5 Maret 2021: 17 Ribu Tenaga Kesehatan Meninggal Akibat COVID-19

Amnesty International melaporkan setidaknya 17 ribu tenaga kesehatan di seluruh dunia meninggal akibat COVID-19 dalam setahun terakhir. Ketimpangan akses vaksin dan minimnya APD disebut sebagai faktor utama.

oleh Alya Felicia Syahputri Diperbarui 05 Mar 2025, 06:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2025, 06:00 WIB
Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) membawa peti jenazah korban Covid-19 (AP/Arsip)
Petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri (APD) membawa peti jenazah korban Covid-19 (AP/Arsip)... Selengkapnya

Liputan6.com, London - Amnesty International mencatat momen penting dalam sejarah pandemi COVID-19 dengan merilis laporan pada 5 Maret 2021. Laporan ini mengungkap bahwa lebih dari 17.000 tenaga kesehatan di seluruh dunia telah gugur dalam satu tahun. Temuan tersebut tidak hanya menyoroti dampak mematikan virus, tetapi juga mengungkap ketimpangan akses vaksin yang terjadi di berbagai negara.

Analisis Amnesty International bersama Public Services International (PSI) dan UNI Global Union mengungkap bahwa setiap 30 menit, satu tenaga kesehatan meninggal akibat Virus Corona. Amnesty menyebut angka tersebut sebagai tragedi sekaligus ketidakadilan besar. "Angka ini kemungkinan besar masih jauh lebih rendah dari kenyataan karena banyak negara tidak melaporkan secara penuh," ujar Kepala Keadilan Ekonomi dan Sosial Amnesty International, Steve Cockburn, seperti yang dikutip dari AlJazeera Rabu, (5/3/2025)

Laporan ini didasarkan pada data dari lebih dari 70 negara, yang dikumpulkan melalui publikasi pemerintah, serikat pekerja, media, dan organisasi masyarakat sipil. Amerika Serikat saat itu  menjadi negara dengan jumlah tenaga kesehatan meninggal tertinggi, mencapai 3.507 orang, diikuti oleh Meksiko (3.371), Brasil (1.143), Rusia (1.131), dan Inggris (931).

Sejak awal pandemi COVID-19, tenaga kesehatan di seluruh dunia menghadapi kondisi kerja yang tidak aman terutama pada tahap awal, termasuk minimnya alat pelindung diri (APD). Amnesty mencatat bahwa pada Juli 2020, kekurangan APD ditemukan hampir di semua 63 negara yang disurvei, termasuk Malaysia, Meksiko, dan Amerika Serikat. Banyak petugas kebersihan dan staf pendukung rumah sakit yang bahkan menghadapi ancaman pemecatan dan penangkapan setelah meminta perlindungan yang lebih baik.

Cockburn mengatakan bahwa pada awal pandemi terjadi kekurangan APD di hampir setiap negara pada saat banyak sistem kesehatan “kewalahan total” dan kekurangan staf, dengan para pekerja kesehatan sering bekerja dalam shift panjang tanpa pengendalian infeksi yang memadai.

 

“Masalah itu masih ada di banyak negara, dan di beberapa negara sudah jauh lebih baik  tetapi tenaga kesehatan masih sangat rentan terhadap infeksi dan ada banyak jenis tenaga kesehatan yang sering dikecualikan atau diabaikan dari perlindungan semacam ini,” katanya.

 

Promosi 1

Ketimpangan Vaksin

Ilustrasi Vaksin COVID_19
Ilustrasi vaksin COVID-19 (Source: Youtube/Kementerian Kesehatan RI)... Selengkapnya

Selain perlindungan fisik, Amnesty juga menyoroti ketimpangan akses vaksin. Hingga Maret 2021, lebih dari separuh dosis vaksin COVID-19 dunia telah diberikan hanya di 10 negara, sementara lebih dari 100 negara belum memberikan satu pun dosis vaksin kepada tenaga kesehatan mereka.

Amnesty menyerukan agar pemerintah segera memasukkan semua tenaga kesehatan, termasuk petugas kebersihan rumah sakit dan pekerja sosial, dalam rencana distribusi vaksin mereka. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa sebagian besar negara di Afrika baru akan memulai vaksinasi pada akhir Maret 2021, dengan bantuan inisiatif COVAX yang bertujuan mengurangi kesenjangan vaksin antara negara kaya dan miskin.

Namun, Amnesty memperingatkan bahwa di beberapa negara, pekerja kesehatan berisiko tidak diprioritaskan, baik karena kurangnya pasokan, masalah dalam implementasi, atau definisi sempit tentang apa yang dimaksud dengan pekerja kesehatan.

"Menurut saya, sejauh ini kita melihat bahwa sebagian besar pemerintah bersedia memprioritaskan tenaga kesehatan sampai taraf tertentu. Pertanyaannya adalah, apakah mereka akan memiliki cukup vaksin untuk melakukannya? Dan apakah mereka akan memiliki sistem yang cukup transparan dan komprehensif untuk memvaksinasi semua tenaga kesehatan yang membutuhkannya?" kata Cockburn.

Amnesty mengatakan penting untuk mengambil definisi yang lebih luas tentang siapa yang dianggap sebagai pekerja kesehatan agar mencakup orang-orang seperti petugas kebersihan rumah sakit, pekerja kesehatan masyarakat, dan pekerja perawatan sosial.

“Saya pikir itu adalah tantangan dan perlu banyak perhatian untuk memastikan orang-orang tidak tertinggal karena kita pernah mengalami kelompok-kelompok yang diabaikan, dan kita tidak boleh mengulanginya,” Cockburn menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya