Philippe Coutinho Correia adalah pemain sepak bola profesional asal Brasil yang memiliki segudang talenta. Lahir di Rio de Janeiro, 12 Juni 1992, Coutinho kecil tidak pernah menyangka kariernya bisa melesat seperti sekarang.
Terlebih, Coutinho kecil lebih suka menyendiri dibanding menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Sehingga, Coutinho lebih banyak mengamati keadaan sekitar atau setidaknya menghabiskan waktu dengan melihat kakak nya mengolah si kulit bundar.
Namun, seiring berjalannya waktu, Coutinho mulai tertarik memainkan olahraga tersebut. Apalagi kedua kakaknya, Cristiano dan Leandro kerap menghabiskan waktu untuk bermain bola di dekat rumahnya
Alhasil, Coutinho mulai mencicipi olahraga ini dan merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ia merasa nyaman kala bermain sepak bola meski dirinya tidak akrab dengan teman sebayanya.
Disisi lain, permainan Coutinho kecil bisa dibilang begitu luar biasa. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa Coutinho memiliki talenta terpendam yang dapat diasah. Alhasil, mendengar banyaknya perkataan positif dari lingkungannya membuat Coutinho semakin giat berlatih.
Ia bahkan mendapat desakan dari teman neneknya untuk mengikuti sekolah sepak bola yang ada di dekat rumahnya. Desakan ini semata-mata karena Coutinho perlu tempat berlatih guna meningkatkan kemampuannya dengan cepat.
Perkembangan Karier Coutinho
Masuk ke akademi sepak bola lokal ternyata menjadi pilihan tepat bagi Coutinho. Kemampuan bermain serta olah bola yang dimiliki meningkat tajam seiring banyaknya turnamen yang diikuti. Tak berhenti sampai di sana, kemampuan yang dimiliki Coutinho juga dilirik salah satu akademi klub sepak bola bernama Vasco da Gama yang bermain di kasta kedua sepak bola Brasil.
Waktu itu, ayah Coutinho didekati oleh pemandu bakat Vasco da Gama guna memberikan imbauan kepada anaknya agar pindah ke akademi Vasco da Gama. Sang Ayah yang melihat tawaran ini sebagai peluang besar tampaknya menyetujui kepindahan Coutinho ke akademi tersebut.
Ia bahkan langsung membujuk Coutinho agar mau menimba ilmu di sana demi kebaikan dirinya dan karier Coutinho di masa depan. Disisi lain, Coutinho pun tak ambil pusing, ia juga menyetujui tawaran ini dan berpindah ke akademi sepak bola Vasco da Gama dalam waktu singkat.
Coutinho akhirnya memulai petualangan barunya pada usia yang cukup belia. Saat itu, usianya baru menginjak 7 tahun. Walau begitu, Coutinho tidak patah arah. Ia begitu bersemangat untuk menimba ilmu sebanyak mungkin demi mengejar cita-citanya bermain di klub-klub besar Eropa layaknya pemain Brasil lainnya.
Pada tahun 2008, cita-cita Coutinho untuk merumput di Benua Biru tampaknya dapat terealisasikan dalam waktu dekat. Ia mendapat tawaran dari raksasa Serie A Italia untuk bermain di Negeri Pizza.
Adalah Inter Milan yang mendapat tanda tangan bintang muda asal Brasil ini. Pelatih Inter Milan saat itu, Rafael Benitez bahkan menilai Coutinho memiliki prospek cerah bersama Nerazzurri.
Hanya saja, Coutinho tidak dapat langsung bergabung bersama Inter Milan. Kendala umur menjadi penghalang Coutinho untuk melakukan debutnya di Italia. Maklum, saat diberikan kontrak, usia Coutinho baru menginjak 16 tahun. Alhasil, ia dipersilakan untuk mengasah kemampuannya di Vasco da Gama selama dua musim hingga usianya cukup untuk bekerja di Eropa.
Mencicipi Rumput Eropa
Pada Juli 2010, tepatnya ketika Coutinho genap berusia 18 tahun, dirinya dengan senang hati langsung terbang ke Kota Milan. Ia berangkat dengan segudang asa usai mendapat izin kerja dari otoritas terkait.
Debut perdananya di Serie A terjadi pada 27 Agustus 2010. Ia turun sebagai pemain pengganti kala Inter Milan berlaga di babak final UEFA Super Cup kontra Atletico Madrid. Namun, debutnya bersama Nerazzurri tampaknya tak berjalan mulus, sebab Inter Milan harus mengakui kekalahan 0-2 atas Atletico Madrid.
Walau begitu, tekad Coutinho untuk menjadi pemain top tidak luntur. Ia terus bekerja keras demi menembus skuat utama dan bermain secara reguler di berbagai ajang kompetisi. Meski berat, perlahan namun pasti, Coutinho mulai mendapat tempat di tim utama.
Gol perdananya bersama Inter Milan terjadi kala Nerazzurri menjamu Fiorentina di Giuseppe Meazza pada 8 Mei 2011. Coutinho sukses mencetak gol pertamanya melalui sepakan bola mati yang melengkung indah ke arah gawang lawan dan membantu Inter Milan menang 3-1 atas Fiorentina.
Diboyong Liverpool
Usai menjalani satu musim yang cukup berkesan bersama Inter Milan, Coutinho dipinjamkan Inter Milan ke Espanyol. Peminjaman ini terjadi pada pertengahan musim 2011/12 atau tepatnya pada musim kedua Coutinho di Kota Milan.
Sebagai pemain muda, tentu Coutinho tidak terlalu mempermasalahkan hal ini, sebab dirinya memang mencari menit bermain guna mengasah kemampuannya di Eropa. Ia melakukan debut pada 30 Januari 2012 bersama Espanyol kala menjamu Athletic Bilbao. Namun, lagi-lagi pertandingan pertamanya tidak terlalu mulus, Coutinho hanya berhasil membawa timnya bermain imbang 3-3.
Walau begitu, Mauricio Pochettino, manajer Espanyol saat itu, menaruh harapan besar pada sosok Coutinho. Menurutnya, Coutinho dapat diandalkan sebagai seorang gelandang yang penuh dengan kreativitas. Total, Coutinho bermain di 16 pertandingan dan sukses mencetak 5 gol pada masa peminjamannya di Espanyol.
Usai peminjaman berakhir, Coutinho kembali ke Inter Milan dengan tekad yang kuat. Namun, apa yang dibayangkan Coutinho tampaknya tak sesuai ekspektasinya. Ia jarang memperoleh kesempatan bermain dan lebih banyak menghabiskan waktu di bangku cadangan. Bahkan, dalam satu musim, ia hanya bermain sebanyak 10 kali dan mencetak 2 gol saja.
Melihat kurangnya menit bermain, Coutinho membuka peluang anyar untuk bermain di klub lain. Waktu itu, peminat Coutinho tergolong cukup banyak, kandidat terkuat yang ingin memakai jasa Coutinho adalah Liverpool dan Southampton.
Southampton tertarik mendatangkan Coutinho karena Pochettino saat itu tengah menukangi klub yang terletak di selatan Inggris ini. Sementara, Liverpool tertarik karena Coutinho memiliki bakat terpendam yang dinilai sesuai dengan skema permainan Liverpool.
Setelah menimbang-nimbang, Coutinho akhirnya memilih Liverpool sebagai pelabuhan anyarnya. The Reds menebus Coutinho dengan mahar 8,5 juta Poundsterling pada 26 Januari 2013. Ia dikontrak dengan jangka panjang dan langsung mengenakan nomor punggung kramat (10).
Kepindahannya ke Liverpool bisa dibilang langkah yang tepat, sebab Coutinho dapat menemukan sentuhan magisnya di sini. Ia dapat bermain sebagai gelandang serang, pemain di belakang penyerang, hingga menjadi gelandang kreatif di tengah lapangan.
Kemampuannya dalam mengolah si kulit bundar dan menjaganya tetap aman di antara kedua kakinya juga kerap menghipnotis para pendukung yang hadir. Bahkan ia mendapat julukan “Little Magician” dari para pendukung berkat kemampuan olah bolanya yang sangat luar biasa.
Debutnya bersama The Reds terjadi pada 11 Februari 2013. Kali ini, pertandingan perdananya berlangsung apik. Ia membantu Liverpool menumbangkan West Bromwich Albion 2-0 di Anfield. Sementara, gol perdananya terjadi kala Liverpool melawan Swansea City enam hari kemudian. Coutinho sukses mencetak satu gol ketika The Reds membantai 5-0 Swansea City.
Tantangan Baru
Coutinho membela Liverpool selama lima musim. Total dirinya sudah ikut andil dalam 152 laga dan sukses mencetak 41 gol. Ia juga bisa dibilang sebagai pilar utama permainan Liverpool, sebab banyak gol tercipta yang terlahir dari kreativitas Coutinho.
Berkat kemampuan tersebut, ia dilirik oleh raksasa La Liga Barcelona. Tak tanggung-tanggung, Blaugrana menawar Coutinho dengan mahar tinggi. Tercatat, Barcelona harus mengeluarkan biaya hingga 142 juta Poundsterling guna mendatangkan pemain asal Brasil ini.
Coutinho didatangkan guna menjadi suksesor Andres Iniesta yang hengkang pada musim panas 2018. Coutinho dinilai cocok dengan permainan Barcelona yang mengalirkan bola dari kaki ke kaki.
Ia melakukan debut pada 25 Januari 2018 ketika Barcelona sukses mengalahkan Espanyol 2-0 dalam perempat final Copa del Rey. Ia menggantikan posisi Iniesta pada menit ke-68 guna mendalami peran Iniesta lebih dalam di skuat Barcelona.
Namun, ekspektasi manajemen dan pelatih Barcelona tampaknya tidak sesuai harapan. Meski Coutinho memiliki kemampuan apik, tetapi dirinya kurang menunjukkan kontribusi nyata dalam permainan tim. Coutinho kerap kehilangan bola dan sulit membangun serangan dari lini tengah atau setidaknya mengalirkan bola ke lini depan.
Sehingga, lambat laun, Coutinho kerap mengisi bangku cadangan dan hanya dijadikan super sub belaka. Alhasil, pada akhir musim, Coutinho dipinjamkan ke Bayern Munchen untuk menemukan kembali daya magisnya pada musim 2019-2020.
Bersama Bayern Munchen, Coutinho sejatinya tidak tampil buruk selama masa peminjaman. Ia berhasil tampil di 23 laga dan mencetak 8 gol. Ia bahkan bisa mencetak hattrick dan dua assist kala Bayern Munchen menang 6-1 atas Werder Bremen.
Disisi lain, ia juga membantu Bayern Munchen mengalahkan klub nya, Barcelona, pada perempat final Liga Champions 2019. Ia bahkan berhasil mencetak dua angka ketika The Bavarian menang telak dengan skor 8-2.
Kembali ke Liga Inggris
Walau senang bermain di klub raksasa Jerman, tetapi kontrak peminjaman Coutinho tidak diperpanjang dan dirinya harus kembali ke Katalan. Ia kembali ke Barcelona guna membantu Ronald Koeman mengembalikan kejayaan Blaugrana.
Namun, kembalinya Coutinho tidak terlalu memberikan dampak signifikan. Tampaknya, permainan Coutinho kurang cocok dengan gaya permainan Barcelona. Alhasil, bakat serta kemampuan yang dimiliki kurang menonjol di Camp Nou.
Sehingga, satu musim kemudian, tepatnya pada pertengahan musim 2021-2022, Coutinho kembali dipinjamkan Barcelona. Kali ini, ia dipinjamkan ke klub Liga Inggris Aston Villa. Di sana, ia bereuni denga neks rekannya di Liverpool, Steven Gerrard yang kebetulan diangkat jadi manajer Aston Villa.
"Aston Villa dan Barcelona menyepakati kesepakatan pinjam Philippe Coutinho hingga akhir musim. Kami juga memiliki opsi transfer permanen," tulis keterangan resmi The Villans, Jumat (7/1/2022).
Bermain di Liga Inggris bukanlah hal baru bagi Coutinho, bahkan di laga perdananya bersama Aston Villa, dirinya sukses mengantarkan klubnya terhindar dari kekalahan. Ia sukses mencetak gol penyeimbang kala menaham Manchester United 2-2 di Villa Park pada penghujung laga.
Coutinho bahkan merasa dirinya lebih bahagia di Aston Villa dibanding Barcelona. Sebab, ia dapat menunjukkan kemampuan terbaiknya dan merasa bahwa sang manajer mempercayai permainan dirinya.