Liputan6.com, Jakarta - Ju-jitsu termasuk ajang baru di Asian Games 2018. Bahkan, mereka kini jadi salah satu cabang olahraga (cabor) yang diunggulkan dalam multievent empat tahunan tersebut dengan menargetkan dua medali emas.
Banyak orang yang masih bingung mendengar nama cabor Ju-jitsu. Maklum, olahraga ini belum begitu populer di Indonesia. Negara yang mempopulerkan salah satu ilmu bela diri yang fokus pada pertarungan lantai tersebut adalah Brasil meski orang asal Jepang bernama Mitsuyo Maeda yang punya andil dalam penciptaan Ju-jitsu.
Advertisement
Baca Juga
Diresmikannya Ju-jitsu jadi salah satu cabor Asian Games 2018 jelas sebuah keinginan yang sudah lama dipendam bagi para praktisi sekaligus pecinta olahraga tersebut. Kini, Ju-jitsu pun sudah memiliki induk olahraga resmi, yakni Pengurus Besar Jiu jitsu Indonesia (PB-JI).
Semua berawal dari kesuksesan tim Ju-jitsu Indonesia di ajang Asian Beach Games 2014. Saat itu, tak diduga-duga mereka mampu membawa pulang medali perunggu dari nomor Duo System (Keindahan Teknik) berpasangan yang diperkuat Eko Hendrawan Sofyan dan Lia Nurlianty Sofyan.
Pada akhirnya, Komite Olimpiade Indonesia (KOI) pun menetapkan PB-JI sebagai salah satu anggota resmi mereka. Bahkan, KONI juga menetapkan mereka sebagai anggota tetap. Kini, Ji-jutsu justru jadi salah satu cabor yang diharapkan bisa mendulang emas Asian Games 2018.
Â
Â
Target 2 Emas
Di Asian Games 2018 nanti, Ju-jitsu dibebankan target yang tak main-main, yakni raihan dua medali emas. Agar tujuan itu tercapai, mereka pun diberikan kesempatan untuk mengasah kemampuan dalam sebuah kompetisi.
Salah satu turnamen yang bakal diikuti adalah Ju-jitsu Thailand Open yang diselenggarakan di Rangsit University Bangkok, Thailand, 8-10 Juni 2018. Selanjutnya, mereka juga telah disiapkan untuk menempa hasil latihan mereka dengan bertanding di Jepang.
"Untuk di Thailand, nanti kita berkesempatan bertemu dengan Kazakhstan, kiblatnya Ju-jitsu di Asia. Lalu ada Malaysia dan Thailand yang juga bagus di Asia Tenggara. Dari Thailand, kita akan evaluasi dulu di Jakarta lalu berangkat ke Jepang pada 20 Juli," ujar Andri saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (5/6/2018).
Secara keseluruhan, ada tiga ajang uji coba yang dijalani tim Ju-jitsu Indonesia sebagai persiapan menuju Asian Games 2018. Sebelum ke Thailand, mereka sempat bertolak ke Abu Dhabi untuk mengikuti sebuah kejuaraan. Di sana mereka bertemu dengan negara-negara kuat seperti Brasil dan Mongolia.
Pelatnas Ju-jitsu yang terdiri dari dua putri dan enam putra itu mendapatkan pengalaman bagus. Dengan hasil uji coba di sana, Andri merasa yakin bahwa timnya bisa mewujudkan target meraih dua medali emas.
"Kalau untuk saya sebagai pelatih, kalau bicara soal realistis, namanya pelatih kan ditugaskan sama PB, untuk meraih target. Kalau melihat optimismenya anak-anak, saya bisa yakin itu tercapai. Tapi yang tadi saya bilang, kita baru belajar, kita baru baca-baca peta persaingan," ungkap Andri.
Â
Advertisement
Nomor Pertandingan
Untuk nomor pertandingan, PB-JI tetap berpedoman pada aturan internasional yang dipegang Ju-jitsu Asian Union (JJAU) dan Jiu jitsu Internasional Federation (JJIF). Nantinya, akan ada tiga nomor yang dipertandingkan, yakni Newaza.
Untuk gaya bertarung, Ju-jitsu fokus pada bantingan, kuncian sedi, hingga mendapatkan posisi yang menguntungkan. Pertarungan bisa diselesaikan dengan sebuah kuncian yang memaksa lawan menyerah.
Sejatinya, ada tiga nomor yang telah masuk dalam naungai PB-JI, yakni Fighting System, Duo System, dan Newaza. Namun, di Asian Games 2018, hanya nomor Newaza yang dipertandingkan.
Newaza sendiri adalah nomor yang cukup digemari. Itu karena Newaza seperti pertandingan Judo. Akan ada sebuah kuncian, dan patahan yang sesuai regulasi sebagai senjata andalan untuk mengalahkan lawan.