Pengertian

Migrain adalah sakit kepala yang terasa seperti berdenyut dengan tingkat sedang hingga parah. Biasanya hanya menyerang di satu sisi kepala saja.
Menurut data WHO tahun 2016, orang dewasa yang memiliki kelainan sakit kepala mencapai 50 persen dari total populasi dunia. Pada tahun 2015, setengah sampai tiga perempat populasi orang berusia 18-65 tahun dunia menderita sakit kepala dan 30 persen di antaranya migrain. Umumnya, migrain diderita oleh wanita.

Tanpa pengobatan, biasanya migrain dapat berlangsung selama 4 jam. Namun, migrain tingkat parah dapat berlangsung hingga satu minggu. Frekuensi munculnya berbeda untuk tiap penderita. Tapi secara rata-rata, migrain muncul 2-4 kali sebulan. Pada beberapa kasus, migrain bisa saja muncul tiap beberapa hari sekali.

Jenis-jenis Migrain

Biasanya migrain didiagnosis melalui sesi konsultasi dengan dokter. Informasi yang dokter dapatkan dari Anda bisa digunakan untuk mengidentifikasi pola sakit kepala yang sesuai dengan gejala migrain.

Umumnya, migrain menimbulkan gejala mual, muntah, serta lebih peka terhadap cahaya, suara, dan aroma. Istilah untuk gejala yang menandakan migrain akan muncul adalah aura. Ada beberapa tipe migrain, di antaranya:

  • Migrain dengan aura. Biasanya tanda yang muncul sebelum terjadi migrain adalah seperti melihat kilatan cahaya atau telinga berdenging
  • Migrain tanpa aura. Migrain muncul tanpa gejala sebelumnya.
  • Aura migraine tanpa sakit kepala. Penderita merasakan aura, tetapi tanpa diiringi migrain

Diagnosis

Untuk mendapatkan pengobatan yang sesuai, Anda memerlukan diagnosis yang akurat. Migrain umumnya didiagnosis dengan melihat pola sakit kepala yang sesuai dengan gejala migrain.

Pertama-tama, dokter akan bertanya mengenai riwayat sakit kepala yang selama ini Anda rasakan. Jelaskan gejala dan karakteristik sakit yang Anda alami dengan detail.

Ada baiknya Anda juga memiliki catatan khusus mengenai serangan migrain yang pernah dialami. Beritahukan pada dokter mengenai lokasi sakit kepala, gejala yang Anda rasakan, durasi sakit kepala, waktu sakit kepala muncul, frekuensi sakit kepala, tingkat parahnya sakit kepala, skala 1-10.
Selain itu, informasikan juga makanan apa yang Anda konsumsi sebelum sakit kepala muncul dan jenis pengobatan yang mungkin sedang atau sudah pernah Anda lakukan. Bagi wanita, memberitahukan siklus menstruasi juga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis.

Setelahnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik misalnya memeriksa penglihatan, koordinasi antaranggota tubuh, refleks, dan memeriksa kondisi indera peraba. Pemeriksaan tersebut akan membantu mengeliminasi kemungkinan sakit kepala berkaitan dengan penyakit lain.

Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan dokter mengenai sakit kepala yang Anda rasakan:

  • Apakah sakit kepala hanya terasa pada satu sisi kepala saja?
  • Apakah sakit kepala yang Anda rasakan berupa sakit berdenyut?
  • Apakah menyulitkan Anda beraktivitas?
  • Apakah sakit kepala memburuk saat Anda melakukan kegiatan fisik?
  • Apakah disertai gejala lain seperti mual, muntah, dan sensitif terhadap cahaya serta bunyi?

Jika dibutuhkan, dokter akan menyarankan pemeriksaan saraf. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan kemungkinan Anda mengidap penyakit saraf yang bisa memengaruhi otak dan dapat menyebabkan munculnya migrain.

Migrain

Gejala

Gejala utama migrain umumnya adalah sakit kepala berdenyut yang terasa di satu sisi kepala. Biasanya, rasa sakit memburuk jika tubuh bergerak sehingga menghalangi pengidap beraktivitas normal. Pada kasus tertentu, rasa sakit itu muncul di kedua sisi kepala, wajah, dan leher.

Gejala yang dirasakan pengidap migrain dapat bervariasi. Namun, pada umumnya ada lima fase gejala migrain, yaitu:

Prodrome

Gejala yang muncul sebelum migrain menyerang. Biasanya berupa perubahan suasana hati (misalnya mudah tersinggung) atau indera peraba lebih sensitif. Kelelahan dan otot kaku juga umum dirasakan pada fase ini. Ada juga yang merasakan ngidam makanan tertentu, sembelit, atau sering menguap.

Aura

Biasanya berupa gangguan penglihatan. Ada penderita yang mengalami kilatan cahaya pada pandangan yang kabur, cahaya berwarna-warni, atau bahkan kehilangan penglihatan separuh (hemianopsia). Aura adalah gejala dari sistem saraf.

Sakit kepala

Nyeri migrain biasanya muncul hanya pada satu sisi kepala saja. Meski demikian, nyeri berdenyut ini bisa juga muncul pada kedua sisi kepala. Pada fase ini, kebanyakan penderita merasakan mual bahkan sampai muntah. Selama serangan migrain, Anda dapat menjadi sensitif terhadap cahaya dan bunyi. Tanpa pengobatan, fase ini bisa bertahan 4-72 jam.

Postdrome

Nyeri mereda tetapi gejala-gejala yang menyertainya tetap ada. Butuh waktu agak lama untuk hilang sama sekali.

Gejala penyerta

Gejala lain yang biasanya menyertai migrain antara lain berkeringat berlebihan, tidak dapat berkonsentrasi, merasa sangat panas atau sangat dingin, nyeri perut, dan diare. Namun, tidak semua penderita mengalami gejala-gejala tersebut. Gejala-gejala tersebut juga tidak selalu muncul secara bersamaan. Bahkan, dalam beberapa kasus pengidap dapat merasakan gejala tanpa disertai sakit kepala.

Tiap satu dari tiga penderita migrain mengalami gejala yang muncul sebelum migrain menyerang. Gejala ini dikenal dengan sebutan aura, yang terdiri dari:

  • Masalah visual, seperti melihat pola zig-zag dalam penglihatan
  • Kebas atau kesemutan, berawal dari satu sisi tangan dan menjalar ke arah wajah
  • Kehilangan keseimbangan atau pusing
  • Mengalami kesulitan bicara
  • Pingsan, namun ini jarang sekali terjadi

Durasi aura adalah sekitar lima menit hingga satu jam. Munculnya aura bisa diiringi sakit kepala atau tidak sama sekali.

Pengobatan

Migrain sebenarnya tidak dapat disembuhkan. Namun, frekuensi dan nyerinya bisa dikontrol menjadi lebih jarang dan ringan. Penanganannya pun berbeda untuk tiap penderita. Jadi, Anda mungkin harus mencoba beberapa metode penanganan berbeda sebelum menemukan yang cocok.
Pilihan penanganan bergantung pada frekuensi, tingkat keparahan, serta kondisi kesehatan secara umum. Ini juga termasuk kondisi khusus seperti wanita hamil dan menyusui.

Tiap penderita memiliki preferensi berbeda dalam menanggulangi migrain. Anda bisa saja merasa sangat terbantu dengan tidur atau berbaring di dalam ruangan gelap. Namun ada juga yang mencari kenyamanan dengan cara mengonsumsi sesuatu.

Biasanya penderita migrain mengonsumsi obat-obatan untuk meredakan nyeri dan meringankan rasa mual. Namun sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obatan.

Obat pereda sakit

Banyak penderita migrain terbantu dengan obat-obatan pereda sakit yang dijual bebas seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin. Waktu yang tepat untuk mengonsumsi obat pereda sakit adalah pada saat awal migrain melanda. Sebab obat memerlukan waktu untuk larut dalam darah dan meredakan gejala.

Tidak disarankan untuk mengonsumsi obat di saat nyeri sudah berlarut-larut karena efeknya tidak akan terlalu terasa. Obat pereda sakit berbentuk tablet larut adalah alternatif obat yang bisa Anda coba. Obat ini akan lebih cepat meresap ke dalam aliran darah. Tapi ingat, aspirin dan ibuprofen tidak disarankan untuk penderita berusia di bawah 16 tahun dan Anda yang memiliki masalah gangguan perut seperti maag.

Berkonsultasilah ke dokter jika Anda tidak merasa gejala membaik. Dokter mungkin akan memberikan obat dalam dosis lebih tinggi atau merekomendasikan obat pereda sakit yang dikombinasi dengan triptan dan obat antimual.

Triptan

Ini adalah kelompok obat-obatan yang secara spesifik dapat mengurangi migrain. Triptan bekerja dengan meredam perubahan zat kimia pada otak yang menjadi penyebab migrain. Kelompok obat ini akan membuat pembuluh darah menyempit sehingga menghalangi sinyal sakit pada saraf otak.
Karena fungsinya itulah triptan tidak boleh diberikan jika Anda memiliki risiko stroke atau serangan jantung. Efek samping triptan lainnya antara lain menimbulkan rasa panas, kesemutan, mual, mulut kering, mengantuk, pusing, dan lemah otot.

Obat antimual

Pada penderita migrain, obat antimual dapat meredakan gejala walaupun penderita tidak merasakan mual atau ingin muntah. Sama dengan obat pereda sakit, obat antimual paling efektif diminum sesaat setelah migrain muncul. Biasanya obat ini berbentuk tablet. Efek samping obat antimual biasanya mengantuk dan diare.

Pengobatan untuk wanita hamil dan menyusui

Secara umum, penanganan migrain dengan menggunakan obat-obatan harus dibatasi saat penderita hamil atau menyusui. Sebaiknya penderita menghindari pemicu agar migrain tidak kambuh. Jika diperlukan, dokter dapat memberikan obat pereda sakit dosis rendah seperti parasetamol. Namun, sebelum meminum obat Anda harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

Cegah Migrain

Kenali pemicu migrain Anda, seperti stres atau makanan tertentu, agar bisa menghindarinya. Ini akan mengurangi risiko migrain kambuh.
Menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, berolahraga teratur, serta memantang makanan atau minuman yang diduga bisa memicu migrain seperti kafein juga dapat meminimalisir peluang migrain menyerang.

Untuk wanita, karena migrain seringkali dikaitkan dengan perubahan hormon, sebaiknya hindari konsumsi obat-obatan yang mengandung hormon esterogen seperti pil KB.

Kapan migrain harus ditangani serius?

Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter apabila terjadi hal-hal berikut ini:

  • Frekuensi gejala migrain cukup sering dialami
  • Tingkat keparahan gejala tidak lagi dapat diatasi dengan mengonsumsi obat pereda sakit yang dijual bebas. Konsumsi obat pereda sakit juga harus sesuai petunjuk. Jika dikonsumsi terlalu banyak, tubuh akan menjadi kebal terhadapnya.
  • Migrain muncul lebih dari lima hari sebulan, meskipun Anda sudah mencoba mengontrolnya dengan obat-obatan
    Anda pun harus waspada karena sakit kepala seringkali merupakan gejala awal dari penyakit yang lebih serius. Contoh penyakit yang dimaksud adalah stroke atau radang otak, terutama jika muncul kondisi berikut:
  • Kesulitan bicara
  • Sakit kepala tak tertahankan yang tidak pernah dialami sebelumnya
  • Sakit kepala yang disertai demam tinggi, leher kaku, kebingungan, kejang, penglihatan ganda, dan ruam
  • Lengan atau wajah, sebagian atau seluruhnya, lumpuh atau terasa lemas

Jika Anda mengalami gejala di atas, segera temui dokter untuk mendapat penanganan yang cepat dan tepat.

Penyebab

Penyebab migrain belum diketahui pasti. Namun, kemunculan migrain diduga sebagai efek dari aktivitas tidak normal otak yang memengaruhi pembuluh darah, saraf, dan zat kimia di dalam otak. Jika seseorang memiliki riwayat penyakit sama dalam keluarga, maka ia memiliki risiko terserang migrain.

Pemicu migrain

Banyak hal diduga sebagai pemicu migrain. Untuk tiap penderita, migrain bisa saja dipicu oleh sebab yang berbeda-beda. Jadi, sebaiknya Anda memiliki catatan khusus agar dapat mengidentifikasi pemicu yang secara konsisten menyebabkan migrain.
Beberapa hal yang dapat memicu migrain antara lain:

  1. Perubahan hormon

    Wanita lebih berisiko menderita migrain ketimbang pria. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi kadar hormon yang berkaitan erat dengan migrain. Banyak wanita mengalami migrain pada saat menstruasi. Penurunan kadar esterogen diduga sebagai biang keroknya.
    Banyak penderita migrain wanita merasa penyakitnya membaik setelah mengalami menopause. Namun, tidak sedikit juga yang merasakan
    sebaliknya.

  2. Pemicu emosional diri

    Ternyata, migrain dapat dipicu oleh keadaan emosional penderitanya.Contohnya stres, kegembiraan teramat sangat, kecemasan, dan depresi.

  3. Pemicu fisik

    Keadaan fisik yang timbul akibat dari pola hidup juga bisa memicu migrain. Contoh pemicu fisik adalah:
    • Kelelahan
    • Tidak mendapatkan istirahat yang cukup baik dari segi kualitas maupun kuantitas
    • Ketegangan pada leher dan bahu, biasanya berkaitan dengan postur tubuh
    • Melakukan aktivitas fisik berat yang tidak biasa dilakukan

  4. Pemicu pola makan dan bahan makanan

    Berikut adalah hal-hal yang berhubungan dengan pola makan yang dapat memicu migrain:
    • Makan tidak teratur
    • Dehidrasi
    • Minuman keras
    • Minuman berkafein seperti teh dan kopi
    • Cokelat, keju, atau jeruk

  5. Faktor pemicu dari lingkungan

    Beberapa faktor lingkungan yang bisa menyebabkan seseorang migrain antara lain:
    • Cahaya terlalu terang
    • Layar (TV atau monitor komputer) yang berkedip
    • Merokok atau berada di ruangan penuh asap
    • Bunyi-bunyian bervolume kencang
    • Perubahan cuaca
    • Aroma tajam

  6. Faktor obat-obatan

    Mengonsumsi obat tidur, pil kontrasepsi, atau menjalani terapi penggantian hormon (yang kadang dilakukan untuk meredakan gejala menopause) dapat memicu terjadinya migrain.