Liputan6.com, New York - Sebuah penelitian yang dilakukan American College of Occupational and Environmental Medicine menemukan, bahwa setiap manusia berpotensi kehilangan produktivitasnya sekitar 11 - 14 persen setiap hari. Bahkan Amerika Serikat harus menanggung rugi hingga US$ 63 miliar atau Rp 794,5 triliun (asumsi kurs Rp 12.611 per dolar AS) karena banyak pegawai yang kurang tidur dan alhasil produktivitas kerjanya berkurang.
Mengutip laman Forbes, Rabu (14/1/2015), hasil penelitian yang digelar Harvard Medical School tersebut juga menyebutkan, kekurangan produktivitas tersebut bukan disebabkan pegawai yang tidak masuk kerja karena sakit. Namun saat berada di kantor, pegawai yang kurang tidur cenderung tidak produktif dan menampilkan kinerja yang kurang baik.
"Anda pasti pernah tetap masuk kerja saat kurang tidur, sakit kepala atau sedang demam. Anda tetap masuk ke kantor, hanya saja fokusnya tidak pada pekerjaan," ungkap Tom Rath, penulis buku ternama Eat Move Sleep.
Advertisement
Dia menjelaskan, bukan hanya penyakit yang bisa menghambat Anda mengeluarkan seluruh kemampuan saat bekerja. Namun saat badan terlalu lemah hanya karena kurang tidur, produktivitas di kantor dapat berkurang cukup signifikan.
Kondisi tersebut tentu mengurangi pendapatan perusahaan yang kemudian berdampak pada kondisi perekonomian secara keseluruhan seperti yang terjadi di AS.
"Saat sedang bekerja banyak orang menyarankan untuk tidak merokok atau mengkonsumsi junk food. Tapi banyak orang yang jarang membahas kebiasaan kerja sehat seperti bagaimana cara meningkatkan fokus, mood dan kinerja di kantor," tutur Tom.
Dia menjelaskan, dunia bisnis saat ini sangat baik dalam menelusuri akuntabilitas para pegawai. Di tempat kerja, para pengusaha juga menentukan target kerja serta menciptakan sistem sendiri agar para pegawai mampu mencapai targetnya.
"Artinya, pastikan Anda makan, berkegiatan tidur dengan kondisi yang cukup baik," tandasnya. (Sis/Ahm)