Massa Pro Palestina Desak Inggris Serukan Gencatan Senjata

oleh Helmi Fithriansyah, diperbarui 22 Feb 2024, 10:35 WIB
Diterbitkan 22 Feb 2024 10:35 WIB
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Perang antara Israel dan Milisi Hamas masih terjadi hingga kini sejak konflik tersebut meletus pada 7 Oktober 2023 lalu. Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, pada Minggu (18/2/2024), jumlah korban tewas mendekati 29.000 jiwa. Sejumlah krisis menghantui para pengungsi Palestina di Gaza.
Foto 1 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Para demonstran pro-Palestina melambaikan bendera Palestina dan memegang plakat saat berunjuk rasa di Parliament Square, London pada 21 Februari 2024. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 2 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Unjuk rasa dilakukan bertepatan dengan Hari Oposisi di Majelis Rendah Inggris untuk menyuarakan gencatan senjata di Gaza. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 3 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Perang antara Israel dan Milisi Hamas masih terjadi hingga kini sejak konflik tersebut meletus pada 7 Oktober 2023 lalu. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 4 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Kementerian Kesehatan Gaza menyebutkan, pada Minggu (18/2/2024), jumlah korban tewas mendekati 29.000 jiwa. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 5 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Sementara korban yang mengalami luka, baik ringan maupun berat, kini telah mencapai 68.883. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 6 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Krisis pangan dan kesehatan mengancam wilayah Gaza yang dipenuhi pengungsi Palestina. (HENRY NICHOLLS/AFP)
Foto 7 dari 7
Massa Pro Palestina Desak Majelis Rendah Inggris Serukan Gencatan Senjata
Anak-anak di Gaza kini terancam kekurangan gizi akibat kurangnya pasokan makanan di lokasi pengungsian. (HENRY NICHOLLS/AFP)