Diantara Pahlawan Ini, Siapa yang Berjuluk 'Si Jalak Harupat' ?

oleh Nasuri, diperbarui 12 Nov 2014, 07:56 WIB
Diterbitkan 12 Nov 2014 07:56 WIB
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Apakah anda mengenal para pahlawan yang berada dalam mata uang? Yuk kita intip sedikit informasi tentang mereka (Liputan6.com/Nasuri Suray)
Foto 1 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Apakah anda mengenal para pahlawan yang berada dalam mata uang? Yuk kita intip sedikit informasi tentang mereka (Istimewa)
Foto 2 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Pattimura (Thomas Matulessy). Ia lahir pada 8 Juni 1783 dan meninggal 16 Desember 1817. Ia dikenal dengan nama Kapitan Pattimura, pahlawan Ambon dan merupakan Pahlawan nasional Indonesia (Istimewa)
Foto 3 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Pangeran Antasari. Ia lahir di Banjar-Kalimantan sekitar tahun 1809 dan meninggal pada 11 Oktober 1862. Ia adalah Sultan (Raja) Banjar. Karena kegigihannya mengusir penjajah ia dianugerahi menjadi Pahlawan Nasional Indonesia (Istimewa)
Foto 4 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Tuanku Imam Bonjol. Ia lahir di Sumatera Barat sekitar tahun 1772. Wafat dalam pengasingan dan dimakamkan di Minahasa, 6 November 1864. Belanda membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memadamkan Perang Paderi yang dipimpinnya (Istimewa)
Foto 5 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Sultan Mahmud Badaruddin II. Ia lahir di Palembang 1767 dan wafat di Ternate, 26 September 1852. Ia adalah pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam. Namanya kini diabadikan sebagai nama bandara internasional di Palembang, Bandara Sultan Mahmud Badarud
Foto 6 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Oto Iskandar di Nata lahir pada 31 Maret 1897 di Bandung. Ia pernah menjabat Menteri Negara Kabinet Presidensial periode 19 Agustus 1945 – 14 November 1945. Ia mendapat julukan Si Jalak Harupat (Si Ayam Jantan) (Istimewa)
Foto 7 dari 7
Mengenal 6 Pahlawan dalam Mata Uang
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai. Lahir di Bali 30 Januari 1917 dan wafat 20 November 1946. Perang terkenal yang dipimpinnya disebut Perang Puputan. Namanya kemudian diabadikan dalam nama bandar udara di Bali, Bandara Ngurah Rai (Istimewa)