Apriyani Rahayu adalah atlet bulu tangkis asal Konawe, Sulawesi Tenggara yang memiliki segudang potensi
Informasi Pribadi
ProfesiPemain Bulu Tangkis
Nama LengkapApriyani Rahayu
Tempat LahirKonawe, Indonesia
Tanggal Lahir29 April 1998
KebangsaanIndonesia
SektorGanda Putri
Peringkat dunia6 (bersama Greysia Polii)
Tinggi/Berat Badan163/64

Apriyani Rahayu merupakan atlet bulu tangkis potensial Indonesia yang bermain di sektor ganda putri. Apri, sapaan akrab Apriyani Rahayu, lahir di Lawulo, sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Gadis berusia 23 tahun ini mulai menyukai olahraga bulu tangkis kala menduduki bangku sekolah dasar. Uniknya, Apri kala itu bermain bulu tangkis tidak menggunakan raket, melainkan menggunakan sebuah kayu dan tali pancing yang telah dimodifikasi sedemikian rupa agar menyerupai raket.

Maklum, anak dari pasangan Amiruddin dan Siti Djauhar ini harus hidup dengan penuh keterbatasan akibat faktor ekonomi. Sehingga, Sang Ayah mau tak mau harus membuatkan sebuah raket dari bahan seadaanya demi mengakomodasi kesukaan Apri terhadap bulu tangkis.

Meski penuh keterbatasan, Apri sangat menyayangi sebilah raket modifikasi tersebut. Ia selalu membawa benda itu kemana pun ia pergi, termasuk dibawanya sebagai teman tidur. Ia bahkan berlatih dengan serius walau bukan dengan raket sebenarnya.

Melihat keseriusan Apri terhadap bulu tangkis, Sang Ayah pun tak tega. Amiruddin akhirnya membelikan sebuah raket anyar untuk dirinya dari usahanya menabung selama beberapa waktu. Walau bukan raket standar atlet, tetapi Apri saat itu girangnya bukan main kala mempunyai raket sungguhan.

Memiliki raket sungguhan membuat Apri semakin menggelora. Permainannya kian terasah dan menjadi salah satu pemain andalan di daerahnya. Ia pun akhirnya diplot menjadi perwakilan di cabang olahraga bulu tangkis di Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) kala menduduki kelas 5 dan kelas 6 bangku Sekolah Dasar (SD).

Latihan Keras

Meski masih SD, perjuangan Apri belajar bulu tangkis tidaklah mudah. Ia harus menempuh jarak hingga 9 KM untuk berlatih di salah satu Gelanggang Olahraga (GOR) terdekat dari rumahnya.

Apalagi saat itu Sang Ayah tidak memiliki kendaraan, Apri mau tak mau harus berjalan kaki hingga tempat latihan atau menumpang tetangga yang kebetulan lewat. Namun, bila Apri tak menemukan satu pun tetangga yang dikenal, ia akan menghabiskan 16 KM dalam sehari hanya untuk latihan.

Saat kemampuannya dalam bermain berkembang pesat, Apri dihadapkan dengan cobaan yang cukup berat. Sang pelatih harus pindah domisili ke daerah lain dan membuatnya bimbang saat itu. Sebab, pealtih tersebut merupakan satu-satunya orang yand memiliki ilmu bulu tangkis di daerahnya.

Karena bertepatan dengan tamatnya Apri di bangku sekolah dasar, ia memutuskan untuk ikut sang pelatih pindah ke Konawe. Di sana, ia tinggal langsung bersama keluarga sang pelatih sembari melanjutkan pendidikannya.

Pindah ke Jakarta

Di Konawe Apri berhasil mengikuti beberapa kompetisi bergengsi di sektor tunggal putri. Prestasinya di tingkat daerah bisa dibilang cukup ciamik, bahkan permainannya dapat memukau siapa pun yang melihatnya berlaga.

Atas prestasinya tersebut Apri dibawa Pengurus Cabang Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Konawe ke Jakarta untuk mengembangkan kariernya pada 2011. Ia dititipkan ke klub PB Pelita Bakrie yang dimiliki legenda bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto.

Namun, Apri bukan berarti tanpa syarat kala bergabung di PB Pelita Bakrie, Icuk memberikan syarat kepadanya agar menunjukkan kemampuan dan peningkatan selama 3 bulan. Bila dalam kurun waktu tersebut penampilannya mengecewakan, maka Apri harus dipulangkan ke Konawe atau tetap berlatih namun harus bayar sesuai ketentuan yang berlaku.

Untungnya penampilan Apri bersama PB Pelita Bakrie dapat menunjukkan kemajuan. Ia akhirnya dapat berlatih secara cuma-cuma dan mendapat banyak fasilitas. Kompetisi pertamanya kala membela PB Pelita Bakrie adalah Sirnas Djarum 2012 di Banjarmasin. Waktu itu, Apri masih bermain di sektor tunggal putri dan langsung gugur di babak awal.

