Toni Syarifudin lahir di Solo, Jawa Tengah, 1991. Ia mulai mengenal olahraga BMX sejak 2005. Selama 11 tahun bermain BMX, Tony mengalami pasang surut motivasi. Namun akhirnya ia dapat membuktikan dengan sejumlah prestasi yang bisa membawanya berlaga hingga ke ajang Olimpiade Rio 2016.
Dari PON ke Olimpiade
Atlet BMX Indonesia, Toni Syarifudin akan memulai kiprahnya di ajang Olimpiade 2016, Rio de Janeiro pada, Rabu (17/8/2016). Toni merupakan satu-satunya wakil Indonesia dari cabang sepeda BMX di gelaran multi even empat tahunan ini.
Keberhasilan Toni melaju ke Olimpiade menorehkan sejarah baru bagi Indonesia. Pasalnya, sepanjang sejarah Olimpiade, Indonesia belum pernah mengirimkan atlet dari cabang olahraga (cabor) sepeda dinomor manapun. Kepastian Toni lolos didapat setelah Indonesia menggantikan posisi Brasil yang menggunakan alokasi kuota tuan rumah.
Perjalanan Terjal ke Olimpiade
Ternyata, perjalanan Toni Syarifudin untuk mendapatkan tiket ke Olimpiade tidak diraihnya dengan mudah. Atlet berusia 25 tahun ini harus bekerja keras tak kenal letih sejak tahun 2014. Itu berarti, Toni harus memeras keringatnya selama dua tahun hanya untuk meraih tiket ke Brasil.
Sebab, salah satu syarat untuk lolos ke Olimpiade adalah dengan mengumpulkan poin yang dihitung dari 30 Mei 2014 hingga 31 Mei 2016. Dalam rentan waktu itu, Toni Syarifudin mengikuti berbagai kejuaraan seperti Kejuaraan Asia, Kejuaraan Banyuwangi Internasional BMX 2016, Kejuaraan BMX kategori C1 di Thailand dan Jepang serta Kejuaraan Dunia 2016 di Kolombia.
Lebih dari itu, dalam dua tahun tersebut, Toni sempat mengaku kesulitan dalam mengembangkan skillnya karena fasilitas latihan yang tidak ideal. Salah satunya di Sirkuit Banyuwangi tempat dia biasa berlatih. Meski bertaraf internasional, Sirkuit Banyuwangi tidak dilengkapi dengan sirkuit supercross. Padahal di setiap pertandingan selalu menggunakan sirkuit supercross.