Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD

oleh Satria Yudha Baskara, diperbarui 13 Mar 2016, 11:00 WIB
Diterbitkan 13 Mar 2016 11:00 WIB
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Penari Reog Ponorogo beraksi saat pelaksanaan Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Penampilan Reog Ponorogo ini sosialisasi menuju pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Foto 1 dari 5
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Penari Reog Ponorogo beraksi saat pelaksanaan Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Penampilan Reog Ponorogo ini sosialisasi menuju pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Foto 2 dari 5
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Salah satu atraksi penari reog saat Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Penampilan Reog Ponorogo ini sosialisasi menuju pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Foto 3 dari 5
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Penari Reog Ponorogo tampil dalam acara Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Penampilan Reog Ponorogo ini sosialisasi menuju pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Foto 4 dari 5
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Beberapa penari reog bersiap tampil dalam Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Kesenian reog merupakan salah satu seni budaya yang berasal dari kabupaten Ponorogo. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)
Foto 5 dari 5
20160313-Menuju Pengakuan UNESCO, Reog Ponorogo Beraksi di area CFD
Salah satu atraksi penari reog saat Car Free Day di kawasan Jalan Jenderal Surdirman, Jakarta, Minggu (13/3/2016). Penampilan Reog Ponorogo ini sosialisasi menuju pengakuan UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)