Liputan6.com, Jakarta Pada satu rentang waktu di maraton the Big 4 Fashion Week yang dimulai dari New York Fashion Week 12 Februari 2015 hingga berakhir di Paris Fashion Week 11 Maret 2015, Indonesia juga mengadakan pekan mode bertajuk Indonesia Fashion Week (IFW) 2015. Sebagian area Jakarta Convention Center dipersiapkan sebagai venue acara yang berlangsung pada 26 Februari 2015 – 1 Maret 2015.
Ini adalah IFW ke-4 sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012. Dinisiasi oleh Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), event mode yang pada tahun awalnya hanya diikuti oleh sekitar 200 peserta pameran dagang kini sudah menghadirkan 747 brand peserta trade shows. Seperti dijelasakan oleh Direktur Indonesia Fashion Week, Dina Midiani, kepada Liputan6.com sehari sebelum dibukanya event itu, IFW tahun ini mulai bergerak di wilayah business to business.
Oleh karena itulah hadir pada area IFW 2015 ini sebuah zona B2B. Zona itulah yang mengakomodasi aktivitas bisnis peserta pameran dagang dengan para buyers yang ada di IFW. Selain jumlah peserta pameran dagang yang bertumbuh pesat, angka pengunjung yang menghadiri rangkaian acara ini pun melebihi target yang ditetapkan. Di seremoni penutupan IFW 2015 disebut bahwa pengunjung yang datang mencapai 120 ribu orang, melampaui target sebesar 100 ribu orang.
Advertisement
Saat itu pula dikatakan estimasi transaksi yang terjadi selama 4 hari penyelenggaraan acara mencapai milyaran rupiah. Angka-angka yang telah disebut memang menunjukkan bagaimana bertumbuhnya animo atas sebuah kegiatan mode dan aspek bisnis yang ada di dalamnya. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apa arti semua itu bagi kata `fesyen` itu sendiri. Jawaban atas pertanyaan tersebut punya signifikansi penting bagi perkembangan dunia fesyen Indonesia. Itulah yang akan membedakan realitas fesyen dengan wilayah dagang baju pada umumnya.
Lepas dari soal-soal teknis pelaksanaan IFW – semisal kenyamanan dan kemenarikan area atau pelaksanaan fashion shows yang juga akan berdampak penting bagi IFW itu sendiri – apa yang disampaikan oleh Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif di puncak IFW 2015 menarik untuk dikaji lebih lanjut secara saksama. Saat itu, ayah penyanyi Sherina Munaf ini mengungkap gagasan untuk memisahkan trade shows yang ada di IFW. Akankah ide itu memiliki dampak khusus dan positif bagi upaya memajukan dunia fesyen Indonesia?
Usia dunia fesyen Indonesia memang relatif muda bila dibandingkan dengan Prancis. Wajar dan memang perlu berbagai metode dieksplorasi untuk membangun dunia mode tanah air, termasuk menentukan format tepat IFW. Pada dunia fesyen Prancis, tugas yang diemban adalah menjaga legasi kota Paris sebagai ibukota fesyen dunia. Hal ini dapat dibaca pada situs resmi The Federation Francaise de la Couture, du Pret-a-Porter des Couturiers et des Createurs de Mode, organisasi penyelenggara Paris Fashion Week. Badan yang singkat disebut French Fashion Federation itu berdiri pada tahun 1973.
Perlu dicatat bahwa apa yang kini tengah dijaga oleh badan fesyen Prancis itu merupakan bentukan dari sejarah fashion Prancis yang sangat panjang. Perbedaan mendasar antara proyek APPMI yang terbentuk pada tahun 1993 untuk mengembangkan dunia fesyen Indonesia dan proyek French Fashion Federation dalam mempreservasi kota Paris sebagai ibukota fesyen dunia penting untuk menjadi acuan dalam memformulasi kegiatan fashion week di Indonesia agar bisa memfasilitasi tujuan yang hendak dicapai. Lalu bagaimanakah Indonesia Fashion Week 2016 nanti?