Pertamina Ingin Bentuk Unit Usaha Guna Kelola Terminal BBM Sambu

Lokasi Pulau Sambu yang berada di Selat Malaka mendukung bisnis Oil Trading Pertamina di wilayah regional Asia Tenggara.

oleh Septian Deny diperbarui 21 Jun 2015, 19:52 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2015, 19:52 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina (2)
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) terus mendorong penyelesaian proyek pembangunan Terminal BBM (TBBM) Sambu, Kepulauan Riau. Proyek dengan nilai investasi mencapai US$ 94 juta ini ditargetkan selesai pada semester I 2016.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, lokasi Pulau Sambu yang berada di Selat Malaka akan mendukung bisnis Oil Trading Pertamina di wilayah regional Asia Tenggara, khususnya untuk jenis bahan bakar MFO dan HSD standard internasional.

Bisnis ini dinilai sangat menggiurkan karena total market MFO dan HSD di Selat Malaka diperkirakan mencapai 45 juta kilo liter (KL) per tahun dan selama ini hanya dimanfaatkan oleh Singapura.

"Tadinya Sambu didesain untuk amankan suplai domestik. Tetapi dengan melihat lokasinya seperti itu, lalu, kita juga akan masuk MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN), maka kami harus punya titik-titik tertentu yang kami dorong menjadi champion di ASEAN untuk bisa melayani. Kalau ada Singapura, maka ada pulau-pulau sekitar Singapura punya potensi, tinggal treatment-nya bagaimana," ujarnya di Pulau Sambu, Kepulauan Riau, seperti ditulis Minggu (21/6/2015).

Agar Terminal BBM Sambu ini bisa fokus menggaet pasar di Selat Malaka dan mampu bersaingan dengan Singapura, Dwi bahkan berkeinginan untuk membentuk unit usaha sendiri yang akan mengelola Terminal BBM tersebut.

"Mungkin kami akan bentuk unit bisnis sendiri untuk mengelola terminal ini sehingga dia akan mencari pasarnya, marketing harus jalan dengan bagus yang tidak bisa digarap penjualannya secara bersama-sama," kata dia.

Selain berada pada posisi yang strategis, laut di sekitar pulau dengan luas 150 hektar (ha) ini juga merupakan jenis laut dalam sehingga bisa disinggahi oleh kapal-kapal besar. Hal ini dinilai sangat cocok untuk menjadi salah satu andalan Indonesia untuk bersaing dalam MEA 2015.

"Lautnya juga kan laut dalam, jadi bagus untuk kapal-kapal besar bisa sandar. Kami harapkan 2016 proyeknya selesai, dengan demikian bisa siapkan bisnis itu di 2016. Memang terlambat sedikit karena akhir 2015 MEA berlaku. Tapi paling tidak kita punya sesuatu yang menjadi fighter kami, yang bisa memanfaatkan bisnis ASEAN ini," tandasnya. (Dny/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya