Co-Working Space Bakal Merambah Mal

Permintaan properti untuk sektor perkantoran dan ritel terus meningkat, terutama dari perusahaan co-working space.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Okt 2018, 18:12 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2018, 18:12 WIB
Co-working space
Co-working space. Dok: DreamHUB

Liputan6.com, Jakarta - Permintaan properti untuk sektor perkantoran dan ritel terus meningkat. Salah satu pendorong peningkatan tersebut datang dari perusahaan co-working space

Berdasarkan riset lembaga konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL), pasokan perkantoran saat ini masih tinggi karena banyaknya gedung dan bangunan baru.

Hingga saat ini, ruang perkantoran yang tersedia mencapai 366 ribu meter persegi dan diperkirakan akan mencapai angka 540 ribu pada akhir tahun.

Salah satu perkantoran yang mulai beroperasi pada kuartal ketiga tahun ini adalah Revenue Tower, yang terletak di kawasan SCBD.

Saat ini penyewa utama perkantoran tersebut berasal dari salah satu perusahaan co-working space terbesar di dunia yang baru berekspansi ke Indonesia, WeWork.

Perusahaan co-working asal Amerika Serikat (AS) itu mengokupansi lima lantai dari bangunan 29 lantai tersebut. Selain di daerah SCBD, WeWork juga membangun co-working space di Sinarmas MSIG Tower di kawasan Sudirman.

Permintaan yang meningkat dari co-working space pun tidak hanya terjadi di kawasan CBD saja. Menurut Head of Research JLL James Taylor, perusahaan co-working space juga menunjukkan reaksi positif terhadap pasar perkantoran kawasan non-CBD.

“Permintaan di daerah Jakarta Selatan datang dari berbagai sektor perusahaan seperti co-working space, perusahaan bank, dan professional services yang mencari lokasi perkantoran terdesentralisasi di luar CBD,” jelasnya seperti ditulis, Kamis (11/10/2018).

 

* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sektor Ritel

2021, Pasokan Apartemen Baru di Jakarta Diperkirakan Tembus 70 Ribu Unit
Seorang pengendara sepeda motor melintasi jembatan layang dengan latar belakang gedung apartemen yang berjajar di kawasan Kemayoran, Jakarta, Jumat (19/1). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Selain mengambil lahan sektor perkantoran, co-working space juga mulai merambah sektor ritel. Selain terjadinya pergeseran jenis tenant ke sektor F&B dan hiburan, co-working space juga menjadi tenant baru yang mulai mengisi ruang-ruang di mal.

“Kami bisa lihat bagaimana co-working space mulai mengisi ruang di mal-mal, seperti GoWork di Pacific Place dan ReWork di fX,” tutur James.

James menilai, co-working space juga menjadi sektor yang berkembang di Bali. Pada 2019, diprediksi akan banyak co-working space yang mengarahkan perhatiannya ke Bali. Menurut Country Head JLL James Allan, perusahaan co-working pasti akan mau melebarkan operasinya ke luar kota dan Bali menjadi salah satu opsi yang menarik.

Ia mengungkapkan, tren ini akan ikut berkembang ke kota-kota lain di luar Jakarta. Namun, perkembangan ini akan terjadi secara lambat. Ia mencontohkan, hal serupa juga terjadi di China.

“China 18 bulan lebih maju dalam perjalanan sektor co-working, tapi saat ini perusahaan co-working di sana baru mulai berkembang ke second-tier city,” katanya.

(Felicia Margaretha)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya