Kanker Serviks
Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua pada perempuan di Indonesia. Menurut data GLOBOCAN 2020, setidaknya ada 36.633 (17,2 persen) kasus kanker serviks yang terjadi di Indonesia akibat Human papillomavirus (HPV), dan membunuh 57 perempuan Indonesia setiap harinya.
HPV adalah virus yang dapat menginfeksi berbagai bagian tubuh kita, salah satunya leher rahim, seperti data dari Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia (HOGI) Brahmana Askandar.
Vaksin PHV
Vaksin Kanker Serviks adalah vaksin HPV, yang bermanfaat untuk mencegah dan menurunkan jumlah kasus kanker genital, terutama kanker serviks. Vaksin ini juga penting untuk diberikan pada anak-anak yang memasuki masa remaja, juga dewasa yang belum pernah atau belum lengkap mendapatkan vaksin HPV.
Seperti halnya vaksinasi lainnya, vaksin HPV bekerja melindungi tubuh dari infeksi virus Human papillomavirus. Imunisasi ini menstimulasi tubuh untuk menghasilkan antibodi yang nantinya akan melawan HPV. Vaksin untuk kanker serviks tersebut bekerja mengikat virus dan menghalangi mikroorganisme tersebut menginfeksi sel-sel dalam tubuh.
Pembuatannya pun menggunakan protein yang berada di permukaan virus. Protein tersebut dikembangkan dengan sel ragi dalam laboratorium. Ketika protein berhasil tumbuh, senyawa tersebut membentuk diri menyerupai virus HPV asli. Walau begitu, protein ini tidak mengandung materi genetik sehingga tak dapat berkembang biak ataupun menimbulkan penyakit.
Efek Samping
Efek samping yang paling umum setelah vaksinasi adalah reaksi lokal pada tempat injeksi, seperti nyeri, kemerahan, memar, dan bengkak. Selain itu, efek samping lainnya yang dapat terjadi, antara lain demam, sinkop, sakit kepala, mual, myalgia, ruam, urtikaria, pusing, dan rasa lelah.
Vaksinasi HPV disarankan sedini mungkin bagi perempuan atau sekitar usia 9-10 tahun. Sebab, kanker serviks membutuhkan waktu sekitar 7-15 tahun di dalam tubuh manusia untuk berkembang.
Pemerintah Indonesia sendiri menganjurkan pemberian vaksin kanker serviks HPV kepada anak perempuan usia kelas 5 SD untuk dosis pertama dan dosis kedua untuk siswa kelas 6.
Namun, orang dewasa yang belum pernah melakukan vaksinasi sebelumnya atau belum pernah berhubungan seksual juga masih boleh mendapatkan vaksinasi.