Melihat permainan Apri yang kurang menguasai lapangan, pelatihnya di PB Pelita Bakrie akhirnya menggeser dirinya ke sektor ganda putri. Ia dipasangkan dengan anak bungsu Icuk Sugiarto yang bernama Jauza Fadhillah Sugiarto.

Bersama Jauza penampilan Apri terlihat lebih prima. Ia dapat mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya dan memperoleh beberapa prestasi bergengsi di kompetisi tingkat nasional maupun internasional.

Ia bahkan dapat membela Indonesia di ajang BWF World Junior Championships 2014 berkat perkembangannya yang menjanjikan. Namun, pada edisi tersebut, Apri tak dipasangkan dengan Jauza, ia dipasangkan dengan Rosyita Eka Putri Sari di sektor ganda putri.

Meski baru dipasangkan, Apri tak terlihat canggung, ia langsung menemukan permainan terbaiknya bersama Rosyita. Mereka bahkan langsung menyabet medali perak di sektor ganda putri pada kompetisi yang digelar di Malaysia tersebut.

Kemudian, berturut-turut hingga 2016 Apri mengukir sederet prestasi di berbagai ajang. Ia mengukirnya bersama beberapa atlet, baik di ganda putri maupun ganda campuran. Mulai dari BWF World Junior Championships 2014 dan 2015 dan Asian Junior Championships 2015 dan 2016.

Masuk Pelatnas

Atas raihan gemilangnya di berbagai kompetisi Apri dipanggil masuk ke Pemusatan Latihan Nasional (Pelatnas) PBSI di Cipayung, Jakarta Timur pada 2017. Apri langsung dipasangkan bersama atlet senior Greysia Polii di sektor ganda putri. Ia menggantikan posisi Nitya Krishinda Maheswari yang harus vakum akibat dibekap cedera.

Meski memiliki perbedaan umur hingga 10 tahun dengan Greysia, lagi-lagi Apri dapat beradaptasi dengan cepat. Ia banyak belajar dan mau menerima berbagai masukkan demi mengejar gap keterampilan mengolah shuttle cock antara dirinya dengan Greysia.

Alhasil Apri / Greysia tak butuh waktu lama untuk mendapatkan gelar juara. Tercatat pasangan anyar ini langsung meraih Juara 1 di Thailand Terbuka 2017 dengan mengalahkan ganda putri tuan rumah Chayanit Chaladchalam / Phataimas Muenwong dengan dua gim 21-12, 21-12.

Kemudian, masih di tahun yang sama, Apriyani / Greysia juga menyabet Juara 1 di Prancis Terbuka 2017 dengan mengalahkan pasangan Korea Selatan Lee So-Hee / Shin Seung-Chang dengan dua gim 21-17, 21-15 dan meraih runner up di Hongkong Terbuka 2017 usai dikalahkan pasangan kuat Tiongkok Chen Qingchen / Jia Yifan melalui rubber game 21-14, 16-21, 15-21.

Kekuatan Ganda Putri Indonesia
Apriyani / Greysia dengan cepat menjelma sebagai kekuatan utama ganda putri asal Indonesia. Mereka langsung menembus peringkat 10 besar ganda putri dunia hanya dalam waktu satu tahun.

Berbagai medali di pelbagai kompetisi bergengsi juga dapat mereka raih setelah tampil fantastis sejak 2018. Mulai dari medali perunggu Asian Games Jakarta-Palembang 2018; medali emas SEA Games Filipina 2019; hingga BWF World Championships 2018 dan 2019.

Selain itu, Apriyani / Greysia juga mampu tampil fantastis di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Mereka berhasil mempersembahkan medali emas di sektor ganda putri untuk pertama kalinya bagi Kontingen Indonesia selama berpartisipasi di olimpiade.

Apriyani / Greysia berhasil mengandaskan perlawanan dari ganda putri terkuat Tiongkok Chen Qingchen / Jia Yifan dengan dua gim langsung 21-19, 21-15. Perolehan medali ini sekaligus menjaga tradisi emas Kontingen Indonesia di ajang olimpiade sejak Olimpiade Rio 2016.

Prestasi

BWF World Championship

  • 2018 Nanjing – Perunggu Ganda Putri
  • 2019 Basel – Perunggu Ganda Putri

Olimpiade

  • Tokyo 2020 - Emas Ganda Putri

Asian Games

  • 2018 Jakarta-Palembang – Perunggu Ganda Putri dan Perunggu Beregu Campuran

SEA Games

  • 2017 Kuala Lumpur – Perunggu Beregu Putri
  • 2019 Filipina – Emas Ganda Putri dan Perak Beregu Putri

Piala Sudirman

  • 2019 Nanning – Perunggu Beregu Campuran

World Junior Championships

  • 2014 Alor Setar – Perak Ganda Putri dan Perak Beregu Campuran
  • 2015 Lima – Perak Ganda Campuran dan Perak Beregu Campuran

Asian Junior Championships

  • 2015 Bangkok – Perunggu Ganda Campuran
  • 2016 Bangkok – Perunggu Ganda Campuran