17 Langkah Mitigasi Bencana Hidrometeorologi, Kurangi Risiko dan Kerugian

Pengetahuan tentang mitigasi bencana hidrometeorologi menjadi hal yang penting untuk mengantisipasinya.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 12 Feb 2024, 20:34 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi banjir. (dok. unplash/@jonfordphotos)

Liputan6.com, Jakarta Bencana hidrometeorologi adalah fenomena alam yang disebabkan oleh aktivitas cuaca dan iklim seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin, dan kelembapan. Bentuk-bentuk umum dari bencana hidrometeorologi mencakup kekeringan, banjir, badai, kebakaran hutan, longsor, angin puyuh, gelombang dingin, dan gelombang panas.

Penyebab utama dari bencana hidrometeorologi adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Perubahan-perubahan ini seringkali mengakibatkan kondisi cuaca yang tidak stabil dan menyebabkan kejadian-kejadian ekstrim seperti banjir, kekeringan, badai hingga kebakaran hutan yang merugikan ekosistem dan kesehatan manusia. Pengetahuan tentang mitigasi bencana hidrometeorologi menjadi hal yang penting untuk mengantisipasinya.

Indonesia, dengan keberadaannya di kawasan tropis, seringkali menjadi sasaran perubahan cuaca dan iklim secara mendadak dan ekstrem. Negara ini terkenal dengan kerentanannya terhadap bencana hidrometeorologi, terutama karena faktor geografis dan kekayaan alamnya yang melimpah. Tingginya curah hujan, kemungkinan terjadinya gempa bumi dan letusan gunung berapi, serta adanya fenomena cuaca ekstrem seperti El Niño dan La Niña, semuanya berkontribusi terhadap frekuensi dan intensitas bencana hidrometeorologi di Indonesia.

Masyarakat perlu waspada dan mengenal upaya mitigasi bencana hidrometeorologi dalam membantu mengurangi dampak merugikan. Berikut langkah mitigasi bencana hidrometeorologi yang dapat dilakukan dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Senin (12/2/2024).

1. Menjaga Kebersihan Lingkungan

Ilustrasi kerja bakti
Ilustrasi kerja bakti. (Image by storyset on Freepik)

Upaya mitigasi bencana hidrometeorologi yang pertama adalah menghindari pembuangan sampah sembarangan. Tujuannya adalah mencegah terjadinya genangan air dan penumpukan sampah yang dapat menyumbat aliran air, sehingga meminimalisir risiko banjir.

2. Memahami Potensi Bencana

Pemahaman tentang potensi bencana hidrometeorologi memungkinkan masyarakat untuk lebih siap menghadapinya dengan cara mengidentifikasi area rawan dan merencanakan langkah-langkah mitigasi yang sesuai.

3. Mitigasi Struktural dan Non-struktural

Meliputi pembangunan infrastruktur (seperti normalisasi sungai dan pembuatan sumur resapan) serta penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat, aparatur, dan relawan untuk meningkatkan kesadaran dan kesiapan dalam menghadapi bencana.

4. Aktivasi Posko Siaga Darurat

Pendirian posko siaga darurat di tingkat yang sesuai memungkinkan koordinasi dan penanganan bencana yang lebih efektif dan efisien.

5. Pantau Informasi Cuaca dan Peringatan Dini

Menggunakan informasi prakiraan cuaca dan peringatan dini untuk mengambil langkah-langkah preventif sebelum bencana terjadi juga menjadi bahian dari mitigasi bencana hidrometeorologi.

6. Kesiapsiagaan Personil dan Logistik

Persiapan personil, logistik, dan peralatan yang memadai untuk menghadapi bencana, termasuk pelatihan dan simulasi tanggap darurat.

7. Siapkan Jalur Evakuasi dan Tempat Pengungsian

Persiapan jalur evakuasi dan tempat pengungsian serta penanda evakuasi penting untuk memastikan keselamatan masyarakat saat terjadi bencana.

8. Rencana Kontijensi

Persiapan Mitigasi Bencana atau Persiapan Mengungsi saat Puting Beliung
Ilustrasi Persiapan Mitigasi Bencana Credit: pexels.com/Roger

Penyusunan rencana kontijensi per jenis bencana memungkinkan respons yang cepat dan terkoordinasi ketika bencana terjadi.

9. Gladi dan Simulasi Tanggap Darurat

Melakukan latihan simulasi tanggap darurat bencana secara berkala untuk meningkatkan kesiapan dan respons tim dalam menghadapi bencana juga menjadi mitigasi bencana hidrometeorologi.

10. Patroli dan Operasi Tanggap Darurat

Patroli dan operasi tanggap darurat pada saat terjadi bencana memungkinkan deteksi dini dan penanganan cepat terhadap situasi darurat.

11. Kaji Cepat Kebutuhan Darurat

Penilaian cepat terhadap kebutuhan tanggap darurat setelah terjadinya bencana penting untuk menyusun respons yang tepat.

12. Pencarian, Pertolongan, dan Evakuasi

Operasi pencarian dan pertolongan serta evakuasi bertujuan untuk menyelamatkan korban dan mengurangi dampak bencana.

13. Perlindungan Kelompok Rentan

Memastikan perlindungan dan bantuan khusus bagi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan penyandang disabilitas.

14. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Memberikan bantuan yang diperlukan seperti makanan, air bersih, dan perlindungan kesehatan kepada korban bencana.

15. Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Setelah bencana, melakukan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan kehidupan masyarakat dan infrastruktur yang terdampak.

16. Memperhatikan Himbauan Pemerintah

Mendengarkan dan mengikuti saran serta himbauan resmi dari pemerintah mengenai tindakan yang harus diambil dalam menghadapi bencana.

17. Koordinasi dengan Pihak Terkait

Mengkoordinasikan upaya penanganan bencana dengan semua pihak terkait, termasuk pemerintah, lembaga non-pemerintah, dan masyarakat umum, untuk memastikan respons yang terkoordinasi dan efektif.

Jenis Bencana Hidrometeorologi

Ilustrasi kebakaran lahan dn hutan (Istimewa)
Ilustrasi kebakaran lahan dn hutan (Istimewa)

Mengenal berbagai macam bencana hidrometeorologi dapat terjadi juga menjadi bagian dari upaya mitigasi bencana hidrometeorologi. Masing-masing bencana memiliki karakteristik dan dampak yang unik. Berikut adalah beberapa macam contoh bencana hidrometeorologi.

1. Banjir

Banjir adalah peristiwa luapan air yang melanda wilayah yang biasanya kering, seperti sungai, danau, atau laut, yang dapat disebabkan oleh hujan deras, pencairan salju, atau tingginya gelombang laut.

2. Longsor

Longsor terjadi ketika lapisan tanah atau batuan bergeser dan menuruni lereng, biasanya disebabkan oleh hujan lebat, gempa bumi, atau aktivitas manusia seperti penebangan hutan yang berlebihan.

3. Curah Hujan Ekstrem

Curah hujan ekstrem terjadi ketika terjadi hujan dengan intensitas yang sangat tinggi dalam waktu singkat, seringkali menyebabkan banjir, tanah longsor, dan genangan air yang parah.

4. Angin Kencang

Angin kencang merupakan keadaan dimana kecepatan angin melebihi 27,8 km/jam, yang dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan, pohon tumbang, dan bahkan merusak infrastruktur.

5. Puting Beliung

Puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan tinggi, seringkali disertai hujan deras dan petir. Fenomena ini dapat menyebabkan kerusakan yang luas dalam waktu singkat.

6. Kekeringan

Kekeringan terjadi ketika curah hujan di suatu wilayah sangat rendah dalam jangka waktu yang lama, mengakibatkan kekeringan tanah, krisis air bersih, dan kerugian dalam sektor pertanian.

7. Kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan seringkali dipicu oleh cuaca panas dan kering, serta aktivitas manusia seperti pembakaran lahan untuk pertanian atau pembangunan.

8. Kualitas Udara Buruk

Kualitas udara buruk terjadi ketika polusi udara mencapai tingkat yang tinggi, menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan pernapasan, iritasi mata, dan peningkatan risiko penyakit.

Dampak Bencana Hidrometeorologi

Ilustrasi Tanah longsor (Istimewa)
Ilustrasi Tanah longsor (Istimewa)

Bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin puting beliung, dan tanah longsor, memiliki dampak yang signifikan terhadap manusia dan lingkungan. Berikut dampak utama dari bencana hidrometeorologi.

1. Kerusakan Sarana dan Prasarana

Bencana seperti banjir dan angin puting beliung dapat menyebabkan kerusakan pada infrastruktur penting seperti jalan raya, jembatan, gedung-gedung, dan fasilitas perkotaan lainnya. Kerusakan ini dapat mengganggu mobilitas dan aksesibilitas masyarakat serta mengganggu kegiatan ekonomi dan sosial.

2. Korban Jiwa

Bencana hidrometeorologi sering kali menelan korban jiwa, terutama jika terjadi di wilayah yang padat penduduk atau jika masyarakat tidak menerima peringatan dini yang cukup. Banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung dapat menyebabkan kecelakaan, tenggelam, tertimbun, atau cedera serius kepada individu yang terjebak di dalamnya.

3. Penyakit Pasca Bencana

Setelah bencana hidrometeorologi, masyarakat yang terdampak rentan terhadap berbagai penyakit. Air yang tercemar selama banjir dapat menyebabkan penyebaran penyakit seperti diare, tifus, dan infeksi kulit. Selain itu, kondisi lingkungan yang tidak higienis dan ketersediaan air bersih yang terbatas juga dapat meningkatkan risiko penyakit menular.

4. Kerusakan Lingkungan

Bencana hidrometeorologi juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas, termasuk kerusakan habitat alami, deforestasi, dan degradasi lahan. Banjir dapat menghancurkan vegetasi dan menyebabkan erosi tanah, sementara kebakaran hutan dapat mengakibatkan kerugian ekosistem yang serius.

5. Kerugian Ekonomi

Dampak ekonomi dari bencana hidrometeorologi dapat mencakup kerugian pada sektor pertanian, industri, perdagangan, dan pariwisata. Kerusakan pada infrastruktur dan fasilitas produksi serta hilangnya sumber daya alam dapat menyebabkan penurunan pendapatan, pengangguran, dan kesulitan ekonomi bagi masyarakat yang terkena dampak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya