Liputan6.com, Jakarta Penelitian terbaru mengungkap suhu tubuh manusia sekarang bukan lagi rata-rata 37 derajat Celsius. Temuan dari hasil studi tahun 2017 yang dilakukan di Inggris, suhu rata-rata di antara pasien di sana yang diukur sekitar 36,6 derajat Celsius.Â
Melalui angka tersebut, dapat dikatakan suhu tubuh manusia menjadi dingin. Para peneliti menganalisis 250.000 pengukuran suhu dari 35.000 lebih pasien di Inggris. Â
Advertisement
Baca Juga
Peneliti Julie Parsonnet di Universitas Stanford menanggapi hasil penelitian tersebut. Ia masih belum mengerti mengapa hal itu terjadi.
"Ini masih misteri. Kami tidak benar-benar paham apa arti pendinginan pada manusia. Apa artinya bagi kesehatan kita dan umur panjang," jelasnya, dikutip dari Live Science, Senin (13/1/2020).
Suhu tubuh normal yang turun kemungkinan mencerminkan, tren pengurangan peradangan berlebih di tubuh manusia. Peradangan menghasilkan protein disebut sitokin yang meningkatkan laju metabolisme tubuh. Efeknya, menghasilkan panas pada tubuh.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Menangkap Jauh Lebih Sedikit Penyakit
Seorang dokter Jerman bernama Carl Reinhold August Wunderlich adalah orang pertama yang menghitung suhu tubuh normal rata-rata manusia 37 derajat Celsius pada tahun 1851. Hal itu dilakukan setelah mengumpulkan jutaan suhu tubuh dari sekitar 2.500 pasien di kota Leipzig.Â
"Dia mengukur suhu semua orang yang bisa ditemukan, apakah mereka sehat dan sakit. Dan dia menulis buku tentang variasi suhu terhadap penyakit," kata Parsonnet.
Sampai kini dokter juga masih menggunakan suhu tubuh sebagai tanda vital utama untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang. Kita sekarang tahu, suhu tubuh bisa berfluktuasi (naik-turun) 0,2 derajat Celsius sepanjang hari.Â
Bukti menunjukkan, tubuh mempertahankan suhu yang relatif stabil untuk mempertahankan fungsi organ dan reaksi kimia berjalan dengan lancar. Kestabilan suhu tubuh berpotensi mencegah infeksi jamur.Â
Lantas mengapa sekarang suhu tubuh menjadi 36,6 derajat Celsius? Laporan dari jurnal eLife Science, kejadian tersebut terkait mikroba.
"Ini mungkin dipengaruhi bagaimana mikroba berfungsi. Manusia modern menangkap jauh lebih sedikit penyakit menular. Berbeda dengan orang-orang yang hidup sampai tahun 1800. Mereka ada yang menderita malaria berulang, luka kronis, dan TBC," Parsonnet melanjutkan.
Advertisement
Tubuh Manusia Berevolusi
Parsonnet dan tim sendiri menggali data, termasuk mengumpulkan data Perang Sipil Amerika pada 1970-an dan awal 2000-an. Dengan mengkombinasikan data, para peneliti mengumpulkan lebih dari 677.000 pengukuran suhu tubuh normal untuk diperiksa.
Tim melihat penurunan rata-rata suhu tubuh manusia selama bertahun-tahun. Untuk mengesampingkan kemungkinan pengaruh teknologi termometer yang lebih baik telah mengubah data, para peneliti mencari tren pada setiap data individu.Â
"Kita sebagai manusia telah berevolusi dari waktu ke waktu. Secara fisiologis berubah (dengan menangkap lebih sedikit penyakit)," tambah Parsonnet. "Kita semua telah berubah dari pendahulu abad ke-19, menjadi manusia modern yang berbeda hari ini dengan suhu tubuh normal rata-rata yang lebih dingin."
Jurnal Parsonnet dan tim berjudul Decreasing human body temperature in the United States since the industrial revolution, yang dipublikasikan 7 Januari 2020.