Dieng Culture Festival Digelar September Hindari Bulan Suro, Kenapa Bulan Ini Dianggap Keramat dan Sakral?

Pergeseran pelaksanaan DCF dari Agustus ke September ini terkait dengan bulan yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa, Sura atau Suro

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Jul 2022, 10:00 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2022, 10:00 WIB
Jazz atas awan mewarnai Dieng Culture Festival. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Jazz atas awan mewarnai Dieng Culture Festival. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banjarnegara - Berbeda dari biasanya, agenda wisata budaya 'Dieng Culture Festival (DCF) XIII Tahun 2022 bakal digelar pada September. Lazimnya, DCF digelar pada Agustus.

Secara resmi panitia mengumumkan Dieng Culture Festival 2022 digelar tiga hari, antara 2-4 September 2022.

Pusat pagelaran tetap dilakukan di lokasi yang sama, yakni kompleks Candi Arjuna, Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah.

Ternyata, pergeseran pelaksanaan DCF dari Agustus ke September ini terkait dengan bulan yang dianggap sakral oleh masyarakat Jawa, Sura atau bulan Suro. Secara tradisi, masyarakat Jawa terbiasa tidak menggelar keramaian pada bulan Suro.

Ketua Pokdarwis Dieng Pandawa Alif Faozi menjelaskan, kepanitiaan menghormati tradisi masyarakat. Sebab, Dieng Culture Festival itupun berkiblat pada tradisi dan kebudayaan Jawa.

"Ya kita menghargai kearifan lokal. Karena pada Agustus itu masih bulan Sura," ucap Alief, beberapa waktu lalu.

Panitia sempat mempertimbangkan agar Dieng Culture Festival tetap digelar pada Agustus. Namun, akhirnya dengan berbagai pertimbangan, gelaran ini dilaksanakan pada September.

Menurut Alief, bulan Sura adalah bulan spiritual. Pada bulan ini, masyarakat Jawa meningkatkan rohani dan kekuatan batin.

Saksikan Video Pilihan Ini:

Sisi Keramat Bulan Suro

Dieng Culture Festival akan digelar selama tiga hari antara Jumat-Minggu, 2-4 Agustus 2019, dan dipusatkan di kompleks Candi Arjuna Dieng, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Dieng Culture Festival akan digelar selama tiga hari antara Jumat-Minggu, 2-4 Agustus 2019, dan dipusatkan di kompleks Candi Arjuna Dieng, Dieng Kulon, Batur, Banjarnegara. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Mengutip dari berbagai sumber, pada bulan Suro atau Muharam, banyak terjadi peristiwa-peristiwa bersejarah.

Berbagai peristiwa bersejarah seperti peristiwa banjir bandang Nabi Nuh, perlawanan Nabi Ibrahim terhadap Namruj, duel Nabi Musa melawan Fir'aun, terjadi pada bulan Muharam.

Pada masa setelah Nabi Muhammad SAW wafat, terjadi tragedi pembunuhan cucu Rasulullah SAW, Husain bin Ali yang terjadi pada hari Assyura, 10 Muharram 61 Hiriyah.

Peristiwa duka yang dikenal sebagai tragedi Karbala ini selalu diperingati oleh muslim Syiah setiap tahunnya.

Berbagai peristiwa besar dan tragis itu lantas membuat masyarakat muslim menghormati bulan ini, dengan cara tidak menggelar acara besar. Mereka menganggap peristiwa besar di masa lalu sebagai waktu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan olah bathin (spiritualitas).

Malam 1 Suro atau tahun baru Islam 1 Muharam juga digunakan sebagai pengingat, agar manusia bisa menahan diri dan bersabar.

 

Mengutip Kemdikbud.go.id, peringatan malam 1 Suro mengandung pesan perlunya menjaga diri dari perbuatan buruk dan kepasrahan kepada Tuhan, menjadi momentum untuk berintrospeksi, selalu bersyukur kepada Tuhan YME.

Kemudian, berbuat terbaik, tidak hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga terdekatnya, tetapi untuk sesama makhluk Tuhan. Manfaat yang diperoleh dari budaya tersebut adalah munculnya sikap ikhlas dan lebih bersyukur dalam menjalani hidup.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya