Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (All Time High) pada perdagangan Kamis (17/4/2025). Harga emas menyentuh USD 3.356 per troy ounce. Penguatan ini terjadi seiring dengan melemahnya Dolar AS.
Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, kondisi geopolitik dan fundamental saat ini sangat mendukung tren bullish emas, terutama ditopang oleh ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang semakin meningkat.
Baca Juga
Ketegangan terbaru muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, memerintahkan penyelidikan untuk mengenakan tarif pada impor tanah jarang dari China. Langkah ini memperdalam perang dagang dan meningkatkan kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi global, sehingga mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Advertisement
Andy menegaskan bahwa sentimen negatif ini menjadi pemicu kuat penguatan harga emas dalam beberapa hari terakhir.
Dari sisi teknikal, Andy menjelaskan bahwa kombinasi candlestick harian dan indikator Moving Average menunjukkan penguatan tren naik yang semakin solid.
“Saat ini struktur pergerakan harga emas menunjukkan konsistensi pola bullish. Selama harga masih mampu bertahan di atas area support dinamis, tren naik akan terus mendominasi,” ujar Andy dalam keterangan tertulis, kamis (17/4/2025).
Berdasarkan analisis teknikal terkini, ia memproyeksikan harga emas hari ini berpotensi melanjutkan kenaikan ke area USD 3.375. Namun, apabila terjadi tekanan balik atau reversal, penurunan bisa menuju level USD 3.294 sebagai target koreksi terdekat.
Pernyataan The Fed
Meski Ketua The Fed, Jerome Powell, telah mengecewakan pasar dengan pernyataan yang mengindikasikan belum ada urgensi pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat, emas tetap melanjutkan reli.
Powell menyebutkan bahwa bank sentral harus tetap berhati-hati agar tidak mendorong inflasi yang lebih tinggi secara persisten. Namun, pelaku pasar tetap memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 91 basis poin hingga akhir 2025, dengan proyeksi pemangkasan pertama terjadi pada bulan Juli tahun ini.
Faktor lainnya yang menopang harga emas adalah data ekonomi AS yang menunjukkan sinyal campuran. Penjualan ritel bulan Maret naik 1,4% MoM, melampaui ekspektasi, namun kelompok kontrol—yang digunakan untuk penghitungan PDB—justru meleset dari perkiraan.
Selain itu, data Produksi Industri AS pada Maret mencatat penurunan 0,3%, berbanding terbalik dari kenaikan 0,8% di Februari, menunjukkan bahwa sektor manufaktur masih dalam tekanan.
Advertisement
Bakal Terus Cetak rekor Baru
Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun hampir enam basis poin ke 4,281%, sedangkan imbal hasil riil AS dari TIPS turun menjadi 2,111%. Penurunan ini turut memberikan dorongan bagi harga emas karena menurunkan opportunity cost dalam memegang aset tanpa bunga seperti emas.
Dengan kombinasi dari faktor geopolitik, pelemahan dolar, ketidakpastian arah kebijakan The Fed, serta tren teknikal yang menguat, Andy Nugraha menilai prospek harga emas jangka pendek masih berada dalam zona positif.
“Selama tidak ada pembalikan arah yang signifikan, emas berpotensi lanjut mencetak rekor baru,” tutupnya.
