Kalah Jauh Dibanding Malaysia dan Singapura, Bank BUMN Harus Lebih Efisien

Bank BUMN yaitu BRI, BNI, BTN, dan Bank Mandiri perlu menurunkan tingkat NIM. Sehingga biaya capital yang harus ditanggung oleh para debitur juga bisa semakin murah.

oleh Arief Rahman H diperbarui 11 Jun 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2024, 14:00 WIB
Associate Director BUMN Research Group Universitas Indonesia Toto Pranoto menjelaskan, mengenai masalah efisiensi bank BUMN. (Arief/Liputan6.com)
Associate Director BUMN Research Group Universitas Indonesia Toto Pranoto menjelaskan, mengenai masalah efisiensi bank BUMN. (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Himpunan Bank Negara (Himbara) atau bank BUMN dinilai masih menghadapi masalah efisiensi. Hal ini jika dibandingkan dengan kinerja perbankan BUMN di Malaysia dan Singapura.

Associate Director BUMN Research Group Universitas Indonesia Toto Pranoto menjelaskan, Himbara perlu meningkatkan kinerja untuk bisa bersaing di kelas Asia Tenggara. Dia mencatat pendapatan dari Himbara menyumbang lebih dari 50 persen laba konsolidasi BUMN di Indonesia.

Dia turut membandingkan kinerja bank BUMN ini dengan perusahaan serupa seperti CIMB dan Maybank dari Malaysia, serta DBS, OCBC, dan UOB dari Singapura. Berkaca pada besaran Net Interest Margin (NIM), anggota Himbara masih berkisar di 3,8-7,9 persen.

"Sementara bank-bank di Singapura atau di Malaysia diwakili beberapa bank ini, itu angkanya relatif diangka sekitar 2 atau 2,5 persen. Jadi NIM yang makin tinggi menunjukan bahwa ada masalah efisiensi di sini," kata Toto dalam Seminar Analisis Kinerja BUMN 2023 dan Prospek BUMN Masa Depan, Selasa (11/6/2024).

Dilihat dari hal itu, dia meminta Bank BRI, BNI, BTN, dan Bank Mandiri perlu menurunkan tingkat NIM tadi. Sehingga biaya capital yang harus ditanggung oleh para debitur juga bisa semakin murah.

"Sehingga upaya-upaya untuk semakin melakukan diverisifikasi pendapatan dengan masuk kepada fee based income saya kira juga menjadi salah satu hal kedepan yang harus dicermati oleh para bank Himbara," kata dia.

"Supaya kedepan juga mereka memiliki NIM yang lebih bersaing dengan bank-bank di Malaysia dan juga di Singapura," sambung Toto.

 

Pendapatan Masih Lebih Rendah

Bank Mandiri.
Gedung Bank Mandiri. (Foto: Istimewa)

Di sisi lain, Toto juya mencatat pendapatan BUMN klaster keuangan ini masih relatif rendah ketimbanh bank BUMN Malaysia dan Singapura. Namun, rasio profitabilitas yang dicatatkan masih bisa cukup bersaing.

Bahkan, BRI dan Mandiri memiliki Return on Equity (ROE) yanh lebih tinggi dibadingkan para pesaingnya. BRI diketahui mencatatkan ROE sebesar 19,95 persen, dan Mandiri mencatatkan ROE 23,20 persen di 2023.

Lebih tinggi dibandingkan bank BUMN Malaysia, CIMB dan Maybank yang masing-masing mencatatkan ROE 10,70 persen dan 10,80 persen di tahun yang sama. 

Begitupun bank BUMN Singapura, DBS, OCBC, dan UOB yang mencatatkan ROE masing-masing 18 persen, 13,7 persen, dan 14,1 persen di tahun 2023.

Menelisik Prospek Saham Emiten Bank BUMN

Bank Mandiri Pimpin Pangsa Pasar Sindikasi Indonesia
Ilustrasi nasabah melakukan transaksi di cabang Bank Mandiri. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Saham-saham dari emiten perbankan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diyakini masih mempunyai prospek yang cerah ke depan. Lantas, bagaimana rekomendasi saham-nya? 

Analis Kiwoom Sekuritas Abdul Azis menuturkan, saham-saham Bank BUMN masih memiliki prospek untuk kinerja positif mengingat pertumbuhan kredit masih tumbuh positif. 

Di sisi lain, meskipun terdapat potensi penurunan suku bunga ini juga tidak langsung membuat perbankan menurunkan suku bunga kreditnya biasanya perbankan akan lama menurunkannya. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang masih positif dan adanya momentum pemilu diharapkan juga bisa mendorong kredit konsumsi. 

"Kami merekomendasikan beli untuk saham BBRI dan BMRI dengan target 15%,” ujar Abdul kepada Liputan6.com, Senin (22/1/2024).

Sementara itu, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina menuturkan, untuk sektor perbankan secara umum masih dinilai overweight. Dari empat bank BUMN yang ada, pihaknya merekomendasikan saham BMRI dan BBRI. 

“Pemerintah terus mendorong perkembangan UMKM lebih pesat, dan BBRI yang paling banyak memiliki portofolio di UMKM ini akan diuntungkan,” kata Martha. 

 

Rekomendasi BMRI

Sedangkan, untuk BMRI dengan debitur utama dari korporasi juga akan diuntungkan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik pada tahun ini. Dengan rencana penurunan suku bunga diperkirakan akan mendorong permintaan kredit korporasi.

Alhasil, Mirae Asset Sekuritas merekomendasikan saham BMRI dengan target harga Rp 6.900 per saham dan BBRI dengan target harga Rp 6.600 per saham. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya