Hindari Serangan Israel, Pengungsi Lebanon Tempuh Jalur Darat ke Suriah

oleh Helmi Fithriansyah, diperbarui 21 Nov 2024, 10:29 WIB

Diterbitkan 21 Nov 2024, 09:35 WIB

Hindari Serangan Israel, Pengungsi Lebanon Tempuh Jalur Darat ke Suriah

Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa Bangsa, UNHCR, mengeluarkan peringatan krisis pengungsi di Lebanon semakin memburuk, seiring puluhan ribu orang melarikan diri di tengah konflik yang sedang berlangsung. Saat ini, ada lebih dari 430.000 orang meninggalkan Lebanon untuk ke Suriah sejak meningkatnya konflik Israel-Hizbullah. Dari jumlah tersebut sebagian besar dari mereka adalah pengungsi Suriah. Warga Suriah yang kembali mengungsi adalah mereka yang ke Lebanon untuk menghindari konflik yang terjadi di negaranya.

Foto 1 dari 7

Orang-orang yang melarikan diri dari invansi militer Israel di Lebanon menyeberangi sebuah kawah, yang disebabkan oleh serangan Israel, di daerah Masnaa, salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Suriah, pada 20 November 2024. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 2 dari 7

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengeluarkan peringatan krisis pengungsi di Lebanon semakin memburuk, seiring puluhan ribu orang melarikan diri di tengah konflik yang sedang berlangsung. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 3 dari 7

Badan Pengungsi PBB (UNHCR) pada 25 Oktober 2024 menyebut ada lebih dari 430.000 orang meninggalkan Lebanon untuk ke Suriah sejak meningkatnya konflik Israel-Hizbullah. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 4 dari 7

Berita Terkait

Dari jumlah tersebut sebagian besar dari mereka adalah pengungsi Suriah. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 5 dari 7

Dari sekitar 430.000 orang yang menyeberang ke Suriah, 30 persen diantaranya warga Lebanon, sementara 70 persen lainnya warga Suriah. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 6 dari 7

Warga Suriah yang kembali mengungsi adalah mereka yang ke Lebanon untuk menghindari konflik yang terjadi di negaranya. (Anwar AMRO/AFP)

Foto 7 dari 7

Hingga kini, Israel terus melancarkan serangannya terhadap Hizbullah di wilayah Lebanon. Akibat serangan Israel itu jumlah korban tewas di Lebanon telah melampaui 2.000 orang. (Anwar AMRO/AFP)