Apa Tujuan Peristiwa Rengasdengklok? Begini Kronologinya

Apa tujuan peristiwa Rengasdengklok adalah untuk mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta segera melakukan proklamasi kemerdekaan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 09 Jun 2023, 08:05 WIB
Diterbitkan 09 Jun 2023, 08:05 WIB
Ilustrasi Soekarno Hatta dan rumah di Rengasdengklok
Sukarno, Hatta, dan rumah tempat mereka "diamankan" di Rengasdengklok

Liputan6.com, Jakarta Apa tujuan peristiwa Rengasdengklok? Peristiwa Rengasdengklok adalah kejadian yang sangat lekat dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rengasdengklok sendiri merupakan sebuah wilayah di Jawa Barat yang menjadi tempat golongan muda menyandera Soekarno dan Mohammad Hatta sebelum proklamasi kemerdekaan.

Latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok adalah perbedaan pendapat  antara golongan tua dan golongan pemuda yang tidak sepaham mengenai bagaimana mekanisme pelaksanaan kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu, apa tujuan peristiwa Rengasdengklok menjadi salah satu bagian penting dari kemerdekaan Indonesia.

Hubungan peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sangat erat menyebabkan peristiwa ini selalu diingat oleh warga Indonesia. Berikut apa tujuan peristiwa Rengasdengklok dan kronologi kejadiannya yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (9/6/2023).

Tujuan Penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta

20150820-6 Cerita Tersembunyi Seputar Soekarno-Jakarta
Dalam buku Samudera Merah Putih 19 September 1945, Jilid 1 (1984) karya Lasmidjah Hardi, alasan Presiden Sukarno memilih tanggal 17 Agustus sebagai waktu proklamasi kemerdekaan adalah karena Bung Karno mempercayai mistik. (Dok.Arsip Nasional RI)

Peristiwa Rengasdengklok merupakan peristiwa penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta ke wilayah Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat oleh para pemuda pada tanggal 16 Agustus 1945. Apa tujuan peristiwa Rengasdengklok adalah untuk mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta segera melakukan proklamasi kemerdekaan.

Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua tentang mekanisme proklamasi kemerdekaan menjadi alasan terjadinya peristiwa ini. Golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus dilakukan berdasarkan rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sedangkan golongan muda merasa kemerdekaan Indonesia harus diproklamirkan sesegera mungkin saat ada kekosongan kekuasaan karena Jepang menyerah terhadap Sekutu waktu itu. 

Apa tujuan peristiwa Rengasdengklok juga untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta yang merupakan tokoh besar di Indonesia dari pengaruh pemerintah Jepang yang ada di Jakarta. Desakan agar segera memproklamasikan kemerdekaan juga bertujuan membuktikan perjuangan Indonesia mencapai kemerdekaannya.

Kronologi Peristiwa Rengasdengklok

Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945
Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 (Sumber: Wikipedia)

Kronologi peristiwa Rengasdengklok dimulai pada 14 Agustus 1945. Saat itu, Kaisar Hirohito mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu setelah Amerika Serikat membombardir Kota Hiroshima dan Nagasaki. Pada \ 15 Agustus 1945, setelah berdiskusi dengan Tan Malaka, para pemuda yang dipimpin oleh Chaerul Saleh mengadakan rapat untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Salah satu hasil rapat tersebut adalah desakan kepada Bung Karno dan Bung Hatta agar mereka memproklamirkan kemerdekaan pada malam itu atau paling lambat tanggal 16 Agustus 1945.

Pada saat itu, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Radjiman, yang merupakan golongan tua, baru saja kembali dari kunjungan ke Dalat, Vietnam. Kunjungan ini dilakukan sebagai tanggapan terhadap undangan Marsekal Muda Terauchi, yang merupakan Panglima Jepang yang bertugas di kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Soekarno, Hatta, dan Radjiman belum mengetahui bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu.

Sjahrir kemudian menemui Soekarno dan Hatta dengan membawa hasil rapat para pemuda pada tanggal 15 Agustus 1945. Awalnya, Soekarno menolak keras permintaan Sjahrir karena ia masih menunggu keputusan Jepang. Soekarno dan Hatta masih berkeinginan untuk membahas segala sesuatu mengenai pelaksanaan proklamasi dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang telah dibentuk.

Pendapat golongan pemuda berbeda dengan ini. Mereka berpendapat bahwa PPKI dibentuk dengan campur tangan Pemerintah Kolonial Jepang, dan membicarakan kemerdekaan dengan PPKI berarti menyerahkan nasib kemerdekaan Indonesia kepada penjajah. Para pemuda menginginkan kemerdekaan terjadi lebih cepat tanpa bantuan Jepang.

Namun, karena terus didesak oleh Sjahrir, Soekarno berjanji untuk mengumumkan proklamasi pada tanggal 15 Agustus setelah pukul lima sore. Sjahrir segera memberikan instruksi kepada pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang untuk bergerak cepat.

Sjahrir merasa bahwa Soekarno tidak serius dalam upaya memerdekakan Indonesia pada saat itu. Pada pukul lima sore tanggal 15 Agustus 1945, ribuan pemuda sudah menunggu dan bersiap-siap mendengar kabar proklamasi dari Soekarno dan Hatta. Namun, pada pukul enam kurang beberapa menit, Soekarno mengabarkan penundaan proklamasi.

Hal ini membuat para pemuda yang mendukung Sjahrir menjadi marah. Pada malam itu juga, sekitar pukul 10 malam, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, tempat tinggal Bung Karno, terjadi perdebatan serius antara sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan. Bahkan Wikana mengancam Soekarno bahwa jika kemerdekaan tidak diumumkan saat itu juga, maka akan terjadi pertumpahan darah keesokan harinya.

Bung Karno kemudian mengatakan bahwa ia tidak dapatmemutuskan sendirian, ia harus berkonsultasi dengan tokoh golongan tua lainnya, seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusmasomantri, Djojopranoto, dan Sudiro. Hasilnya tetap sama, yaitu penolakan untuk mengumumkan kemerdekaan pada saat itu. Akhirnya, golongan pemuda memutuskan untuk menculik Soekarno dan Hatta ke tempat terpencil yang jauh dari ibu kota.

Keputusan untuk menculik kedua tokoh tersebut diambil dalam rapat yang diadakan oleh para pemuda pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Rapat tersebut dihadiri oleh Soekarni, Jusuf Kunto, dr. Mawardi dari barisan Pelopor, dan Shodanco Singgih dari Daidan Pembela Tanah Air (PETA) Jakarta.

Penculikan Soekarno dan Mohammad Hatta

Mengenang Semangat Golongan Muda di Tugu Proklamasi Rengasdengklok
Pengunjung melihat Monumen Kebulatan Tekad, Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, Jumat (17/8). Monumen Kebulatan Tekad dibangun untuk memperingati peristiwa 'penculikan' Soekarno-Hatta oleh Golongan Muda Indonesia.(Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Tugas untuk menculik Soekarno dan Hatta diberikan kepada Singgih, dengan bantuan Cudanco Latief Hendraningrat yang menyediakan beberapa perlengkapan militer. Pada pukul 03.00 dini hari, Soekarno dan Hatta dijemput paksa oleh sekelompok pemuda dan kemudian dibawa ke Rengasdengklok, yang dianggap sebagai tempat ideal untuk Mengasingkan diua tokoh penting kemerdekaan Indonesia ini.

Dipilihlah di rumah milik Djiaw Kie Song, seorang petani keturunan Tionghoa. Rumah pengasingan tersebut berdekatan dengan markas PETA Purwakarta yang memiliki hubungan yang dekat dengan PETA Jakarta. Sejak tanggal 14 Agustus 1945, rumah tersebut sudah dihuni oleh anggota golongan muda seperti Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan 'Menteng 31'.

Rengasdengklok dipilih sebagai tempat pengasingan karena jaraknya yang cukup jauh dari ibu kota Jakarta. Dengan memilih lokasi yang terpencil, golongan tua diharapkan dapat terlepas dari pengaruh pemerintah Jepang dan menerima saran dari para pemuda untuk segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Dengan kata lain, latar belakang terjadinya peristiwa Rengasdengklok adalah upaya golongan muda untuk membujuk golongan tua agar segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan.

Namun, tindakan penculikan yang dilakukan oleh golongan muda justru membuat Soekarno kecewa dan marah karena mereka dianggap tidak mendengarkan pertimbangannya yang masuk akal. Akibatnya, situasi semakin tegang. Meskipun demikian, saat dijemput paksa, Soekarno tidak memiliki pilihan lain kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke tempat yang mereka tentukan.

Selama berada di rumah Djiaw Kie Song, para pemuda terus melakukan negosiasi agar Soekarno dan Hatta bersedia melaksanakan proklamasi kemerdekaan sesegera mungkin. Achmad Soebardjo, yang juga anggota PPKI, kemudian datang ke Rengasdengklok sebagai penengah antara Soekarno dan para pemuda. Akhirnya, Achmad Soebardjo berhasil meyakinkan golongan muda untuk membiarkan Soekarno dan Hatta pulang, sehingga mereka bisa melakukan proklamasi keesokan harinya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya