Persela Lamongan termasuk salah satu klub tua di Indonesia. Klub berjulukan Laskar Jaka Tingkir ini sudah berdiri hampir setengah abad yang lalu, tepatnya 18 April 1967. Kendati sudah berusia 49 tahun, klub yang bermarkas di Kota Lamongan ini baru menunjukkan eksistensi di persepakbolaan nasional setelah kompetisi era profesional sudah berjalan sembilan tahun, atau tepatnya pada 2003.

Klub yang memiliki pendukung fanatik bernama LA Mania ini memang baru promosi ke Divisi Utama musim 2003. Sebelumnya, Persela hanya berkutat di level bawah, Divisi Dua dan Satu.

Setelah promosi ke kompetisi kasta kedua, butuh empat tahun bagi Persela untuk mengorbit ke kompetisi level teratas, Indonesia Super League. Tiket itu mereka peroleh setelah di akhir musim Divisi Utama, Persela menempati peringkat ke-6 Wilayah Barat.

Kendati tim ini baru bercokol di kompetisi level tertinggi sembilan tahun terakhir, Persela termasuk tim yang memiliki performa stabil. Pasalnya, sejak promosi pada 2003, Persela selalu berada di papan tengah klasemen akhir. Peringkat terbaik yang mereka catatkan adalah saat mereka menempati posisi ke-6 klasemen akhir musim 2008-2009.

Persela termasuk tim yang cukup disegani di Jatim. Setidaknya, lima trofi juara Piala Gubernur Jatim (2003, 2007, 2009, 2011, dan 2012), yang mereka koleksi belum bisa ditandingi klub Jatim lainnya.

Akan tetapi, prestasi itu tak menular di sepanjang keikutsertaan mereka di turnamen berskala nasional sejak 2015. Di Piala Presiden 2015 misalnya, langkah Persela terhenti di babak penyisihan. Mereka tidak bisa berbuat banyak saat menghadapi lawan-lawannya.

Usai tersingkir di babak penyisihan Piala Presiden, Persela kembali tak mampu memetik hasil maksimal di Piala Jenderal Sudirman. Tim ini tersingkir di babak penyisihan setelah tak mampu memenangi tiga pertandingan yang dijalani.

Harapan besar sempat muncul ketika mereka ambil bagian di Piala Gubernur Kaltim 2016. Jika wasit yang memimpin pertandingan melawan Pusamania Borneo FC di laga perdana babak penyisihan tak menganulir gol bersih Persela, tim ini dipastikan lolos ke babak semifinal. Namun, faktor nonteknis membuat tim asal Jatim ini harus pulang lebih cepat setelah di laga terakhir kalah 1-3 dari Arema Cronus.

Kegagalan demi kegagalan di turnamen sebelumnya membuat Persela berbenah menjelang bergulirnya ISC 2016. Setelah mendatangkan pelatih asal Swedia, Stefan Hansson, Persela merekrut pemain-pemain berkualitas macam Herman Dzumafo, Mohamad Kdouh, dan Kristian Adelmund.

"Kami berharap mampu bercokol di papan atas klasemen ISC nanti. Itulah mengapa kami tak main-main dalam mempersiapkan tim ini untuk menghadapi ISC. Saya yakin, kami akan buat banyak kejutan di kompetisi nanti," ujar Didik Ludianto, asisten pelatih Persela.

 

BINTANG: HERMAN DZUMAFO EPANDI

Usia Herman Duzmafo Epandi memang tak lagi muda, sudah 36 tahun. Namun untuk urusan mencetak gol, striker asal Kamerun itu tetaplah salah satu yang terbaik. Pemain berpostur tinggi besar itu telah membuktikan kikisan usia tidak mengurangi nalurinya sebagai predator di kotak penalti lawan.

Bersama Persela, Dzumafo telah membuktikan kemampuannya selama uji coba maupun Piala Gubernur Kaltim 2016. Kendati dalam dua kali uji coba terakhir Dzumafo gagal memberikan kemenangan bagi timnya, ia masih yang tersubur.

Salah satu gol Dzumafo yang membuat pelatih Persela, Stefan Hansson, merasa tak salah pilih adalah golnya ke gawang Arema Cronus di Piala Gubernur Kaltim lalu. Kala itu, Dzumafo yang dikawal ketat pemain belakang Arema berhasil lolos dan menceploskan bola ka gawang lawan. Namun, gol tersebut itu tak mampu menyelamatkan Persela dari kekalahan 1-3 dari tim Singo Edan.

"Dia striker bagus yang pernah saya tahu. Tidak hanya kemampuannya mengolah bola, tapi juga pribadinya. Kami percaya, di tim ini Dzumafo menjadi bagian penting dalam perjalanan Persela di ISC A nanti," jelas Stefan Hansson, pelatih Persela.

Pemain yang pernah memperkuat PSPS Pekanbaru, Arema Indonesia, Persib Bandung, dan Gresik United itu memang sangat garang jika sudah di area pertahanan lawan. Sekali saja terlepas dari kawalan, Dzumafo bisa menjadi mimpi buruk bagi lawan.

Stefan yakin, tanpa bermaksud menepikan pemain lain, dengan ketajaman yang dimiliki, Dzumafo akan menjadi pemain andalannya di lini depan selama ISC A bergulir.

Dzumafo berjanji bakal memberikan yang terbaik bagi Persela. Maklum, di saat banyak klub lain meragukan kemampuannya pada usianya sekarang, Persela adalah satu-satunya klub yang memberikan kesempatan besar untuk membuktikan ketajamannya.

"Klub ini memberikan saya tempat dan saya merasa dihargai. Saya suka tim ini karena kekeluargaannya sangat erat. Saya akan tampil maksimal di setiap pertandingan, semoga keberuntungan selalu bersama saya," ujar pemain kelahiran Douala, Kamerun, 21 Februari 1980 itu.