Liputan6.com, Jakarta - Cairan bius bernama rocuronium menyebabkan matinya Alamunasir, Kades Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Cairan itu ada di tubuh sang Kades setelah mantri SH menyuntikkanya, Minggu 12 Maret 2023 sekitar pukul 13.00 wib.
Kesimpulan itu didapat setelah Puslabfor Mabes Polri memeriksa barang bukti beserta sampel tubuh korban yang diserahkan tim forensik dan Satreskrim Polresta Serkot.
"Kemudian di darah, lambung serta organ empedu serta hati itu positif rocuronium. Jadi identik dengan obat yakni rocuronium," ujar Kompol Faizal Rahmad, Kasubbid toksikologi forensik Puslabfor Polri, Selasa (28/03/2023).
Advertisement
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Rocuronium adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot yang biasanya diberikan oleh dokter bersama obat bius pada pasien yang akan menjalani operasi. Obat ini juga digunakan pada prosedur pemasangan alat bantu napas.
Rocuronium merupakan penghambat neuromuskular yang bekerja dengan cara memblokir sinyal antara saraf dan otot. Cara kerja obat ini membuat tubuh pasien relaks dan tidak bergerak selama menjalani operasi. Obat tersebut juga melemaskan otot saluran napas sehingga memudahkan intubasi trakea atau pemasangan ventilator.
Sehingga obat tersebut selayaknya tidak boleh dipergunakan selain dokter dan harus melalui resep dokter. Penggunaan obat diliat resep dokter dan dosis berlebih, diduga kuat menjadi penyebab matinya Alamunasir usai disuntik oleh mantri SH.
"Itu juga obat bius yang hanya digunakan oleh dokter spesialis anastesi. Jadi tidak boleh digunakan oleh selain dokter anastesi, karena dikhawatirkan di luar dosis bisa membuat pasien meninggal," terangnya.
Dosis Aman Obat Rocuronium
Dosis aman obat rocuronium hanya 0,6 miligram per kilogram tubuh, sehingga kebutuhan setiap orang berbeda, dilihat dari total berat badannya. Jika melebihi takaran, obat bisa berubah menjadi racun.
Alamunasir diduga kuat mengalami over dosis rocuronium usai disuntik oleh mantri SH, sehingga dia mengalami kejang, pingsan hingga keluar busa dari mulutnya.
"Itu memang gejala khasnya orang over dosis itu keluar buih karena terjadi penolakan obat yang masuk ke dalam tubuhnya. Dan ini memang overdosis dari obat bius itu jenis rocuronium," jelasnya.
Sebelumnya detik-detik mantri SH suntik mati Alamunasir, Kades Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten diungkap oleh Ani, istri korban. Peristiwa mantri suntik mati kades itu terjadi pada Minggu siang, 12 Maret 2023, sekitar pukul 12.30 wib.
Kala itu, pelaku SH datang ke rumah korban seorang diri. Dia mengaku ke Ani, ingin bertemu Alamunasir untuk membuat sertifikat rumah. Ibu rumah tangga itu kemudian menelepon suaminya yang sedang di luar sekitar pukul 12.30 WIB.
Enam+04:45VIDEO: Drawing Piala Dunia U-20 2023 di Bali Batal, Indonesia Menanti Sanksi FIFA? Tak selang berapa lama, kades Alamunasir datang berboncengan dengan seseorang. Namun orang yang bersama Alamunasir dilarang mendekat.
Terjadi perbincangan antara mantri SH dengan Alamunasir di teras rumah korban. Namun pembahasan mereka berubah menjadi panas.
"Suami saya sama Pak Encop, disuruh jangan terlalu dekat, karena masalah pribadi katanya. Pak SH bilang dengan nada keras, teriak ke suami, suami saya cuma bilang minta maaf, Pak SH menuju ke suami, saya kira mau nonjok, ternyata dia nyuntik," ujar Ani usai diperiksa di Mapolresta Sektor, Kamis (16/03/2023).
Cekcok antara mantri SH dengan Alamunasir didengar penghuni rumah dan tetangganya. Saat itu, di dalam rumah korban sedang banyak keluarga yang sedang berkunjung.
Usai disuntik, korban langsung menunjukkan reaksi sesak napas dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Alamunasir kemudian dibawa ke Puskemas Padarincang untuk diobati hingga dirujuk ke RSUD Banten.
"Suami saya teriak, 'ini mah Aa disuntik mati'. Reaksinya cepet, sesak napas, keluar busa sedikit. Dibawa ke puskesmas terus ke rumah sakit (RSUD Banten) dibilang udah enggak ada (meninggal)," terangnya.
Advertisement