Saddil Ramdani merupakan pesepak bola asal Kota Raha, Sulawesi Tenggara, yang kini sukses berkarier di Liga Super Malaysia. Saddil kecil tidak pernah bermimpi bisa bermain di luar negeri, ia hanya berharap bisa menyambung hidup melalui bakat yang dimilikinya. Maklum, pria kelahiran 2 Januari 1999 itu sangat menyukai sepak bola sejak kecil, bahkan ia sampai mengesampingkan pendidikan demi memenuhi hasrat bermain sepak bola.
Saddil sejatinya tidak pernah mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB) di tanah kelahirannya. Ia mengembangkan permainannya secara ototdidak dari laga ke laga yang ia lakoni dari semasa kecil. Sejak menduduki bangku Sekolah Dasar (SD), Saddil beberapa kali mulai berani ke luar kota, terutama saat memasuki kelas 5 SD. Waktu itu, ia pernah menginjakkan kaki sampai Kendari, Wara, hingga Konawe hanya untuk mengembangkan permainannya.
Seiring bertambahnya usia, emosi Saddil kala bertanding tidak bisa terkontrol. Pengaruh pubertas yang dialami Saddil menjadi salah satu pemicu emosi labilnya. Akibatnya Saddil dicekal untuk berlaga di wilayahnya sendiri, emosinya yang tak bisa dikontrol membuat rekan sejawatnya membuang Saddil.
Namun, karena Saddil sudah terlanjur cinta kepada sepak bola, ia mencari cara lain untuk terus menyalurkan hobinya. Ia memutuskan untuk pindah ke Kendari dan mulai mengikuti ajang kompetisi sepak bola level amatir (Tarkam) untuk mencari sesuap nasi.
Beberapa kali aktif bermain Tarkam, Saddil dilirik oleh seorang pemandu bakat yang kebetulan berada di Kendari. Ia menawarkan Saddil untuk pindah ke Pulau Jawa dan menekuni dunia sepak bola lebih dalam. Akhirnya Saddil menerima tawaran tersebut dan pindah ke Kota Malang. Di sana, sayap berusia 22 tahun tersebut ditampung oleh SSB Aji Santoso Football Academy (ASIFA) yang berada di bawah pengarahan langsung Legenda Timnas Indonesia, Aji Santoso.
Menjadi Pemain Profesional
Satu tahun menimba ilmu di ASIFA bakat Saddil meningkat pesat. Fisik, visi bermain, hingga pola permaiannya berkembang jauh layaknya pemain sepak bola profesional. Akhirnya ia dilirik oleh pemandu bakat Persela Lamongan yang kebetulan sudah mengamati Saddil selama beberapa waktu.
Meski usianya waktu itu baru menginjak 17 tahun, manajemen Persela tak ragu menyodorkan kontrak profesional perdana untuk Saddil. Persela yakin Saddil bisa menjadi pembeda di dalam Skuat Laskar Joko Tingkir dan memberi energi baru untuk mengarungi kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Di Persela, permainan Saddil semakin terasah. Terutama saat memasuki musim 2017, musim keduanya berseragam biru-biru langit. Waktu itu permainannya disamakan dengan wonderkid asal Persib, Febri Hariyadi. Sebab, Saddil juga mengandalkan kecepatan dan olah bola yang tinggi seperti Febri.
Pada tahun yang sama, Saddil mulai dilirik banyak pihak, salah satunya Luis Milla, pelatih Timnas Indonesia yang baru saja didatangkan dari Spanyol. Luis Milla kagum dengan kemampuan saddil kala meliuk-liuk dengan bola dan kecepatan larinya yang diatas rata-rata pemain Indonesia.
Ia akhirnya turut dipanggil Luis Milla untuk memperkuat Timnas senior kala melakoni beberapa laga persahabatan. Selain itu, Saddil juga ambil bagian bersama Timnas Indonesia U-22 di ajang SEA Games 2017 dan memperkuat Timnas Indonesia U-19 di ajang AFC U-19 yang digelar pada penghujung tahun 2017.
Berkiprah di Luar Negeri
Pasca membela Persela selama tiga musim, Saddil dilirik oleh klub asal Malaysia, Pahang FA. Pahang FA tertarik untuk mendatangkan Saddil karena performanya terus meningkat dan tampil ciamik bersama Timnas Indonesia.
Akhirnya pada Januari 2019 transfer tersebut terlaksana, Pahang FA merekrut Saddil dengan nilai transfer mencapai Rp 2,3 miliar dan menjadikannya pemain muda termahal di Liga Super Malaysia.
Selama membela Pahang FA, Saddil tampil di 20 laga dari 22 laga yang dilakoni. Ia mencetak 2 gol dan seringkali membuka keran gol bagi rekan-rekan satu timnya melalui kecepatan yang dimiliki. Meski, hanya dikontrak satu musim, pengalaman Saddil berkiprah di luar negeri bisa menjadi rapor bagus untuk dirinya di masa depan.
Pergi untuk Kembali
Musim 2020 Saddil kembali ke Tanah Air, ia dikontrak Bhayangkara FC selama satu musim untuk mengarungi Shopee Liga 1 2020. Namun, akbiat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, Saddil hanya bermain dalam tiga laga sebelum liga resmi diberhentikan oleh PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator pelaksana.
Pada penghujung 2020, kompetisi sempat diisukan kembali bergulir, namun rencana itu diurungkan akibat tidak memperoleh izin dari pihak berwenang (Polri) dengan alasan pandemi yang belum mereda dan bisa menyebabkan kerumunan.
Satu tahun tanpa kepastian membuat setiap pemain di Liga Indonesisa khawatir, termasuk Saddil. Ia khawatir fisik dan kemampuannya berkurang akibat tidak adanya kejelasan liga, disisi lain kebutuhan finansial juga mempengaruhinya untuk mencari jalan keluar dari mandeknya Liga Indonesia.
Untungnya, pada pertengahan Februari 2021, Saddil mendapatkan tawaran bermain dari negeri seberang, tepatnya dari salah satu kontestan Liga Super Malaysia, Sabah FC. Saddil dilirik oleh Sabah FC berkat rekomendasi eks penyerang Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, yang kini menahkodai Sabah FC.
Kurniawan memang tengah mengincar beberapa pemain sayap Indonesia, selain Saddil, ada beberapa nama lain seperti Febri Hariyadi dan Kushedya Hari Yudo. Namun, waktu itu, Saddil menjadi satu-satunya pemain yang paling mudah untuk didatangkan Sabah FC, karena kontraknya bersama Bhayangkara FC hanya meyisakan waktu satu bulan saja.
Kini, Saddil telah resmi berseragam Sabah FC. Ia menjadi motor serangan sekaligus pembongkar pertahanan lawan dari sisi sayap, baik kanan maupun kiri. Saddil juga menjadi pemain yang tak tergantikan di bawah komando Kurniawan. Ia diplot untuk mengirimkan umpan-umpan ciamik kepada penyerang yang dimiliki Sabah FC.
Patut ditunggu apakah Saddil mampu membawa Sabah FC bersaing di papan atas, seperti yang pernah ia lakukan kala membela Pahang FA dan membawa klub tersebut finis di peringkat kedua pada musim 2019.