Kompresi Mesin
Bahan bakar Premium dapat digunakan pada kendaraan bermotor dengan risiko kompresi mesin rendah di bawah 9:1.
Warna
Penyebab Penjualan BBM Premium Masih Laris Manis
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK, Dasrul Chaniago buka suara terkait penyebab tingginya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang tidak ramah lingkungan di Indonesia. Seperti jenis Premium yang mempunyai nilai RON 88.
Menurutnya, ada dua faktor penyebab larisnya Premium. Petama, terkait penyediaan, di mana sampai saat ini Pertamina masih menjual BBM jenis Premium, sehingga memudahkan pelanggan untuk mengaksesnya.
Faktor kedua, yakni terkait harga yang terlampau murah. Alhasil konsumen lebih memilih membeli Premium kendati tidak ramah lingkungan.
"Karena ada dua faktor tekait penyediaan dan harga murah (Premium) itu, otomatis masyarakat mikir yang penting hari ini saya dapat harga murah ya sudah tidak lagi memikirkan dampaknya untuk masa depan," imbuh dia dalam webinar bersama YLKI, Kamis (3/12)
Padahal, sambung Dasrul, mayoritas kendaraan baik pribadi maupun umum yang ada saat ini dinilai sudah mendukung penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan atau memiliki kandungan RON di atas Premium. "Karena saya yakin hampir semua kendaraan yang beroperasi di jalanan baik pribadi maupun umum itu keluaran diatas tahun 2007, otomasti tidak butuh Premium dan Pertalite," paparnya.
Maka dari itu, dia menilai perlu komitmen bersama untuk mewujudkan rencana penghapusan BBM jenis Premium yang tak kunjung menemui titik terang. "Apalagi banyak negara juga yang telah menghapuskan penjualan Premium," ucap dia mengakhiri.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, menanggapi kabar rencana penghapusan BBM jenis Premium yang diisukan akan dilakukan Januari 2021 mendatang. Pihaknya menegaskan bahwa premium masih tetap dijual dan pemerintah masih menyediakan alokasinya untuk tahun depan.
"Belum ada dari Kementerian ESDM, Pertamina, mungkin sumber-sumber lain yang dikutip media. Sementara ini seperti biasa, dan alokasi sendiri untuk tahun depan tetap akan kita penuhi," ujar Menteri Arifin saat melakukan rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Senin (23/11).
Rencana Penghapusan BBM Premium di 2021 Belum Final
Vice President Promotion & Marketing Communication PT Pertamina, Arifun Dhalia, buka suara atas ramainya informasi soal rencana penghapusan penjualan BBM jenis Premium pada 2021 mendatang.
Menurutnya, sampai saat ini Perseroan masih menunggu keputusan final dari pemerintah terkait penghapusan Premium, sehingga belum ada rencana terkait penghapusan Premium di tahun depan.
"Sebagai vendor kami patuh kepada pemerintah atau regulator. Kalau ada Premium mau dihapuskan itu pasti akan diterbitkan dulu regulasinya atau SK Menteri atau Perpres. Kalau Premium itu bisa Perpres. Tapi belum ada keputusan final pemerintah, jadi kami belum ada rencana" ujar dia dalam webinar bertema "Mewujudkan Kualitas Udara dengan BBM Ramah Lingkungan di Era Transisi Normal Baru", Rabu (18/11/2020).
Kendati demikian, Arifun memastikan bahwa Pertamina berkomitmen untuk menekan polusi udara dari gas buang kendaraan bermotor. Sehingga Perseroan terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk beralih menggunakan jenis BBM yang lebih ramah lingkungan.
"Seperti melalui berbagai sosialisasi dan program Langit Biru yang memberikan diskon harga Pertalite setara Premium," paparnya.
Alhasil, tingkat penggunaan Premium lebih kecil dibandingkan jenis BBM Pertalite yang mempunyai nilai kandungan oktan riset (Research Octane Number/ RON) sebesar 90 persen. Dimana diklaim lebih ramah lingkungan.
"Itu Pertalite yang mempunyai nilai RON 90 persen, sudah 55 persen atau paling besar yang digunakan masyarakat. Sementara Premium hanya 30 persen, Pertamax 14 persen dan Pertamax Turbo 1 persendari rata-rata total nasional," paparnya.