Liputan6.com, Jakarta Penyebab bayi kuning umum terjadi pada bayi yang baru lahir. Bayi kuning dalam istilah medis disebut penyakit kuning neonatal, ikterus neonatus, atau neonatal jaundice. Diperkirakan 50% bayi yang lahir cukup bulan dan 80% bayi prematur mengalami penyebab bayi kuning, biasanya 2-4 hari setelah kelahiran.
Penyebab bayi kuning membuat kulit dan bagian putih mata berubah menjadi kuning. Penyebab bayi kuning terkadang bisa membuat cemas orang tua. Namun, ini sebenarnya adalah kondisi umum dan biasanya tidak berbahaya pada bayi baru lahir.
Advertisement
Baca Juga
Penyebab bayi kuning pada bayi baru lahir biasanya berkembang 2 hingga 3 hari setelah kelahiran. Untuk memastikan penyebab bayi kuning bukanlah kondisi berbahaya, penting memantau perkembangannya dan mengonsultasikannya ke dokter.
Berikut penyebab bayi kuning yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (12/7/2021).
Penyebab bayi kuning secara umum
Secara umum, penyebab bayi kuning adalah karena kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah zat kuning yang dihasilkan ketika sel darah merah, yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, dipecah. Bilirubin secara alami mengandung pigmen kuning.
Bayi yang masih di dalam kandungan memiliki hemoglobin yang berbeda. Saat lahir, hemoglobin ini dipecah dengan cepat, menghasilkan kadar bilirubin yang lebih tinggi. Bilirubin harus disaring keluar dari aliran darah oleh hati dan dikirim ke usus untuk diekskresi.
Namun, hati bayi yang baru lahir belum sepenuhnya berkembang dan tidak dapat menyaring bilirubin secepat yang diproduksi. Ini yang menyebabkan warna kuning pada kulit dan mata.
Gejala penyakit kuning pada bayi baru lahir biasanya berkembang 2 hingga 3 hari setelah kelahiran dan cenderung membaik tanpa pengobatan pada saat bayi berusia sekitar 2 minggu. Pada saat bayi berusia sekitar 2 minggu, hati mereka lebih efektif dalam memproses bilirubin, sehingga penyakit kuning sering sembuh sendiri pada usia ini tanpa menyebabkan gangguan apapun.
Advertisement
Faktor penyebab bayi kuning
Bayi yang berisiko tinggi terkena penyakit kuning pada bayi baru lahir adalah:
Lahir prematur
Bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 38 minggu mungkin tidak dapat memproses bilirubin secepat bayi yang lahir normal. Bayi prematur juga dapat menyusu lebih sedikit dan buang air besar lebih sedikit, sehingga lebih sedikit bilirubin dikeluarkan melalui tinja.
Masalah menyusui
bayi yang tidak mendapatkan cukup ASI atau susu formula, baik karena kesulitan menyusui atau karena ASI belum keluar bisa mengalami penyebab bayi kuning. Bayi yang disusui, terutama yang mengalami kesulitan menyusu atau tidak mendapatkan cukup nutrisi dari menyusui, berisiko lebih tinggi terkena penyakit kuning. Dehidrasi atau asupan kalori yang rendah dapat berkontribusi pada timbulnya penyakit kuning.
Golongan darah
Jika golongan darah ibu berbeda dari bayinya, bayi tersebut mungkin telah menerima antibodi melalui plasenta yang menyebabkan kerusakan sel darah merah yang cepat dan tidak normal. Bayi yang golongan darahnya tidak sesuai dengan ibunya dapat mengembangkan penumpukan antibodi yang dapat menghancurkan sel darah merahnya dan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin secara tiba-tiba.
Memar selama kelahiran
Bayi baru lahir yang memar akibat persalinan mungkin memiliki kadar bilirubin yang lebih tinggi dari kerusakan lebih banyak sel darah merah. Ini dapat membuat sel-sel darah merah lebih cepat rusak, menghasilkan kadar bilirubin yang lebih tinggi.
Penyebab bayi kuning lainnya
Beberapa kasus penyakit kuning bayi yang parah terkait dengan gangguan atau penyakit yang mendasarinya. Penyebab lain dari penyakit kuning pada bayi baru lahir meliputi:
Pendarahan internal
Infeksi dalam darah bayi
Kerusakan hati
Kekurangan enzim
Kelainan sel darah merah bayi
Saluran empedu atau usus tersumbat
Hipotiroidisme - kelenjar tiroid yang kurang aktif
Hepatitis - peradangan hati
Hipoksia - kadar oksigen rendah
Beberapa infeksi - termasuk sifilis dan rubela
Advertisement
Tanda bayi kuning dan perawatan
Tanda umum bayi kuning adalah menguningnya kulit dan bagian putih mata. Kondisi ini biasanya muncul antara hari kedua dan keempat setelah lahir. Kadar bilirubin biasanya memuncak antara 3 hingga 7 hari setelah lahir. Kondisi ini biasanya dimulai di kepala dan menyebar ke dada, perut, lengan, dan kaki.
Untuk memeriksa penyakit kuning pada bayi, tekan lembut pada dahi atau hidung bayi. Jika kulit terlihat kuning di tempat menekan, kemungkinan bayi memiliki penyakit kuning ringan. Jika bayi tidak memiliki penyakit kuning, warna kulit seharusnya terlihat sedikit lebih terang dari warna normal sejenak. Tanda bayi kuning juga dapat meliputi kantuk, tinja pucat, dan urin gelap.
Pengobatan untuk penyakit kuning pada bayi baru lahir biasanya tidak diperlukan karena gejala biasanya hilang dalam 10 sampai 14 hari, meskipun kadang-kadang bisa bertahan lebih lama. Perawatan biasanya hanya dianjurkan jika tes menunjukkan kadar bilirubin yang sangat tinggi dalam darah bayi.
Ada dua perawatan utama yang bisa dilakukan di rumah sakit untuk menurunkan kadar bilirubin bayi dengan cepat. Pertama fototerapi, jenis pencahayaan khusus yang mengubah bilirubin menjadi bentuk yang lebih mudah dipecah oleh hati. Kedua transfusi tukar – di mana darah bayi dikeluarkan menggunakan tabung tipis (kateter) yang ditempatkan di pembuluh darah mereka dan diganti dengan darah dari donor yang cocok.
Kapan harus mencemaskan kuning pada bayi
Sebagian besar kasus penyakit kuning adalah normal. Bayi akan diperiksa untuk tanda-tanda penyakit kuning dalam waktu 72 jam setelah lahir sebagai bagian dari pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
Dalam sejumlah kecil kasus, penyakit kuning bisa menjadi tanda dari kondisi kesehatan lainnya. Penyakit kuning yang parah juga meningkatkan risiko bilirubin masuk ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen. Ini sebabnya penting mengetahui setiap perubahan pada bayi.
Hubungi dokter jika melihat gejala seperti penyakit kuning yang menyebar atau lebih intens, demam lebih dari 38 ° C, warna kuning makin gelap, dan bayi tidak mau menyusu, tampak lesu, atau menangis keras.
Advertisement