Pengertian

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik pada sistem pencernaan. GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus tersebut.

Dalam keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju esofagus, lalu masuk ke lambung. Di sana makanan umumnya bertahan selama tiga hingga empat jam untuk dicerna.

Namun pada kasus GERD, terdapat suatu kelainan. Makanan yang sudah ditampung di lambung naik kembali ke kerongkongan –atau bisa saja hanya berupa cairan asam lambungnya.

Ketika asam lambung atau makanan naik kembali ke kerongkongan, umumnya penderita mengalami sensasi terbakar atau panas di dadanya. Jika mengalami hal ini setidaknya dua kali seminggu, kemungkinan besar Anda menderita GERD.

Gangguan yang cukup berat dan mengganggu aktivitas serta tidur juga bisa menjadi indikasi GERD. Jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat timbul komplikasi yang bisa merugikan Anda. Misalnya peradangan pada esofagus (esofagitis) yang dapat menyebabkan perdarahan, luka, tukak, hingga jaringan parut pada esofagus.

Jaringan parut ini dapat membuat esofagus menjadi lebih sempit yang selanjutnya akan mengganggu proses menelan. Di antara 10-15% penderita GERD yang berkepanjangan dapat memicu masalah kesehatan yang lebih serius. Salah satunya adalah Barrett’s esofagus yang bisa menjadi kanker esofagus di kemudian hari.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis GERD, dokter akan melakukan pengumpulan informasi dari Anda. Tujuannya adalah untuk mengetahui gejala yang Anda rasakan. Selain itu, pemeriksaan jumlah asam lambung selama 24 jam juga dapat dilakukan untuk mengetahui seberapa sering dan seberapa lama proses naiknya asam lambung terjadi.

Untuk melihat keadaan selaput lendir esofagus dan lambung, dokter dapat melakukan pemeriksaan radiologi barrium meal. Sebelum difoto, Anda akan diminta untuk meminum cairan barium. Setelah itu barulah dilakukan foto dengan sinar X.

Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan endoskopi, yaitu alat berkamera yang dapat memantau keadaan langsung dari kerongkongan dan lambung Anda. Luka dan tukak – jika ada– dapat terlihat dengan jelas lewat pemeriksaan ini.

GERD

Gejala

GERD biasanya memiliki gejala yang mirip dengan penyakit mag. Meski demikian, berikut ini beberapa tanda-tanda GERD yang perlu Anda waspadai:

  • Sensasi terbakar di dada yang terkadang menjalar ke kerongkongan. Rasa terbakar ini dapat berlangsung selama 2 jam, dan umumnya memberat setelah makan. Berbaring juga dapat memperberat gejala.
  • Sensasi tersebut bisa juga disertai dengan rasa asam atau pahit di mulut
  • Nyeri dada
  • Sulit menelan
  • Batuk kering
  • Nyeri tenggorokan dan suara serak

Pengobatan

Terapi GERD dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat penekan asam lambung –seperti omeprazole, lansoprazole, pantoprazole. Obat ini dikonsumsi sebelum makan. Baclofen merupakan obat untuk memperkuat sfingter yang dapat diberikan.
Sfingter itu sendiri merupakan cincin serat otot yang terletak di sekitar permukaan dalam tubuh. Fungsinya adalah untuk mengatur pejalanan zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Obat untuk memperlancar pergerakan saluran cerna juga terkadang diberikan –seperti domperidon. Namun semua obat-obatan tersebut harus dikonsumsi atas petunjuk dokter.

Jika dengan pengobatan konvensional GERD masih tidak dapat dapat diatasi, maka diperlukan adanya tindakan pembedahan. Metode bedah yang digunakan bertujuan untuk memperkuat sfingter esofagus agar lebih kuat. Tujuannya adalah agar GERD tidak terjadi lagi.
Apabila Anda mencurigai adanya gangguan GERD, ada beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan. Memosisikan bantal kepala sedikit lebih tinggi akan meminimalkan gejala yang Anda rasakan.

Anda juga dapat mengatasi gejala GERD sementara dengan mengonsumsi obat lambung yang dijual bebas (antasida). Jika tidak berhasil, segera berkonsultasi pada dokter.

GERD dapat dicegah dengan menyantap makan malam terakhir 3 jam sebelum pergi tidur. Hindari juga konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu GERD. Misalnya makanan pedas, asam, berminyak serta minuman bersoda.
Selain itu, berhentilah merokok dan jaga agar berat badan tetap ideal. Jika Anda memiliki masalah dengan kelebihan berat badan, lakukan diet sehat agar Anda terhindar dari GERD. Bila perlu, berkonsultasilah pada ahli gizi. Mengonsumsi makanan dengan porsi yang kecil namun sering juga dapat membantu.

Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat. Pakaian tersebut dapat menekan perut dan sfingter esofagus, sehingga memudahkan terjadinya GERD. Hal ini memang terlihat sepele, namun dapat membantu menghindarkan Anda dari gangguan kesehatan yang bisa merugikan Anda.

Penyebab

GERD disebabkan karena kelemahan atau kegagalan relaksasi dari cincin yang bertugas mengatur proses buka-tutup pintu/klep yang menghubungkan esofagus bawah dengan lambung. Kelemahan dari sfingter ini bisa terjadi dengan sendirinya pada wanita hamil atau orang yang obesitas.

Selain itu mereka yang menderita asma, diabetes, skleroderma, dan penyakit hiatus hernia juga rentan terkena GERD. Beberapa makanan juga dicurigai dapat memicu GERD. Antara lain kopi, alkohol, cokelat, makanan yang digoreng, saus tomat, bawang putih dan bawang merah.

Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko GERD adalah kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang –baik secara sadar maupun tidak. Seperti merokok dan kebiasaan mengosumsi makanan dalam waktu tiga jam sebelum tidur.