Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan film Indonesia Adhya Pictures bakal merilis film tentang sepak bola berjudul Forza. Mereka berkolaborasi dengan perusahaan film Amerika Serikat RIVA Studios dalam proses produksinya.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengungkapkan kolaborasi harus disambut. "Adhya Pictures ini menggandeng RIVA Studios Amerika dan merupakan co-production Film Forza ini, dan dapat dukungan penuh dari AC Milan di Italia, klub sepak bola profesional Dewa United," ujar Sandi saat The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid pada Senin (25/3/2024).
Baca Juga
Eksekutif Produser Film Forza, David Aditya Soeryadjaya menjelaskan bagaimana proses kolaborasi terjadi. Ia mengatakan pendiri RIVA Studio yang berbasis di Miami, Amerika Serikat, Marco Balsamo memiliki ketertarikan pada sepak bola, bahkan menjadi pemain sepak bola. Di sisi lain, pendiri Adhya Pictures juga berminat pada sepak bola.
Advertisement
"Setelah kita bicara dan akhirnya merasa ini sebuah kesempatan di mana kita bisa bawa Indonesia ke dunia, apalagi dari segi sepak bola, dari segi Bali-nya, dari segi kehidupan seorang Indonesia, akhirnya kita membuat keputusan kita maju dan memproduksi film ini," papar David.
Film itu sudah selesai diproduksi dan sedang dalam tahap pasca-produksi yang diperkirakan selesai pada Juni 2024. Mengenai jadwal tayang film Forza, David belum bisa memberitahu lebih lanjut karena akan disesuaikan dengan waktu perilisan yang tepat.
Dapat Dukungan Penuh AC Milan
Sementara, Eksekutif Produser Shierly Kosasih menyebut merasa beruntung bisa dapat dukungan klub sepak bola asal Italia tersebut. Namun, ia menolak menjelaskan detail soal dukungan dari AC Milan. "Akan banyak spoiler kalau aku cerita lebih jauh," ucapnya, sambil menambahkan bahwa syuting dilakukan di stadion dengan beberapa pemain AC Milan.
Ia hanya memastikan bahwa Marco Balsamo dari RIVA Studio membuat film dengan sepenuh hatinya. "Jadi, satu racikan yang buat fim ini menarik," cetusnya lagi.
Film itu mengisahkan tentang perjalanan seorang anak bernama Bima yang bermimpi menjadi pemain sepak bola profesional. Ia memperbaiki hidup keluarganya dan mengejar cita-cita dalam dunia sepak bola sampai akhirnya berhasil bergabung ke tim junior AC Milan.
Atiqah Hasiholan dan Yuriko Angeline sebagai pemeran film Forza menceritakan saat proses syuting berlangsung. "Di sini aku berperan sebagai ibunya Bima," sebut Atiqah sambil menyebut film juga bercerita tentang konflik hubungan orangtuanya.
Di sisi lain, Bima dan ibunya yang tinggal di sebuah perkampungan Bali menonjolkan sisi lain kehidupan masyarakat. Di kampung tersebut, kehidupan Bima bersinggungan juga dengan tokoh lainnya yang diperankan Yuriko Angeline. "Marco yang orang Itali melihat bahwa di Indonesia itu anyone bisa menjadi family, kebersamaan," bebernya lagi.
Advertisement
Dukungan Kemenparekraf untuk Industri Film
Dalam sesi tanya jawab, Eksekutif Produser fil Forza, Shierly Kosasih mengungkap tentang dukungan Kemenparekraf untuk insan perfilman Indonesia. "Kalau dari film kita udah dapet banyak banget dukungan dari pemerintah sampai sejauh ini," sebut Shierly.
Salah satunya yang ia rasakan dukungan saat dirinya dan sineas lain ikut serta dalam ajang Hongkong Filmart 2024 yang pertama kalinya Indonesia ikut memiliki paviliun pameran. Dengan itu, Adhya Pictures punya tempat untuk menunjukan karyanya.
Sementara insentif dari pemerintah dengan re-paid pajak yang diterima sebesar 15-20 persen juga sangat membantu. Ia pun berharap re-paid pajak ini bisa terus berjalan ke depannya, karena industri film membutuhkan biaya yang besar dalam menghasilkan karya.
"Setiap project film membutuhkan ratusan orang, kita membutuhkan finansial yang tidak sedikit hitungannya. Jadi sekecil apapun, pasti besar impact-nya buat kita," sambungnya sambil menambahkan bahwa industri film Indonesia sedang berkembang pesat.
Di sisi lain Sandiaga Uno menambahkan, pihaknya sedang memikirkan skema yang berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta BUMN supaya bisa memfasilitasi ekosistem sineas-sineas pemula supaya bisa naik kelas. "Kalau yang gede-gede mungkin punya banyak modal," tuntasnya.
Sutradara Gina S. Noer Kritik Film Horor Indonesia
Mengutip dari Tim Showbiz Liputan6.com, Senin (25/3/2024), sutradara sekaligus penulis skenario Gina S. Noer menyuarakan keresahannya terkait tren film horor Indonesia yang menjadikan unsur agama alat teror untuk menciptakan nuansa horor.
Sebagai sineas, Gina ikut mengkritik tajam para pembuat film horor lokal yang acap kali menggunakan cara tersebut. Menurutnya, hal ini sudah masuk dalam ranah eksploitasi agama.
"Nah, menurut gue masalahnya dengan kebanyakan horor Indonesia yang tema agamanya saat ini adalah sudah masuk ke ranah eksploitasi agama terutama agama islam (mungkin karena mayoritas ya),” ungkap Gina melalui Instagram Stories @ginasnoer.
Lebih jauh, Gina mengakui ia sebenarnya tidak masalah ketika suatu film mengangkat tentang kepercayaan atau keyakinan dalam beragama. Akan tetapi, ia cukup menyayangkan kalau suatu film menggunakan ritual agama yang suci untuk menghadirkan ketakutan serta adegan seram. Pasalnya, film horor lokal menurut Gina justru menonjolkan iman sebagai sesuatu yang lemah, alih-alih menjadi alat untuk melawan sesuatu yang gaib.
Advertisement