RI Jadi Mitra Strategis WEF untuk Keamanan Pangan Dunia

Indonesia menjadi mitra strategis World Economic Forum (WEF) untuk mendukung keamanan pangan dunia.

oleh Nurseffi Dwi Wahyuni diperbarui 24 Jan 2015, 17:25 WIB
Diterbitkan 24 Jan 2015, 17:25 WIB
Sawah (Ilustrasi)
Sawah (Antara Foto)

Liputan6.com, Davos- Indonesia menjadi mitra strategis World Economic Forum (WEF) untuk mendukung keamanan pangan, tidak hanya di negeri sendiri tapi juga di dunia.

Indonesia memiliki Partnership for Indonesia Agriculture Sustainable (PISAgro) di bawah WEF New Vision for Agriculture (NVA).

"Ini merupakan dukungan nyata kita untuk keamanan pangan dunia. Hal ini kita tindak lanjuti dengan pertemuan pemangku kepentingan setiap dua tahun sekali," kata Managing Director Sinar Mas G. Sulistiyanto, di sela-sela pertemuan tahunan pemimpin bisnisl global World Economic Forum di Davos, Swiss.

Sinar Mas melalui Sinar Mas Agribusiness & Food yang dipimpin Franky O Widjaja menjadi anggota industrial partner di WEF dengan nomor urut ke 39 sejak Januari 2012.

Franky O Widjaja yang juga Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pertanian dan Pangan memanfaatkan keanggotaannya untuk menyuarakan kepentingan Indonesia terkait keamanan pangan.

 "Supaya gaungnya terdengar ke seluruh dunia bahwa ada upaya-upaya nyata untuk mendukung ketahanan pangan Indonesia dan partisipasi keamanan pangan dunia. Jangan sampai kita sudah melakukan banyak hal tetapi tetap ditekan oleh negara-negara lain," tambahnya.

Kadin sendiro memiliki agenda pertemuan tingkat tinggi dua tahunan yang membahas peningkatan produksi pangan, bertajuk 'Feed Indonesia, Feed the World' sejak 2011.

Franky Wijaja ditunjuk menjadi Co-Chair c yang memiliki target peningkatan produksi pertanian sebesar 20 persen pada 2020, serta peningkatan pendapatan petani dan pengurangan emisi gas buang masing-masing sebesar 20 persen.

"Dampaknya kini WEF mulai melihat potensi dan mendengar suara Indonesia di bidang keamanan pangan," kata dia.

Kiprah PISAgro

 

Sampai akhir 2014, PISAgro telah memiliki 11 kelompok kerja yang terdiri dari beras, sawit, jagung, kedelai, kentang, kakao, susu, kopi, hortikultura, karet, pembiayaan pertanian itu.

"PISAgro telah membina 85 ribu petani agar mereka bisa meningkat produksi dan pendapatan," ujarnya.

 Beberapa komoditas dalam kelompok kerja tersebut akan menjadi pembahasan pada Jakarta Food Security Summit (JFSS) 12-13 Februari 2015 yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo, serta para pemangku kepentingan lainnya, termasuk pebisnis global anggota WEF, seperti Nestle dan Unilever.

"Ada delapan komoditas strategis yang akan dibahas pada Jakarta Food Security Summit, yaitu beras, gula, jagung, singkong, sagu, cabe dan bawang, serta kedelai, dan daging sapi," kata Sulistyanto.

Selain itu juga akan didiskusikan komoditas unggulan ekspor seperti kelapa sawit, kopi, kakao, teh, tuna, dan udang, serta komoditas perbaikan gizi seperti susu, buah tropis (manggis, salak, mangga), daging sapi, dan daging ayam.

"Pertemuan ini (JFSS) menjadi kegiatan pengantar sebelum WEF-East Asia di Nusa Dua, Bali pada April 2015," katanya.

JFSS diharapkan mampu menghasilkan solusi dari isu utama di bidang pertanian yang terkait dengan pembiayaan, ketersediaan lahan/tata ruang wilayah, infrastruktur, pascapanen, diiversifikasi pangan, dan pemasaran.

Dalam even yang akan dihadiri kepala negara tersebut juga akan dilakukan E-Blusukan untuk melakukan dialog dengan petani dari berbagai wilayah di Indonesia. (Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya