentimen agama, pasti bukan cara-cara dengan akal sehat," jelas Donny.

Dia menuturkan, jika melihat Jokowi, jelas berbeda dalam kampanyenya.

"Pak Jokowi, cara beliau adalah cara bekerja. Berkampanye dengan bekerja, bukan berkampanye dengan berkisah. Dia tahu betul amanah konstitusi yang diembannya. Menyejahterakan bangsa dengan KIP, jadi tidak mungkin presiden seperti itu yang tidak berakal sehat," ungkap Donny.

Senada, Ketua Pedoman Research and Communication, Fadjroel Rachman, memuji apa yang dilakukan Presiden Jokowi. Salah satunya soal pembagian sertifikat.

"Pak Jokowi masuk, ada perubahan struktural terjadi. Ada yang hebat, soal sertifikat. Itu perubahan struktural dalam retribusi aset," dia memungkasi.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya