Ditunjuk Jadi Bos Krakatau Steel
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk telah menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Dalam RUPS ini, pemegang saham menyepakati Silmy Karim menjadi direktur utama baru menggantikan Mas Wigrantoro Roes Setiyadi.
"Kita harapkan pengalaman Pak Silmy menyelesaikan beberapa proyek selama di Barata bisa ditularkan di Krakatau Steel," kata Deputi Bidang Industri Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno kepada Liputan6.com, Kamis (6/9/2018).
Silmy Karim sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero). Di tangan silmy, BUMN industri alat berat tersebut mampu bangkit dari keterpurukan. Bahkan, selama dipimpin Silmy, kontrak dan pendapatan Barata melonjak tajam.
Saat dikonfirmasi, Silmy mengakui memiliki tugas untuk memperbaiki kinerja BUMN baja tersebut. "Bu Menteri minta saya untuk memperbaiki kinerja BUMN sektor industri," ucap Silmy kepada Liputan6.com.
Seperti diketahui, saat ini, Krakatau Steel telah dan terus melakukan berbagai upaya perbaikan kinerja untuk menjadikan perseroan sehat dan tumbuh secara berkesinambungan.
Ini diantaranya melalui meningkatkan likuiditas, menyelesaikan proyek strategis, transformasi sales dan marketing, program efisiensi biaya melalui pola operasi yang optimal, optimalisasi aset, dan restrukturisasi keuangan.
Cerita Bos Krakatau Steel Setahun Lobi Restrukturisasi Utang Rp 2 Miliar ke Sana-sini
PT Krakatau Steel terus menanggung rugi selama bertahun-tahun. Utang dalam dan luar negeri kian menumpuk, sementara investasi yang masuk tak banyak membantu kondisi perusahaan.
Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengaku butuh waktu satu tahun melobi perbankan dalam dan luar negeri terkait permohonan pengajuan restrukturisasi kredit bayar utang.
Permohonan agar perbankan bisa memberikan keringanan dan mengoptimalisasikan biaya bunga agar utang tak makin bengkak.
"Kita hampir 1 tahun menegosiasi dengan bank, baik itu bank dalam negeri maupun luar negeri," kata Silmy dalam Webinar Strategi Membangkitkan Kembali Sektor Industri di Indonesia, Jakarta, Kamis (29/4/2021).
Silmy mengaku, sejak dirinya didapuk sebagai Direktur Utama Krakatau Steel (KS) pendapatan perusahaan memang sedang turun.
Investasi yang masuk tidak menumbuhkan pendapatan yang maksimal. Bahkan, sampai tahun 2012 utang perusahaan mencapai USD 2 miliar.
Hasil negosiasi pun berbuah manis. Berbagai rencana kerja target bisnis yang diajukan KS akhirnya disetujui. Perusahaan baja ringan ini mendapatkan keringanan dan jumlah utang perusahaan akan terus membaik hingga tahun 2027 mendatang.
"Kondisi utang ini akan terus menurun sampai tahun 2027 nanti," kata dia.
Tahun 2019, Bos KS ini mulai melakukan proses digitalisasi. Semua pekerjaan dilakukan tanpa menggunakan dokumen fisik berupa kertas.
Bahkan di tahun 2020 KS meluncurkan aplikasi jual beli produk besi baja perusahaan. Meski saat ini baru bisa melayani pemesanan produk, namun platform digital ini akan dikembangkan lebih jauh lagi nantinya.
"Desember 2020 kita launching crash mart, platform digital yang kita kembangkan buat bertransaksi," kata dia.
Efisiensi juga dilakukan perusahaan. Krakatau Steel memangkas lebih dari setengah karyawannya. Jumlah karyawan KS tahun 2018 sebanyak 6.269 orang.
Tahun 2020 dikurangi menjadi 3.0330. Hingga kuartal I-2021, jumlah karyawan kembali turun menjadi 2.998.
Dia menargetkan akhir tahun ini jumlah karyawan akan berada akan turun menjadi sekitar 2.500 orang. "Di akhir tahun ini, jumlah karyawan kami bisa sekitar 2.500 orang saja," kata dia.
Jadi Bos Barata, Silmy Karim Ingin Bangun Industri Berat
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengangkat Silmy Karim menjadi Direktur Utama PT Barata Indonesia (Persero). Pengangkatan Silmy tersebut menjadi bagian dari transformasi yang dicanangkan Kementerian BUMN untuk menjadikan Barata Indonesia semakin berkembang.
Silmy menjelaskan, selama ini Barata Indonesia tidak masuk dalam radar industri berat di Indonesia. Dalam masa tugas lima tahun, Silmy ingin menjadikan Barata sebagai pemain utama dalam industri berat. Dengan langkah tersebut, nama Barata Indonesia akan lebih dikenal oleh masyarakat.
"Tentunya membuat lebih maju heavy industry di Indonesia. Barata ini kan lama tidur. Baru 2 tahun terakhir mulai dibenahi. Pemerintah berharap Barata bisa menjadi terdepan untuk industri berat," papar Silmy di Kementerian BUMN, Senin (8/8/2016).
Menjadikan Barata Indonesia menjadi pemain utama industri berat dan juga terkenal di masyarakat bukan hal yang mustahil. Menurut Silmy, saat ini pemerintah Indonesia tengah fokus dalam pembangunan infrastruktur. Dalam pembangunan infrastruktur sendiri, beberapa alat berat menjadi satu penggerak.
Sebagai negara yang memiliki cita-cita sebagai negara maju, menurut Silmy, komitmen itu sejalan dengan perkembangan industri berat. "Saya pikir itu sudah tepat karena salah satu ujung tombak jika Indonesia ingin pertumbuhan ekonomi tinggi, industri berat itu harus kuat," tegasnya.
Dicontohkannya, dirinya melihat peluang bagi Barata untuk bisa memasok kebutuhan mobile crane di pelabuhan-pelabuhan Indonesia. Selama ini mobile crane sendiri masih didatangkan dari luar negeri. Tak hanya itu, pembuatan alat-alat pertanian serta beberapa suku cadang pembangkit listrik menjadi peluang Barata saat ini.
"Yang sedang dikerjakan saat ini salah satunya revitalisasi mesin pabrik-pabrik gula di Indonesia. Salah satu peran Barata yang eksisting di situ," tutup dia.
Untuk diketahui, sebelum menduduki posisi Direktur Utama Barata Indonesia, Silmy Karim menjabat sebagai Direktur Utama PT Pindad (Persero). Silmy Karim lengser dari Direktur Utama Pindad pada 3 Agustus 2016. Posisinya di Pindad digantikan oleh Abraham Mose yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur Utama PT LEN Industri.
Beberapa prestasi Silmy di antaranya mampu meningkatkan harga jual produk-produk Pindad kepada para pelanggannya, paling utama andalan TNI dan Polri. Dengan peningkatan harga jual itu, maka BUMN ini mampu meningkatkan produk dan daya saing perusahaan.
Tak hanya itu, beberapa produk juga berhasil dilahirkan Pindad selama dua tahun belakangan seperti Escavator dan beberapa jenis senjata, salah satunya senjata khusus pasukan operasi senyap Senapan Serbu (SS2) Subsonic.
Sederet Prestasi Silmy Karim Selama Jadi Bos Pindad
Menteri BUMN Rini Soemarno melepas jabatan Silmy Karim dari jabatan Direktur Utama PT Pindad (Persero). Silmy dikabarkan akan bergeser menempati posisi lain di BUMN.
Penyerahan Surat Keputusan (SK) pergantian direksi sendiri dilakukan sore ini di Kementerian BUMN oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Hary Sampurno.
Menurut Hary, pergantian Dirut ini bukan berarti Silmy Karim memiliki kinerja yang negatif selama memimpin Pindad. Justru prestasi yang ditorehkan Silmy di Pindad menjadikan Kementerian BUMN menyiapkan jabatan baru bagi Silmy.
"Tunggu saja nanti (jabatan baru), iya masih sekitar itu (BUMN industri strategis)," kata Hary saat berbincang dengan wartawan di Kementerian BUMN, Rabu (3/8/2016).
Dipaparkan Hary, beberapa prestasi Silmy di antaranya dia mampu meningkatkan harga jual produk-produk Pindad kepada para pelanggannya, paling utama andalan TNI dan Polri. Dengan peningkatan harga jual itu, maka BUMN ini mampu meningkatkan produk dan daya saing perusahaan.
"Karena sudah lama banget harga itu rendah, kebayang tidak sih kalau kita beli dari luar negeri mahal, kita beli dari dalam negeri tidak boleh mahal, kan lucu," papar Hary.
Tak hanya itu, disebutkan Hary, beberapa produk juga berhasil dilahirkan Pindad selama dua tahun belakangan seperti Escavator dan beberapa jenis senjata, salah satunya senjata khusus pasukan operasi senyap Senapan Serbu (SS2) Subsonic.
Hal yang menarik bagi Hary, suasana kerja di Pindad berhasil dibangun Silmy lebih menyenangkan. Dengan struktur bangunan dan lingkungan Pindad yang tertutup menurut Hary menjadikan kesan angker.
"Tapi kalau lihat pabriknya sekarang, dalam produksi sekarang terang, dulu gelap banget, sekarang lantainya mengkilap, bagus itu," pungkas Hary.