Pengusaha penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Distrik Ulilin, Merauke Papua mengeluh kekurangan pasokan listrik karena penyaluran BBM bersubsidi masih menggunakan sistem manual.
Pemilik Agen Pemasaran Minyak Subsidi (APMS) CV Riski Akbar Distrik Ulilin Kabupaten Merauke, Salama mengatakan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mininya masih menggunakan alat manual dalam menyalurkan BBM bersubsidi. Padahal sudah ada kewajiban untuk menggunakan dispanser untuk penyalur BBM bersubsidi resmi.
"Kalau saya manual, kita pakai tangki cuma pelayanan manual, pakai dispanser sudah wajib untuk APMS," kata Salama, saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Rabu (6/11/2013).
Salama menambahkan, kondisi pasokan listrik yang pas-pasan melatar belakangi perantau asal Sulawesi tersebut masih menyalurkan BBM bersubsidi dengan cara manual. Menurut Salama, jika pasokan listrik sudah mencukupi, dirinya pun berniat untuk menggunakan dispanser seperti kebanyakan SPBU.
Karena kondisi pasokan listrik yang kembangkempis tersebut PT Pertamina (persero) sebagai distributor penyalur BBM bersubsidi memaklumi penyaluran BBM bersubsidi dengan cara manual.
"Di sini kendalanya pembangunan terlambat listrik terlambat mudah-mudahan pemerintah peduli. Kita kalau ada listrik kita pakai dispanser. Cuma sudah ada kebijakan dari Pertamina karena sudah tidak ada listrik," tutur Salama.
Menurut Salama, penyaluran BBM bersubsidi dengan cara manual cukup berbahaya. Hal itu karena BBM dapat menguap jika tersambar api sehingga mengakibatkan kebakaran,. Oleh karena itu, jika pasokan listrik sudah mencukupi Salama berniat mengubah sistem manual ke sistem modern.
"Otomatis resiko bahaya lebih tinggi karena penguapan, kalau soal hitungan akurat walau manual, malah kita yang susut karena dari drigen menguap. Pasokan listrik di sana baru masuk 2010-2011, cuma kapasitasnya belum mencukupi," kata Salama. (Pew/Ahm)
Pemilik Agen Pemasaran Minyak Subsidi (APMS) CV Riski Akbar Distrik Ulilin Kabupaten Merauke, Salama mengatakan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mininya masih menggunakan alat manual dalam menyalurkan BBM bersubsidi. Padahal sudah ada kewajiban untuk menggunakan dispanser untuk penyalur BBM bersubsidi resmi.
"Kalau saya manual, kita pakai tangki cuma pelayanan manual, pakai dispanser sudah wajib untuk APMS," kata Salama, saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti dikutip Rabu (6/11/2013).
Salama menambahkan, kondisi pasokan listrik yang pas-pasan melatar belakangi perantau asal Sulawesi tersebut masih menyalurkan BBM bersubsidi dengan cara manual. Menurut Salama, jika pasokan listrik sudah mencukupi, dirinya pun berniat untuk menggunakan dispanser seperti kebanyakan SPBU.
Karena kondisi pasokan listrik yang kembangkempis tersebut PT Pertamina (persero) sebagai distributor penyalur BBM bersubsidi memaklumi penyaluran BBM bersubsidi dengan cara manual.
"Di sini kendalanya pembangunan terlambat listrik terlambat mudah-mudahan pemerintah peduli. Kita kalau ada listrik kita pakai dispanser. Cuma sudah ada kebijakan dari Pertamina karena sudah tidak ada listrik," tutur Salama.
Menurut Salama, penyaluran BBM bersubsidi dengan cara manual cukup berbahaya. Hal itu karena BBM dapat menguap jika tersambar api sehingga mengakibatkan kebakaran,. Oleh karena itu, jika pasokan listrik sudah mencukupi Salama berniat mengubah sistem manual ke sistem modern.
"Otomatis resiko bahaya lebih tinggi karena penguapan, kalau soal hitungan akurat walau manual, malah kita yang susut karena dari drigen menguap. Pasokan listrik di sana baru masuk 2010-2011, cuma kapasitasnya belum mencukupi," kata Salama. (Pew/Ahm)