Liputan6.com, Jakarta Dalam sebuah hubungan pasti terjadi cek-cok atau kesalahpahaman. Ketika pasangan menghadapi konflik, keduanya punya cara masing-masing untuk menyelesaikan pertengkaran kecil mereka. Namun, nggak jarang salah satunya memilih untuk memberikan silent treatment pada pasangannya.
Buat kamu yang sering menghadapi silent treatment, yuk pahami pengertian, alasan, dan cara mengatasi kebiasaan ini demi langgengnya hubungan.
Â
Apa sih Silent Treatment?
Jika diartikan secara bahasa, silent treatment berarti perlakuan diam. Namun, sebenarnya silent treatment merupakan perlakuan ‘mendiamkan’ orang lain dalam waktu yang lama dengan tujuan menarik diri dari interaksi dengan orang tersebut. Ketika hal ini terjadi, orang yang menerima perlakuan tersebut akan merasa tidak terlihat, seperti tidak penting.
Sementara itu, dilansir dari laman Hey Sigmund, seorang Profesor Psikologi di Universitas Purdue bernama Kipling Williams menjelaskan bahwa silent treatment biasanya digunakan sebagai hukuman atau proses memanipulasi orang lain.
Â
Advertisement
Mengapa Pasangan Melakukan Silent Treatment
Ada beberapa alasan mengapa seseorang memilih untuk melakukan silent treatment entah pada pasangan ataupun orang terdekat. Pemicu awalnya bisa jadi karena adanya tekanan yang diterima sehingga pihak yang tertekan merespons dengan diam dan menjaga jarak secara emosional.
Tapi, nggak menutup kemungkinan kalau pemicunya memang dari pelaku ‘silent treatment’. Contohnya karena mereka nggak tahu cara mengelola perasaannya; sehingga mengalami rasa sakit yang luar biasa dan merasa kewalahan dan kebanjiran emosi.Â
Selain itu, trauma masa kecil juga dapat menyebabkan respons emosional yang maladaptif, seperti menutup diri dan bersikap diam terhadap orang lain. Terakhir, mereka mungkin juga menerapkan silent treatment sebagai pendekatan pasif-agresif untuk mengekspresikan kemarahan secara eksplisit.
Â
Cara Mengatasi Silent Treatment
Perlakuan silent treatment merupakan tindakan buruk, lho. Seorang Profesor Ilmu Komunikasi di Texas Christian University, Paul Schrodt, PhD, mengungkap hasil penelitiannya tentang efek silent treatment yang melibatkan lebih dari 14.000 partisipan.Â
Ia mengungkap bahwa silent treatment dapat memberikan efek yang sangat merusak bagi suatu hubungan. Orang yang mendapatkan perlakuan tersebut bisa merasa bersalah, tak berdaya, frustasi, dan sebagainya. Oleh karena itu silent treatment bisa digolongkan sebagai kekerasan non verbal.
Maka dari itu, apabila kamu menjalin hubungan dengan seseorang yang sering memberikan ‘silent treatment’ hal tersebut harus diatasi dan diperbaiki. Sebab, silent treatment nggak berdampak baik untuk hubungan.
Buat ‘Healthy Boundaries’
Healthy boundaries juga dimaksudkan sebagai batasan supaya hubungan tetap sehat. Dalam hal ini, healthy boundaries merupakan aturan yang harus dipatuhi dan diingat kedua belah pihak. Misalkan menetapkan batasan waktu kepada salah satu dari mereka boleh ‘mendiamkan’ pasangannya dan membuat jarak.Â
Batasan tersebut penting supaya tidak terlalu larut berada dalam kesalahpahaman. Selain itu, healthy boundaries bisa dimulai dengan mengingatkan kalau silent treatment membuat pasangan sakit hati dan nggak sesuai dengan prinsip hubungan yang dijalankan.
Namun, perlu diingat bahwa apabila kamu memang salah dan nggak mau mendapatkan silent treatment, cobalah untuk minta maaf. Kamu harus mengakui kesalahanmu dan berbicara secara baik-baik dengan pasangan.
Komunikasi dengan Terbuka
Komunikasi terbuka dan jujur merupakan kunci sebuah hubungan, apalagi ketika menghadapi permasalahan. Meskipun kamu sebagai pihak yang mendapatkan silent treatment dari pasanganmu, cobalah untuk ciptakan percakapan terstruktur.
Contohnya yaitu dengan mengungkapkan semua perasaan kepada pasangan. Bilang saja apa yang kamu rasakan ketika mendapat silent treatment, dan bahwa kamu ingin segera berbicara dengan pasanganmu.
Temukan Solusi Bersama
Komunikasi yang terbuka bukan hanya ketika masing-masing berbicara, tapi juga saling mendengarkan. Ketika saling komunikasi, maka kamu juga harus mendengarkan pasanganmu.
Setelah itu, barulah solusi dari permasalahan bisa ditemukan. Fokuslah untuk mencari solusi bukan saling menyalahkan, supaya kedepannya bisa menjadi pelajaran untuk hubungan yang kamu miliki.Â
Mengatasi kebiasaan silent treatment setiap ada masalah memang nggak mudah. Harus ada kemauan dari kedua belah pihak untuk menciptakan hubungan lebih baik dan sehat. Nggak ada salahnya untuk saling memahami dan mengubah hal-hal nggak baik demi mempertahankan hubungan. Semangat ya!
Â
Penulis:Â Farhati Haqiya Silmi
Â
Â
(*)
Advertisement