Liputan6.com, Makassar - Kasus dugaan pelecehan seksual kembali terjadi di lingkungan kampus. Kali ini aksi tak senonoh itu dialami oleh seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) Universitas Negeri Makassar (UNM).
Ironisnya, terduga pelaku pelecehan seksual itu dosen laki-laki, korbannya juga adalah seorang mahasiswa laki-laki. Kejadian itu pun kini telah dilaporkan ke Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan.
Dari data yang diterima Liputan6.com, kejadian itu bermula ketika dosen berinisial K memanggil salah seorang mahasiswanya untuk melanjutkan tugas Ujian Akhir Semester (UAS) di rumah pribadi sang dosen yang berada di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada Kamis (30/5/2024) lalu.
Advertisement
Saat tiba di rumah dosen K, mahasiswa tersebut justru diminta untuk memijat sang dosen. Mahasiswa tersebut lalu diminta masuk ke dalam kamar lalu dipaksa untuk membuka baju yang ia kenakan.
Mahasiswa itu lalu dipaksa berbaring. Sang dosen kemudian mulai meraba beberapa bagian tubuh hingga meremas kemaluan mahasiswanya tersebut. Beruntung mahasiswa itu melakukan perlawanan dan kabur dari rumah sang dosen.
Presiden BEM FIS-H UNM Makassar, Fikran Prawira, membenarkan kabar ini. Bahkan, ia menyatakan bahwa kasus ini sedang dalam proses penanganan oleh Polda Sulawesi Selatan.
"Kami sudah mendapat info mengenai pelaporan korban kekerasan seksual oleh oknum dosen. Dan sedang dalam proses penanganan di Polda Sulsel," ujar Fikran dalam keterangannya, Rabu (19/2/2025).
Dia menegaskan bahwa pihaknya bersama seluruh lembaga di FIS-H UNM siap mengawal kasus ini hingga tuntas. Apalagi aksi tak senonoh dosen tersebut juga diduga dilakukan terhadap lebih dari satu orang mahasiswa.
"Kami harus kawal karena kasus ini fatal. Insya Allah kami akan kawal bersama penasehat hukum dan kawan-kawan," tegasnya dengan nada serius.
Kata Pegiat Isu Gender UNM
Terpisah, pegiat isu gender yang juga alumni UNM, Herli menyayangkan kejadian yang memalukan tersebut. Apalagi menurut dia, UNM kampus yang dikenal sebagai pencetak guru profesional.
Herli meminta agar pihak birokrasi UNM bisa kooperatif bersama penegak hukum dan berpihak kepada korban. Menurutnya, momen ini harus menjadi kesempatan untuk menunjukkan komitmen UNM menciptakan ruang yang aman bagi siapapun.
"Sangat disayangkan jika hal ini benar terjadi, sebab kampus harus menjadi tempat yang aman bagi semua," kata Herli tegas.
Lebih lanjut, Herli menekankan bahwa UNM harus bersikap tegas dalam memberantas kekerasan seksual di lingkup kampus. Ia meminta agar pihak kampus memberikan sanksi berat berupa pemecatan terhadap terduga pelaku dan tidak memberi ruang sedikit pun bagi mereka.
"Penanganan KS bukanlah tindakan yang merusak citra kampus, justru sebaliknya. Jika penanganan tegas diterapkan, UNM bisa menjadi kampus percontohan dalam penanganan kekerasan seksual di lingkungan pendidikan," jelas Herli.
Sebagai alumni, Herli menegaskan akan memberikan perhatian khusus terhadap korban secara holistik. Perlindungan ini mencakup aspek psikis, sosial, digital, dan akademik selama proses hukum berlangsung.
"Kami berkomitmen untuk melakukan intervensi dengan variabel apa pun, termasuk akses terhadap pendidikan korban. Korban berhak mendapatkan perlindungan penuh," imbuhnya.
Ia juga berharap agar tidak ada lagi pelaku kekerasan seksual yang dilindungi oleh institusi. Menurutnya, kampus harus menjadi tempat belajar dan bekerja yang aman, dengan menjamin ruang aman bagi semua civitas akademika.
"Semoga ini menjadi pelajaran bersama agar UNM dan kampus lainnya lebih proaktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman," tutup Herli.
Advertisement
Tanggapan Pihak Kampus
Sementara itu, Rektor UNM Prof Karta Jayadi mengaku telah mengetahui kabar bahwa salah seorang dosennya dilaporkan ke polisi terkait dugaan pelecehan seksual sesama jenis. Namun, ia mengaku belum mendapat laporan rinci dari pihak kampus.
"Terdengar ada laporan ke Polda, kami tidak dapat melakukan tindakan jika tidak ada laporan baik dari korban maupun dari non korban (terduga pelaku)," kata Prof Karta kepada wartawan saat dikonfirmasi terpisah.
Dia mengaku tidak bisa mengambil langkah tegas lantaran korban belum membuat laporan secara resmi ke Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Seksual (PPKS) UNM.
"Kami tidak dapat memproses hal tersebut karena tidak ada laporan yang masuk ke UNM," ujar Prof Karta.
Kendati demikian, Prof Karta bakal memberikan sanksi tegas jika betul oknum dosen yang dimaksud terbukti melakukan kekerasan seksual sesama jenis kepada mahasiswanya.
"Pasti kami jatuhkan sanksi berat jika terbukti secara hukum," tandasnya.
