Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas Gunung Merapi hingga kini masih relatif tinggi. Dibuktikan saat awan panas Merapi kembali dimuntahkan dari puncaknya, Rabu (27/1/2021) siang, sekitar pukul 13.35 WIB.
Peristiwa tersebut sempat membuat panik warga dan langsung berhamburan ke luar rumah untuk menyelamatkan diri. Kini warga telah kembali ke rumahnya masing-masing.
"Namun, tidak terlalu lama, dan saat ini mereka sudah kembali ke rumah masing-masing," kata Camat (Panewu) Cangkringan Suparmono di Balai Desa Glagaharjo, Rabu.
Advertisement
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) juga menyampaikan, bahwa telah terjadi guguran awan panas dari Gunung Merapi sebanyak 14 kali hari ini dalam rentang waktu pukul 06.00-10.00 WIB.Â
Guguran awan panas meluncur sejauh 1.500 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong. Meski aktivitas terbilang tinggi, status Gunung Merapi hingga kini masih berada pada level III atau siaga.
Berikut sejumlah kondisi terkini dari Gunung Merapi yang kembali meluncurkan awan panas dihimpun dari Liputan6.com:
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Luncurkan Awan Panas Rabu Siang
Luncuran awan panas yang cukup besar, turun dari puncak Gunung Merapi terjadi sekitar pukul 13.35 WIB.
Kondisi tersebut sempat membuat warga di lereng Gunung Merapi di Dusun Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul, Kelurahan Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sempat kaget dan berlari keluar rumah.
Menurut penuturan Camat (Panewu) Cangkringan, Suparmono, sampai saat ini kondisi di Kalitengah Lor maupun Kalitengah Kidul masih relatif aman dan tidak terpantau adanya hujan abu di wilayah setempat.
"Tidak ada evakuasi warga lereng Merapi. Mereka tidak diungsikan ke barak. Saat ini sudah pulang ke rumah masing-masing," katanya seperti dikutip Antara.
Advertisement
14 Kali Gugurkan Lava Pijar
Sebelumnya, BPPTKG Yogyakarta merilis bahwa Gunung Merapi di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu, mengeluarkan awan panas guguran sebanyak 14 kali, Rabu (27/1/2021) pagi.
Dengan jarak luncur maksimum sejauh 1.500 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
"Akibat awan panas ini, dilaporkan terjadi hujan abu intensitas tipis di beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali, dan Boyolali kota," kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta.
Berdasarkan periode pengamatan mulai pukul 06.00-10.00 WIB, awan panas guguran pertama keluar pada pukul 06.03 WIB yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 40 mm dan durasi 83 detik. Jarak luncur diperkirakan sejauh 800 meter ke barat daya dengan tinggi kolom tersapu angin ke lereng arah timur.
Awan panas kedua meluncur pada pukul 6:08 WIB yang tercatat di seismogram dengan amplitudo 43 mm dan durasi 111 detik. Awan panas meluncur ke Kali Karasak dan Boyong dengan jarak luncur 1.000 meter dan tinggi kolom tersapu angin ke lereng arah timur.
Kemudian awan panas terakhir terjadi pada pukul 09.42 WIB. Awan panas guguran ini tercatat dengan amplitudo 15 mm dan durasi 90 detik. Jarak luncur 900 meter ke arah barat daya.
Semburkan 36 Kali Awan Panas Guguran
Gunung Merapi di di Kabupaten dan Kota Sleman, Magelang, Boyolali, Klaten, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah juga dilaporkan menyemburkan 36 kali awan panas guguran.
Menurut Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (BPPTKG-PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Hanik Humaida, awan panas guguran itu memiliki jarak luncur antara 500-3.000 meter ke arah barat daya atau hulu Kali Krasak dan Boyong.
"Awan panas tercatat di seismogram dengan amplitudo antara 15-60 mm dan durasi 83-197 detik. Sejumlah lokasi melaporkan hujan abu dengan intensitas tipis (hingga tebal), seperti di beberapa desa di Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali dan Boyolali Kota," ujar Hanik dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Rabu, 27 Januari 2021.
Hanik mengatakan hujan abu dapat terjadi akibat dari kejadian awan panas guguran. Untuk itu masyarakat diharapkan mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik seperti dengan menggunakan masker, kacamata, dan menutup sumber air.
Advertisement
Jarak Luncur dalam Radius Bahaya
Hanik menambahkan, bahwa jarak luncur awan panas masih dalam radius bahaya yang direkomendasikan oleh BPPTKG - PVMBG, yaitu sejauh 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi pada alur Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
"Masyarakat diimbau untuk tidak melakukan aktivitas di daerah yang di rekomendasikan tersebut. Pada musim penghujan kali ini, masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak Gunung Merapi," kata Hanik.
Dia pun menegaskan potensi bahaya erupsi Gunung Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Yaitu meliputi Kali Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih dengan jarak maksimal 5 Kilometerm dari puncak gunung.
Berpeluang Terjadi Lontaran Material Vulkanik
Lanjut Hanik, erupsi eksplosif masih berpeluang terjadi dengan lontaran material vulkanik diperkirakan menjangkau radius 3 kilometer dari puncak gunung.
"Sejak tanggal 4 Januari 2021, Gunung Merapi memasuki fase erupsi yang bersifat efusif yang dikenal juga sebagai tipe Merapi yaitu erupsi dengan aktivitas berupa pertumbuhan kubah lava, disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran," ucapnya.Â
Sementara itu, Kepala PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Kasbani menyebutkan dalam rentang waktu pukul 00.00-14.00 WIB tanggal 27 Januari 2021 telah terjadi 36 kali awan panas guguran.
Pada pukul 13.32 WIB ungkap Kasbani, awan panas guguran tercatat di seismogram dengan amplitudo 70 mm dan durasi 240 detik.
"Tinggi kolom tak teramati berkabut,estimasi Jarak luncur 2.000 meter ke arah Barat Daya antara lain hulu Kali Krasak dan Boyong. Statusnya sendiri masih Siaga atau Level III sejak 5 November 2020," terang Kasbani saat dihubungi via telepon.
Advertisement
Pertumbuhan Kubah Lava Terus Meningkat
BPPTKG mencatat, Gunung Merapi telah mengeluarkan awan panas guguran (APG) sebanyak 36 kali dengan jarak luncur antara 500 hingga 3.000 meter dari kawah puncak pada hari ini, Rabu (27/1/2021).
Data tersebut berdasarkan pengamatan sejak pukul 00.00 WIB hingga 14.00 WIB. Kepala BPPTKG Hanik Humaira mengatakan aktivitas Gunung Merapi tersebut, memasuki fase erupsi efusif.
Pada fase tersebut, pertumbuhan kubah lava terus meningkat dan disertai adanya guguran lava dan awan panas guguran (APG).
"Sejak tanggal 4 Januari 2020 Gunung Merapi telah memasuki fase erupsi yang bersifat efusif atau yang kita kenal juga sebagai Tipe Merapi, yaitu erupsi dengan pertumbuhan kubah lava kemudian disertai dengan guguran lava dan awan panas guguran," jelas Hanik Humaira.
Dia juga melaporkan adanya dampak APG tersebut yakni terjadi hujan abu vulkanik dengan intensitas tipis di beberapa desa di Kecamatan Tamansari, Kabupaten Boyolali dan Kota Boyolali, Jawa Tengah.
"Mengimbau agar masyarakat tidak melakukan kegiatan di kawasan Rawan Bencana (KRB) III dengan jarak 5 kilometer dari puncak pada alur Kali Krasak, Kali Boyong, Kali Bedog, Kali Bebeng dan Kali Putih," ucapnya.
Selanjutnya, untuk mengurangi risiko dari dampak abu vulkanik, pihaknya juga mengimbau kepada masyarakat agar mengenakan masker hingga menutup sumber atau penampungan air.
Potensi Lahar Dingin
Selain APG dan abu vulkanik, ancaman lain yang berpotensi terjadi adalah adanya lahar dingin, mengingat saat ini sebagian wilayah Indonesia memasuki musim penghujan.
"masyarakat selalu waspada apabila terjadi hujan di kawasan puncak Gunung Merapi. Masyarakat juga perlu mewaspadai bahaya lahar dingin, terutama saat terjadi hujan di puncak merapi," pungkasnya.
Advertisement