Liputan6.com, Sabang Even sail terbesar di Indonesia, Sail Sabang 2017, benar-benar membawa banyak berkah bagi Aceh. Berbagai lini usaha kebagian rezeki dari even yang bakal dikoneksikan dengan even sail di Phuket dan Langkawi ini.
“Alhamdulillah Sail Sabang bawa banyak berkah. Kopinya makin terkenal, makin laku. Begitu juga jasa penyewaan mobil dan penginapan. Semuanya laris,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Aceh, Reza Fahlevi, Jumat (1/12/2017).
Saat Sail Sabang 2017, kedai-kedai kopi di Sabang dan sekitarnya semakin laku keras. Semua orang, baik tua, muda, laki-laki dan perempuan, wisatawan mancanegara (wisman), maupun wisatawan nusantara (wisnus), seakan kompak menyeruput kopi Aceh.
Advertisement
Tengok saja kawasan Tugu Garuda yang merupakan jantung Kota Sabang. Kedai-kedai kopi di sana selalu penuh dari pagi hingga dini hari.
Kualitas kopi Aceh memang jangan diragukan lagi. Aceh adalah salah satu daerah produsen kopi kelas dunia. Sejak era kolonial Belanda hingga sekarang, Aceh punya dua daerah sentra produksi kopi yang keren, yaitu Ulee Kareng dan Gayo.
Kopi Ulee Kareng yang termasuk jenis kopi Robusta dihasilkan dari Kecamatan Ulee Kareng, sedangkan kopi Gayo termasuk jenis Kopi Arabika. Di pasar dunia, kopi Gayo bahkan sudah masuk kelas kopi premium. Kedua jenis kopi inilah yang mengharumkan nama Aceh sebagai salah satu produsen kopi terbaik di Tanah Air dan merajai 40 persen pasar dalam negeri.
Kopi Ulee Kareng sendiri lebih gampang dijumpai. Hampir semua kedai kopi di Banda Aceh menyuguhkan kopi produksi daerah ini. Proses pengolahan bubuk kopinya sangat unik. Bubuk kopi tidak sekedar diseduh dengan air panas, tetapi kopinya ikut dimasak. Alhasil, aroma dan cita rasa kopi yang keluar benar-benar kuat. Kopi yang telah dimasak ini kemudian mengalami beberapa kali proses penyaringan menggunakan saringan berbentuk kerucut.
Kopi andalan lainnya adalah kopi hitam Aceh. Biasanya disajikan dalam gelas kaca. Tidak manis, tetapi tetap ramah di lambung. Selain kopi hitam, di sana juga ada teh tarik dan kopi susu.
Bukan hanya kopi, makanan juga laku keras. Mie Aceh, nasi kari, sate gurita, sayur pliek U (semacam gulai), kue Karra, dan kue-kue basah, semuanya ikut diburu wisatawan.
"Sudah kebiasaan orang kalau datang ke sebuah daerah mereka ingin tahu makanan khas daerah tersebut. Dengan adanya Sail Sabang 2017 ini, kita tak hanya mengenalkan kuliner khas Sabang khususnya, dan Aceh, tetapi juga memberi manfaat bagi usaha masyarakat di sini. Tentu ini rezeki buat mereka," ucap Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti.
Menurutnya, pelaku usaha kuliner, travel, dan usaha lainnya harus benar-benar pandai memanfaatkan momen ini.
"Ini kesempatan buat mengembangkan usaha mereka. Peran Dinas Pariwisata Sabang juga dibutuhkan. Usai event ini mereka harus bisa melanjutkan gairah wisata yang sudah menggeliat ini, sehingga apa yang dilakukan saat ini dengan dukungan pemerintah pusat bisa benar-benar terasa manfaatnya," kata Esthy.
Sementara itu, Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya, Wawan Gunawan, mengatakan bahwa kuliner yang merupakan bagian dari budaya daerah memang melekat dengan pariwisata.
"Setiap wilayah punya kekhasan sendiri, termasuk kulinernya. Rasanya belum lengkap jika datang ke sebuah daerah tanpa menikmati kuliner khas daerah tersebut," ujarnya.
Para pelaku usaha pun mengaku senang dengan bertambah ramainya usaha mereka.
"Senang kita. Tamu ramai dan penghasilan juga ramai. Tak pernah sepi kedai ini bang," ucap Hasan, penjaga kedai de Sagoe Kuphie.
Hal senada juga disampaikan Dian, driver travel. Sudah dua hari ini dia disewa untuk mengantarkan tamu di kota kelahirannya.
"Kita bawa tamu dari Jakarta. Mereka mau lihat Sail Sabang. Alhamdulillah ramai order dengan adanya Sail Sabang ini," kata bapak satu anak ini.
Sail Sabang yang digaungkan Kementerian Pariwisata itu juga sukses membuat Pulau Weh menggeliat. Keindahan alam Pulau Weh dan berbagai acara yang disuguhkan, membuat wisatawan yang datang tak ragu melayangkan dua jempol.
"Kemarin keluarga sudah lihat itu kapal Dewa Ruci merapat di Pelabuhan CT-3. Anak saya yang usianya 6 tahun suka sekali. Apalagi ada atraksi drum band dari TNI," ujar Badrun, wisatawan yang menginap di homestay di kawasan Jalan Senopati, Sabang.
Beragam fakta tadi membuat Menpar Arief Yahya semakin bersemangat. Pesannya hanya satu, ia ingin Sail Sabang 2017 tidak hanya sukses dalam penyelenggaraan, tetapi juga sukses dalam tindak lanjutnya.
Karena itu, dia akan terus mendorong agar bisnis wisata bahari di sana sukses dan bisnisnya bisa sustain. Levelnya pun akan terus didorong naik kelas seiring dengan dibuatnya poros Sabang, Phuket, Langkawi.
“Sabang harus menjadi international hub. Harus memiliki event rutin dari Segitiga Sabang-Phuket-Langkawi (Saphula). Ini akan memberi keuntungan ke banyak pihak. Masyarakat juga bisa merasakan dampak langsungnya karena spending satu yacht itu bisa mencapai Rp 1 miliar,” ucap Arief.
(*)