Liputan6.com, Jakarta - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Dwi Oktavia mengungkapkan, ada 40 anak meninggal dunia akibat gagal ginjal akut di Ibu Kota.
Sejauh ini 71 anak terdiagnosis ginjal akut, 16 orang di antaranya masih menjalani perawatan, sementara itu 15 orang anak dinyatakan sembuh.
Baca Juga
Hal ini disampaikan Dwi dalam Konferensi Pers Penjelasan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Terkait Penanganan Gangguan Ginjal Akut di DKI Jakarta, Kamis 20 Oktober 2022.
Advertisement
"Dari 71 anak yang sudah terdiagnosis gagal ginjal akut ini kita lihat anak yang masih dalam perawatan ada 16 orang, kemudian yang sudah sembuh ada 15 orang dan memang yang berakhir meninggal ada di 40 anak," kata Dwi.
Data tersebut merupakan gabungan dari kasus Januari sampai dengan 19 Oktober 2022 pukul 08.30 WIB. Dwi menyebut peningkatan kasus gagal ginjal akut di Ibu Kota terjadi pada Agustus, September, dan Oktober.
Lebih lanjut, Dwi menerangkan dari kasus yang ditemukan, pasien anak laki-laki lebih dominan ketimbang anak perempuan. Selain itu, tidak semua anak merupakan domisili Jakarta. Namun, mereka dirawat pada fasilitas kesehatan di Jakarta.
"emudian kalau dilihat dari jenis kelaminnya maka anak laki-laki lebih banyak daripada anak perempuan," kata dia.
Dari 71 kasus tersebut, 39 anak di antaranya berdomisili DKI Jakarta. Sementara itu hanya 16 orang anak yang tinggal di Jawa Barat.
"Ada 9 yang domisili di Banten kemudian juga ada masing-masing satu orang dari Jawa Timur dan Riau dan ada lima anak yang masih dilengkapi datanya," kata Dwi.
Masyarakat Diminta Waspada
Dwi meminta agar masyarakat tetap waspada terkait penyakit gagal ginjal akut tersebut. Dia juga meminta orang tua untuk melakukan pencegahan agar anak tidak mudah terinfeksi penyakit.
"Termasuk penting untuk menjaga kesehatan, cuci tangan sebelum makan atau mengkonsumsi makanan dan minuman, dan memilih makanan yang dimasak sempurna, kemudian juga mengurangi jajan apalagi jajanannya kita tidak yakin kebersihannya kesehatannya," jelas dia.
Dia juga meminta kepada orang tua untuk memeriksakan anaknya ke faskes terdekat apabila mengalami demam atau sakit lainnya. Orang tua juga diminta untuk memastikan agar anak tak kekurangan cairan.
"Kemudian mencukupkan cairannya artinya jangan sampai kekurangan cairan, dan memang kalau dibutuhkan obat penurun panas maka sebisa mungkin saat ini kita pilih obat penurun panas dari jenis sediaan tablet disesuaikan dengan dosis pada anak-anak dengan berat badan dan umur," tandas Dwi.
Advertisement