Nelayan Muara Gembong Curhat soal Abrasi, Ini Solusi Wagub Uu

Menurut Uu, jalur air yang menjadi akses utama nelayan untuk beraktivitas, harus terkondisikan dengan baik.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 19 Jul 2020, 11:48 WIB
Diterbitkan 19 Jul 2020, 11:47 WIB
Kampung Muarajaya yang Hilang Ditelan Abrasi
Warga melintas di atas puing bangunan yang terkikis akibat abrasi di Desa Pantai Mekar, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, Kamis (20/6/2019). Puluhan rumah warga di Kampung Muarajaya RT01/RW01 Desa Pantai Mekar hilang tersapu air saat terjadi abrasi selama 10 tahun. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Nelayan di Desa Pantai Mekar, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, mengeluhkan kondisi mata pencaharian yang semakin sulit akibat abrasi. Banyak tambak nelayan yang rusak sehingga membuat pendapatan kian menurun.

Kondisi yang sudah lama dialami nelayan Muaragembong ini, tak pelak membuat mereka merugi. Nelayan mengalami gagal panen akibat kerusakan tambak yang disebabkan abrasi hingga banjir rob.

Terkait hal ini, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, perlu adanya koordinasi dengan dinas terkait untuk menindaklanjuti masalah abrasi di Muara Gembong yang sudah lama dikeluhkan nelayan.

"Abrasi ini sebenarnya aliran sungai, jadi harus ada koordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air," kata pria yang akrab disapa Kang Uu itu di Bekasi, Minggu (18/7/2020).

Menurut dia, jalur air yang menjadi akses utama nelayan untuk beraktivitas, harus terkondisikan dengan baik. Karenanya ia meminta dilakukan perbaikan seoptimal mungkin, khususnya jalur di kawasan tambak yang menjadi satu-satunya akses warga menuju perkotaan.

"Sekali perjalanan itu sekitar 1,5 jam, pulang pergi jadi 3 jam. Tapi kalau lewat jalur darat bisa lebih cepat karena lebih dekat, dan biayanya juga lebih irit," ujarnya.

Semangati Anak-Anak Muara Gembong

Selain itu, lokasi pengisian BBM yang cukup jauh, diakui Kang Uu membuat biaya produksi meningkat sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Karena itu perlu dibuatkan tempat pengisian BBM yang strategis untuk menekan biaya produksi nelayan.

"Yang diminta adanya pembangunan tempat pengisian BBM untuk nelayan. Karena nelayan Muaragembong harus membeli BBM ke Kabupaten Karawang, jadi biaya produksinya meningkat," paparnya.

Kang Uu juga mengapresiasi semangat yang dimiliki anak-anak nelayan Muaragembong untuk menempuh pendidikan, meski di tengah keterbatasan ekonomi. Ia ingin semangat anak-anak tersebut ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai dari pemerintah setempat.

"Bantuan yang diberikan untuk proses pendidikan dari berbagai macam sumber, tapi yang penting anak-anak nelayan ini sekolah," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya