ICW: Tidak Berdasar Mengaitkan Kasus Novel dengan Motif Politik

Dia memakai logika hukum, bahwa tidak akan bisa disimpulkan motif penyerangan manakala aktornya saja belum terungkap.

oleh Yopi Makdori diperbarui 17 Jul 2019, 20:46 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2019, 20:46 WIB
TGPF Ungkap Hasil Investigasi Kasus Novel Baswedan
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen M Iqbal (tengah) bersama tim pakar kasus Novel Baswedan saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (17/7/2019). TGPF menduga kuat teror air keras kepada penyidik senior KPK tersebut dipicu oleh kasus-kasus yang sebelumnya ditangani. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW) Donal Fariz menilai kesimpulan anggota Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang mengaitkan penyerangan mantan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dengan motif politik sangat tidak berdasar.

Menurut dia, pendapat itu tidak beralasan dan terlalu meloncat ke kesimpulan. Padahal, sebelum pihak kepolisian menarik kesimpulan, semestinya mereka harus menemukan terlebih dahulu para dalang penyerangan, karena dari merekalah motif bisa diketahui.

"Menurut saya konklusi itu terlalu jumping, sebab mengaitkan dugaan motif penyerang dengan politik sementara aktor justru belum terungkap itu menurut saya jumping conclusion," ucap Donal di kantor ICW, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (17/7/2019).

Dia memakai logika hukum, bahwa tidak akan bisa disimpulkan motif penyerangan manakala aktornya saja belum terungkap. Ia justru melihat ketidakseriusan Polri dalam menangani kasus teror yang menimpa mantan penyidik lembar antikorupsi tersebut.

"Semakin lama kasus ini ditangani dan tidak terungkap, maka kemudian mengonfirmasi bahwa Polri tidak serius menangani. Dan ini akan berimplikasi kepada legitimasi institusi kepolisian," tegas Donal.

Sebelumnya, TGPF kasus penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan menduga terdapat motif politik dalam kasus yang hingga kini belum terungkap. Dugaan motif politik itu berkaitan dengan kedudukan Novel sebagai bagian dari lembaga antirasuah.

Salah satu anggota tim gabungan, Hendardi mengatakan kasus Novel bukanlah kasus biasa. Kasus itu juga berbeda dengan kasus pembunuhan yang bisa saja terjadi di pinggir jalan.

"Tentu saja ini bukan perkara biasa, jadi pasti bukan perkara pembunuhan biasa di pinggir jalan atau apa tapi ini perkara yang melibatkan, saya kira orang yang juga bisa kita kategorikan sebagai ada latar belakang politik," ujar Hendardi saat konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (16/7/2019).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Telusuri Motif

Selain itu, pria yang juga ketua Setara Institute juga menyebut kasus tersebut masuk kategori high profile. Atas dasar itulah, muncul dugaan ada motif politik di belakang peristiwa tersebut.

"Karena itu kami berkepentingan untuk mencari juga motif-motif di balik itu semua dan motif itu kami telusuri. Dari motif-motif apa saja yang mungkin yang kami temukan dalam hal ini itu nanti pada pekan depan akan kami sampaikan," kata Hendardi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya