FOTO: Syiar Islam di Kampung Nelayan

oleh Johan Fatzry, diperbarui 23 Apr 2021, 11:00 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021 11:00 WIB
Syiar Islam di Kampung Nelaya
Masjid yang kental dengan gaya arsitektur Jawa ini merupakan salah satu saksi bisu keberhasilan Fatahillah dalam merebut Sunda Kelapa dari genggaman Portugis.
Foto 1 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Jemaah saat menunaikan salat di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Tak banyak yang terjaga dari bangunan 'Tajuk' atau surau warisan Sunan Gunung Jati dan Raden Fatahillah ini. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 2 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Hiasan bertuliskan Wasiat Sunan Gunung Jati terpajang di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Masjid yang kental dengan gaya arsitektur Jawa merupakan salah satu saksi bisu keberhasilan Fatahillah merebut Sunda Kelapa dari genggaman Portugis. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 3 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Kohar saat mengumandangkan azan di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Di sinilah para pasukan gabungan Kesultanan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Falatehan menjalankan ibadah sekaligus menyiarkan agama Islam. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 4 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Kohar menunjukkan puncak atap bebentuk mahkota (memolo) yang masih asli di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Tercatat dalam sejarah, masjid ini menjadi masjid tertua di Jakarta bersamaan dengan kembarannya, yakni Masjid Al Alam Marunda. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 5 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Dua puncak atap masjid atau memolo yang masih terjaga di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Masjid ini dibangun pada abad 16, tepatnya pada 22 Juni 1527. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 6 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Menara masjid yang dibangun dalam pemugaran di Masjid Jami Al Alam, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Pada 1972 di bawah kepemimpinan Gubernur Ali Sadikin, masjid ini ditetapkan sebagai Cagar Budaya, sekaligus dilakukannya pemugaran oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 7 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Tampak dari depan gerbang utama masjid berbentuk limas khas Jawa di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Masjid ini berada di tengah perkampungan nelayan. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 8 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Lampu kuno di bangunan utama Masjid Al Alam, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Saat ini bangunan utama masjid masih serupa aslinya, mempertahankan mihrab dan mimbar, jumlah pintu dan jendela, 4 tiang utama (soko guru) terbuat dari kayu jati, setengah dinding dari bilik bambu. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 9 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Jam dinding kuno di bangunan utama masjid Masjid Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Masjid ini memiliki gaya atap berbentuk limas dihiasi puncak mahkota khas kerajaan Jawa atau memolo. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 10 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Jemaah saat membuka salah satu jendela Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Empat soko guru melambangkan iman, Islam, ilmu, amal. Sementara jendela yang berjumlah 8 melambangkan jumlah surga. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 11 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Jemaah memukul bedug saat menjelang azan di Masjid Jami Al Alam, Cilincing, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Banjir rob yang kerap melanda Kampung Nelayan mengubah pendopo lama lebih tinggi sehingga bangunan utama menjadi menjorok ke dalam. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)
Foto 12 dari 12
Syiar Islam di Kampung Nelayan
Nelayan bercengkerama di perahu usai ibadah di Masjid Al Alam, Jakarta, Kamis (22/4/2021). Kini Masjid Al Alam Cilincing selalu ramai dikunjungi untuk wisata religi dan tempat ibadah yang menyatukan nelayan dari berbagai suku pendatang yang berlabuh di utara Jakarta. (merdeka.com/Iqbal S.Nugroho)