Kunci Sukses Mantan Bos Astra Bangun Kerajaan Bisnis

Nama Theodore Permadi Rachmat tentu bukanlah nama yang asing di dunia bisnis nasional.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 12 Mei 2016, 21:11 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2016, 21:11 WIB
Astra International
(Foto: Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Theodore Permadi Rachmat tentu bukanlah nama yang asing di dunia bisnis nasional. Berkat tangan dinginnya, kini Grup Astra mampu menjadi salah satu grup yang menancapkan kaki-kakinya di Tanah Air. Gurita bisnis Grup Astra tak hanya di sektor otomotif namun melebar ke sektor perkebunan, infrastruktur, keuangan dan beberapa lainnya. 

Kiprah TP Rachmat tak berhenti di situ. Secara mengejutkan ia memilih untuk keluar dari Grup Astra. Bukan untuk pensiun, orang terkaya ke 12 di Indonesia pada 2016 versi Majalah Forbes ini memilih untuk mendirikan gurita bisnis sendiri. Ia pun membangun kerajaan bisnis di bawah bendera Triputra Group.

Pria lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menceritakan kiat suksesnya sehingga mampu memiliki harta hingga US$ 1,37 miliar atau Rp 18,08 triliun (estimasi kurs: 13.200 per dolar AS). Memang, ayah dari 3 orang anak ini tak secara spesifik menerangkan secara mendetail. Namun begitu, dia memiliki beberapa kriteria yang membuat perusahaan yang dibangunnya bisa sebesar saat ini.

Ia bercerita, untuk membangun bisnis kiat pertama ialah harus membangun perusahaan yang baik. Ke dua, ‎menentukan lini bisnis tepat.

"‎Harus bisnis yang anginnya besar, kalau tidak besar layangan tidak bakal naik," kata dia dalam acara Wealth Wisdom The Essence of Wealth di Jakarta, Kamis (12/5/2016).

MItra bisnis juga merupakan satu penopang utama dalam sebuah kesuksesan. Dia menuturkan, jika ingin perusahaan berkembang pesat mesti dipilih mitra kerja yang terampil serta jujur. "Prosesnya harus rapi, kalau tidak rapi tidak akan sustainable. Cari pembantu yang baik," ujar dia.

Tak kalah pentingnya, transparansi merupakan kunci sukses dalam berusaha. Menurut dia, perusahaan akan bertahan lama jika setiap hal dilakukan secara terbuka.

"Harus transparan, harus bersih. Tidak boleh hangky pangky. Bayar pajak benar. Kalau tidak itu tidak  sustainable. Teori gampang, praktik memang tak gampang," tutur dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya