Pakai Gas Bumi, Daya Saing Pabrik Kaca KIT Batang Bakal Melesat

Pabrik lembaran kaca KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT Batang) memanfaatkan gas bumi untuk bahan bakar kegiatan produksi, energi tersebut dipasok oleh Subholding Gas Pertamina.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Mar 2024, 21:06 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2024, 21:06 WIB
Pembangunan rusun pekerja industri di KIT Batang
Pembangunan rusun pekerja industri di KIT Batang. (Dok. Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta Pabrik lembaran kaca KCC Glass Indonesia di Kawasan Industri Terpadu Batang (KIT Batang) memanfaatkan gas bumi untuk bahan bakar kegiatan produksi, energi tersebut dipasok oleh Subholding Gas Pertamina.

Direktur Pembinaan Program Migas KESDM Mustafid Gunawan mengatakan, penyaluran gas ke KCC Glass berasal dari PEPC Jambaran Tiung Biru, gas tersebut dipasok lewat pipa Transmisi Cirebon-Semarang (Cisem) Tahap 1.

"Pemerintah memberikan dukungan penuh untuk akses energi melalui Pipa Cisem sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional. Kemudian di tengah tantangan global, peran PGN menjadi sangat krusial dalam menyedikan pasokan dan infrastruktus gas untuk KCC Glass di KIT Batang," kata Mustafid, Senin (11/2/2024).

Direktur Sales & Operasi PGN, Ratih Esti Prihatini menambahkan, pasokan yang stabil dari gas bumi menjadi kunci enegi bagi industri khususnya KCC Glass. Dengan ketersediaan pasokan gas dapat menyokong pertumbuhan KCC Glass dan mendorong kemajuan industri kaca di Indonesia.

“Kami berterima kasih atas kepercayaan KCC Glass telah memilih PGN sebagai mitra bisnis dalam kegiatan produksinya. KCC Glass membutuhkan pasokan gas yang reliable dan long term, sehingga menjadi potensi bagi kami sebagai captive market dan kami juga sudah siap dari sisi infrastruktur,” ujarnya.

Untuk memasok gas ke KIT Batang, PGN telah melengkapi infrastruktur distribusi gas bumi di dalam kawasan industri tersebut sepanjang 5 Km dari Pipa Transmisi Cisem Tahap I. Gas bumi juga sudah dapat mengalir menuju kawasan industri tersebut sejak Desember 2023.

Menurutnya, penyaluran gas bumi ke KCC Glass menjadi suatu kebanggaan bagi PGN, dimana PGN dapat memberikan dukungan terhadap perkembangan investasi sektor industri di Jawa Tengah. PGN juga telah menyelesaikan Izin Usaha untuk distribusi gas di wilayah Kabupaten Batang.

“PGN siap untuk mendukung pertumbuhan industri di Jawa Tengah. Apabila KCC Glass dan industri-industri lainnya dapat beroperasi secara optimal, maka akan berdampak besar sebagai nilai tambah terhadap perekonomian daerah Jawa Tengah bahkan nasional. Kami menjaga kehandalan infrastruktur gas untuk menjamin ketersediaan energi ramah lingkungan dan menjadi daya tarik investor,” terang Ratih.

 

Suplai Gas

Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang
Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang.

President Director of KCC Glass Indonesia John O. Byun antusias atas penandatanganan PJBG dengan PGN yang menjadi starting point ke depan untuk beroperasi di KIT Batang.

Menurutnya, KCC Glass akan lebih confident dengan suplai gas dari PGN yang mengalir tanpa henti. Hal ini erat kaitannya dengan tujuan KCC Glass untuk berinvestasi menghasilkan high quality product di Indonesia.

Selain KCC Glass, PGN juga telah mengalirkan gas ke PT Rumah Keramik Indonesia sejak 6 Februari 2024. PGN berharap, keberadaan infrastruktur gas menuju KIT Batang dapat meningkatkan eksistensi PGN di Jawa Tengah, serta menunjang akses gas bumi di Jawa Tengah agar kebutuhan gas bagi industri dapat terpenuhi secara berkelanjutan.

Kawasan Industri Batang Dapat Investasi Rp 900 Miliar dari Perusahaan China

KIT Batang.
Presiden Joko Widodo, beserta Menteri BUMN, para Menteri terkait serta Kepala BKPM meninjau Kawasan Industri Terpadu Batang, Jawa Tengah pada Selasa, 30 Juni 2020. Dok BUMN

Sebelumnya, PT Kawasan Industri Terpadu Batang (Grand Batang City) holding BUMN Spesialis Transformasi dan Investasi Danareksa telah meneken kerjasama dengan PT Wanxinda Teknologi Industrial Park Development (Wanxinda) dengan nilai investasi sebesar USD 1,5 miliar guna pemanfaatan tanah industri di Grand Batang City.

Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang, Ngurah Wirawan, menjelaskan, untuk pihaknya sendiri memperoleh bagian sebesar Rp 900 miliar dari USD 1,5 miliar tersebut, untuk sewa lahan seluas 98 hektare (ha) yang nantinya akan digarap oleh PT Wanxinda Group.

"Tentu mereka harus bikin infrastruktur jalan dan bangunan. Mereka juga pasti dapat bantuan dari pemerintah China. Jadi yang Rp 900 miliar itu kewajiban mereka yang wajib dibayar. Yang USD 1,5 miliar itu estimated numbers," kata Ngurah Wirawan di Menara Danareksa, Jakarta, Senin (21/11/2023).Ngurah mengatakan, pihaknya sudah menyediakan lahan yang sudah siap ditata oleh PT Wanxinda Group. Selain itu, pihaknya juga siap menyediakan kebutuhan pipa limbah, pipa air, dan jaringan pipa gas dari PGN. Sementara sisanya, pihak dari Wanxinda Group yang akan mendesain infrastruktur lanjutan seperti akses jalan dan lainnya.

"Di dalam itu mereka akan mendesain infrastruktur lanjutan seperti jalan sekunder dan jalan tersier sesuai kebutuhan daftar tenant yang mereka bawa. Ada sekitar sekian ratus investor yang mereka data," ujarnya.

 

Banjir Minat

Kementerian PUPR membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terintegrasi beserta jaringan perpipaan untuk pengelolaan air limbah di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. (Dok PUPR)
Kementerian PUPR membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Terintegrasi beserta jaringan perpipaan untuk pengelolaan air limbah di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah. (Dok PUPR)

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa banyak investor yang berminat untuk berinvestasi di Kawasan Industri Batang. Ngurah berharap Wanxinda Group juga bisa mengajak berbagai investor lainnya dari China untuk membangun pabrik di Kawasan tersebut.

Kendati begitu, Ngurah menegaskan, pihaknya sangat selektif dalam menerima investor yang hendak menanamkan modal di Kawasan Industri Terpadu Batang.

Sebab berdasarkan rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), KIT Batang memang didesain untuk menampung industri-industri pilihan seperti pabrik panel surya, kendaraan listrik, dan semikonduktor.

"Jadi, kita selektif. Tapi sampai saat ini sudah ada tenant yang sudah masuk seperti pabrik sepatu dan lain sebagainya. Itu yang sudah konstruksi. Insyaallah tahun depan sudah beroperasi," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya