Olimpiade Tokyo 2021 merupakan ajang olahraga internasional terbesar yang dihelat mansuia. Olimpiade diadakan setiap empat tahun sekali dan terdiri dari olimpiade musim panas dan musim dingin. Olimpiade Tokyo 2020 sendiri termasuk ke dalam olimpiade musim panas, karena waktu dan cabang olahraga yang dipertandingkan merupakan cabang olahraga yang tidak memerlukan es atau salju sebagai tempat pertandingan. Nantinya, akan ada lebih dari 11.000 atlet dari ratusan negara di dunia yang ikut berpartisipasi di dalam 339 nomor pertandingan.
Secara umum, olimpiade sejatinya sudah ada sejak ratusan tahun silam. Setidaknya tercatat dalam sejarah bahwa olimpiade pertama dilhelat pada tahun 776 SM di Olympia, Yunani. Olimpiade ini lebih dikenal dengan sebutan olimpiade kuno, sebab tujuan diadakannya olimpiade tersebut hanya untuk menghormati Dewa Zeus. Cabang olahraga yang dipertandingkan pun masih minim, yakni hanya ada lomba lari. Namun, seiring berjalannya waktu, cabang olahraga lain mulai bermunculan guna menambah keanekaragaman pertandingan, seperti gulat, tinju, penthatlon dan balap kereta kuda.
Olimpiade kuno hanya memperbolehkan pria untuk hadir di tempat pertandingan dan melarang keras wanita untuk ikut menonton. Hal ini disebabkan karena para atlet yang berlomba tidak menggunakan busana satu helai pun. Tapi, khusus perlombaan kereta kuda, siapapun boleh hadir dan melihat pertandingan. Sebab, pada cabang olahraga ini para atlet harus berbusana sebaik mungkin untuk menunjukkan status sosial yang dimiliki.
Hingga, pada pertengahan abad ke 2 SM Yunani harus tunduk kepada Kekaisaran Romawi dan kehilangan kemerdekaannya. Hal ini mengakibatkan Yunani harus beraktivitas secara terbatas dan olimpiade yang biasa mereka lakukan selama empat tahun sekali pun ikut terdampak. Masyarakat Yunani dilarang menggelar perhelatan Olimpiade lagi dan harus mendalami paganisme sebagai bentuk patuh terhadap kekaisaran. Kaisar Romawi, Theodosius I menjadi sosok yang melarang perhelatan olimpiade dan mulai efektif dilakukan pada tahun 393 M.
Olimpiade Modern
Pasca terhenti selama ratusan tahun, arsitek terkenal Pierre Baron de Coubertin bersama Dr. William Penny Brookes berusaha menghidupkan kembali olimpiade kuno. Melalui pertemuan Serikat Olahraga Atletik di Paris pada tahun 1892, Coubertin berusaha memaparkan keinginannya untuk membentuk komite olimpiade internasional. Meski tidak mendapat sambutan positif, Coubertin tak menyerah, ia mencoba cara lain dan menjelaskan secara persuasif kepada banyak orang terkait idenya membentuk komite olimpiade.
Hingga, pada Juni 1894 Coubertin kembali mengemukakan gagasannya secara lebih rinci di sebuah konferensi pers tentang olahraga internasional. Akhirnya 79 delegasi dari sembilan negara menyetujui usulannya untuk membentuk Komite Olimpiade Internasional (IOC). Di tahun yang sama, IOC langsung menggelar perhelatan olimpiade dan Athena, Ibu Kota Yunani menjadi tuan rumah pertama ajang internasional tersebut.
Olimpiade edisi perdana diikuti oleh 280 peserta dari 13 negara yang berkompetisi dalam 43 cabang olahraga. Atletik, renang, senam, balap sepeda, gulat, angkat besi, menembak dan tenis menjadi cabang olahraga utama yang dipertandingkan dan hanya diikuti oleh peserta laki-laki.
James Connoldy, atlet asal Amerika Serikat menjadi atlet pertama yang memenangkan sebuah pertandingan. Ia berhasil menjadi juara pertama di dalam cabang triple-jump saat diperlombakan di hari pembukaan olimpiade. Sebagi jawara pertama di edisi olimpiade modern perdana, Connoldy dianugerahi medaliperak dan 'medali simbolis' yang terbuat dari ranting Zaitun.
Seiring berjalannya waktu, Coubertin yang didapuk sebagai presiden IOC mampu membawa olimpiade ke level selanjutnya. Olimpiade mulai dikenal hampir di seluruh negara di dunia dan menjadi pesta olahraga terbesar yang dihelat pada abad itu. Pencapaian manisnya mulai terasa pada tahun 1924 ketika olimpiade yang diadakan di Prancis melibatkan 3.000 atlet, termasuk atlet wanita dan diikuti lebih dari 40 negara.
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020
Olimpiade Tokyo 2020 sejatinya dihelat pada 24 Juli 2020 dan berakhir pada 9 Agustus 2020. Namun, akibat adanya virus asal Kota Wuhan, Tiongkok, membuat pesta olahraga internasional empat tahun sekali itu dipaksa harus diundur. Pemerintah Jepang tidak mau mengambil risiko dengan tetap menyelenggarakan olimpiade dan membahayakan jiwa para atlet.
Namun, pandemi Covid-19 sudah satu tahun berlalu, sudah ditemukan beberapa macam vaksin guna memerangi virus tersebut. Masyarakat pun sudah banyak yang beradaptasi dengan kebiasaan baru demi mencegah penularan virus secara masif. Meski virus terus bermutasi dan menyesuaikan keadaan, manusia juga tidak mau kalah dengan kenyataan, termasuk Pemerintah Jepang. Jepang terus berupaya untuk menyediakan dan memfasilitasi Olimpiade Tokyo agar bisa dihelat pada tahun 2021.
Tarik Ulur Olimpiade Tokyo 2020
Kepala Badan Penyelenggara Olimpiade Tokyo, Seiko Hashiromo optimis Olimpiade Tokyo dapat digelar pada bulan Juli 2021 mendatang. Ia membantah rumor buruk yang menyatakan olimpiade batal digelar karena lonjakan kasus Covid-19 yang terus bertambah di Negeri Sakura.
Disisi lain, politikus Jepang, Toshihiro Nikai mendesak pemerintah Jepang untuk membatalkan pagelaran tersebut. Sekjen Partai Liberal Democratic itu tidak ingin ajang olimpiade malah menambah kesengsaraan warga Jepang dan memperburuk keadaan.
"Kalau tidak memungkinkan, sebaiknya dibatalkan. Apa artinya olimpiade kalau harus bertanggung jawab terhadap penyebaran infeksi," ujar Nikai.
100 Hari Menjelang Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020
Terhitung sejak Rabu (14/4/2021) pembukaan Olimpiade Tokyo 2020 tinggal 100 hari lagi. Pemerintah Jepang dan pihak penyelenggara terus merampungkan berbagai hal yang perlu dilakukan demi menyukseskan perhelatan bergengsi tersebut.
Selain itu, panitia penyelenggara juga telah melaksanakan pawai obor guna mempromosikan Olimpiade Tokyo kepada masyarakat Jepang agar turut menyukseskan Olimpiade yang sempat tertunda. Meski masih banyak penolakan yang terjadi, baik dari warga maupun beberapa politikus, panitia penyelenggara tetap berusaha semaksimal mungkin untuk mempromosikan Olimpiade Tokyo.