Liputan6.com, Gaza - Hamas pada hari Kamis (17/4) mengisyaratkan penolakannya terhadap usulan gencatan senjata terbaru Israel dan menyerukan kesepakatan "komprehensif" untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 18 bulan.
Kepala negosiator militan Palestina angkat bicara setelah penyelamat pertahanan sipil di Gaza mengatakan serangan udara Israel yang baru menewaskan sedikitnya 40 orang, sebagian besar dari mereka berada di kamp-kamp pengungsi warga sipil, saat Israel melancarkan serangannya di wilayah Palestina.
Baca Juga
Militer Israel mengatakan sedang menyelidiki laporan serangan tersebut.
Advertisement
Sumber Hamas mengatakan kepada AFP yang dikutip Jumat (18/4/2025) bahwa kelompok itu mengirim tanggapan tertulis pada hari Kamis (17/4) kepada para mediator, tentang usulan terbaru Israel untuk gencatan senjata selama 45 hari. Apa isinya? Berikut ini ulasannya:
- Israel menginginkan pembebasan 10 sandera yang masih hidup yang ditawan oleh kelompok itu, menurut Hamas.
- Israel juga menyerukan pembebasan 1.231 tahanan Palestina dari penjara Israel dan masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang telah diblokade sepenuhnya sejak 2 Maret.
- Usulan tersebut menyerukan Hamas untuk melucuti senjata guna mengamankan akhir perang sepenuhnya, sebuah tuntutan yang ditolak kelompok tersebut.
- "Perjanjian parsial digunakan oleh (Perdana Menteri Israel) Benjamin Netanyahu sebagai kedok untuk agenda politiknya... kami tidak akan terlibat dalam kebijakan ini," kata kepala negosiator Hamas, Khalil al-Hayya, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.
- Khalil al-Hayya mengatakan Hamas "mengupayakan kesepakatan komprehensif yang melibatkan pertukaran tahanan satu paket sebagai imbalan atas penghentian perang, penarikan pendudukan dari Jalur Gaza, dan dimulainya rekonstruksi" di wilayah tersebut
Adapun kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera sebelumnya dimulai pada 19 Januari tetapi gagal dua bulan kemudian.
Israel menawarkan untuk memperpanjang fase pertama, sementara Hamas bersikeras agar negosiasi diadakan untuk fase kedua, seperti yang digariskan oleh Joe Biden ketika ia menjadi presiden AS.
Israel kembali melakukan pengeboman besar-besaran di Gaza pada 18 Maret.
Â
Qatar Menyalahkan Israel
Emir Qatar, yang bersama Mesir dan Amerika Serikat membantu memediasi gencatan senjata pada Januari, menyalahkan Israel pada Kamis (17/4) atas keruntuhannya.
"Seperti yang Anda ketahui, kami mencapai kesepakatan beberapa bulan lalu, tetapi sayangnya Israel tidak mematuhi kesepakatan ini," kata Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani saat berkunjung ke Moskow.
Juru bicara pertahanan sipil Mahmud Bassal mengatakan dua rudal Israel menghantam tenda-tenda di daerah Al-Mawasi di kota selatan Khan Yunis, menewaskan sedikitnya 16 orang, "sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak, dan 23 lainnya terluka".
Puluhan ribu warga Palestina berbondong-bondong ke Al-Mawasi setelah Israel mendeklarasikannya sebagai zona aman pada Desember 2023. Namun, daerah itu sejak itu telah dilanda serangan Israel berulang kali.
Para penyintas menggambarkan ledakan besar di kamp yang padat itu yang membakar tenda-tenda.
"Kami duduk dengan tenang di dalam tenda, di bawah perlindungan Tuhan, ketika kami tiba-tiba melihat sesuatu yang merah menyala -- dan kemudian tenda itu meledak, dan tenda-tenda di sekitarnya terbakar," kata Israa Abu al-Rus kepada AFP.
Bassal mengatakan serangan Israel terhadap dua kamp pengungsi Gaza lainnya menewaskan sembilan orang -- tujuh orang di kota utara Beit Lahia, dan seorang ayah dan anak di dekat Al-Mawasi.
Secara terpisah, pertahanan sipil melaporkan dua serangan di Jabalia -- satu yang menewaskan sedikitnya tujuh anggota keluarga Asaliya, dan yang lainnya menewaskan enam orang di sebuah sekolah yang digunakan sebagai tempat penampungan -- serta penembakan Israel di Kota Gaza yang menewaskan dua orang.
Militer mengumumkan telah melakukan serangan di Jabalia terhadap pusat "komando dan kendali" Hamas.
Israel mengatakan pada hari Rabu (16/4) bahwa mereka telah mengubah 30 persen wilayah Gaza menjadi zona penyangga dalam serangannya yang meluas.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan setengah juta warga Palestina telah mengungsi sejak serangan dimulai kembali, yang memicu apa yang digambarkannya sebagai krisis kemanusiaan paling parah sejak perang dimulai dengan serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 terhadap Israel.
Â
Advertisement
Kondisi di Jalur Gaza: 51.065 Tewas Sejak Oktober 2023
Hamas menuduh Israel berusaha membuat 2,4 juta penduduk Gaza kelaparan setelah Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan pada hari Rabu bahwa Israel akan terus mencegah bantuan memasuki wilayah tersebut.
"Ini adalah pengakuan publik atas kejahatan perang," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Persediaan medis, bahan bakar, air, dan kebutuhan pokok lainnya sangat terbatas, kata PBB.
Komite Internasional Palang Merah mengatakan "sangat marah" bahwa sebuah bahan peledak menghantam salah satu pangkalannya di Gaza pada hari Rabu (16/4), serangan kedua dalam tiga minggu.
Serangan Israel yang diperbarui telah menewaskan sedikitnya 1.691 orang di Gaza, kementerian kesehatan di wilayah yang dikuasai Hamas melaporkan, sehingga jumlah korban keseluruhan sejak perang meletus menjadi 51.065, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Serangan Hamas pada bulan Oktober 2023 terhadap Israel mengakibatkan tewasnya 1.218 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan data resmi Israel.
