Citizen6, Yogyakarta: Ritual mistik Cengbeng dan Tebu Manten setiap tahun PG / PS Madukismo selalu gelar ritual tahunan. Acara ini diselenggarakan dalam rangka giling atau pembukaan produksi gula pertama kali. Puncak acaranya pada Jumat sore (15/4).
Prosesi arak-arakan sepasang pengantin tebu laki-laki dan perempuan diyakini masyarakat sebagai “Kyai Tumpak dan Nyai Pahing." Prosesi ini menggunakan Kereta Kencana milik Keraton Yogyakarta dan di kawal oleh para prajurit keraton diikuti oleh seluruh karyawan yang menggunakan baju surjan.
Layaknya sepasang pengantin yang sedang melaksanakan sebuah hajat kedua, tebu tersebut juga di ijab kobulkan layaknya sepasang pengantin pada umumnya di masjid setempat. Hal ini dilakukan sebagai tradisi tahunan agar selama perjalanan produksi giling diberi kelancaran dan berkah oleh "Yang Kuasa".
Selain sebagai hiburan masyarakat, sekitar pabrik juga dimanfaatkan untuk apresiasi kesenian masyarakat sekitar. Pada malam harinya masyarakat sekitar pabrik dihibur dengan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk. (Pengirim: Oseph Pratama Galih)
Prosesi arak-arakan sepasang pengantin tebu laki-laki dan perempuan diyakini masyarakat sebagai “Kyai Tumpak dan Nyai Pahing." Prosesi ini menggunakan Kereta Kencana milik Keraton Yogyakarta dan di kawal oleh para prajurit keraton diikuti oleh seluruh karyawan yang menggunakan baju surjan.
Layaknya sepasang pengantin yang sedang melaksanakan sebuah hajat kedua, tebu tersebut juga di ijab kobulkan layaknya sepasang pengantin pada umumnya di masjid setempat. Hal ini dilakukan sebagai tradisi tahunan agar selama perjalanan produksi giling diberi kelancaran dan berkah oleh "Yang Kuasa".
Selain sebagai hiburan masyarakat, sekitar pabrik juga dimanfaatkan untuk apresiasi kesenian masyarakat sekitar. Pada malam harinya masyarakat sekitar pabrik dihibur dengan pagelaran Wayang Kulit semalam suntuk. (Pengirim: Oseph Pratama Galih)