Liputan6.com, Jakarta - Majalah Forbes baru saja merilis daftar tahunan 30 Under 30 yang berisikan anak muda di bawah usia 30 tahun yang memiliki pengaruh dan dampak dalam isu pendanaan, pendapatan, dampak sosial, skala, daya cipta, dan potensi. Dalam daftar tersebut ternyata ada band metal Indonesia, Voice of Baceprot yang mengisi front page Forbes 30 Under 30 Asia untuk bagian Hiburan & Olahraga.
Band asal Garut, Jawa Barat tersebut dianggap telah menjadi inspirasi dan talenta bersinar untuk generasi selanjutnya. Voice of Baceprot yang terdiri dari Firda Marsya Kurnia (vokal), Widi Rahmawati (bass) dan Euis Siti Aisyah (drum), menjadi inspirasi mimpi tanpa batas bagi perempuan-perempuan di luar sana.
Baca Juga
Meski mendapat ancaman di negara yang tidak biasa bagi perempuan untuk menampilkan musik metal, mereka tidak berencana untuk berhenti, tulis Forbes dalam lamannya. "Kami ingin terus memberikan contoh, khususnya bagi remaja putri, bahwa kami memiliki masa depan yang lebih cerah," kata Firda kepada Forbes.
Advertisement
Selain Voice of Baceprot, pada bidang yang sama, ada nama Mahalini Raharja. Penyanyi yang baru saja menikah dengan Rizky Febian tersebut diakui sebagai salah satu artis Indonesia yang paling naik daun, dengan lebih dari 10,3 juta pendengar di Spotify.
Forbes yang menilai lewat staf dan panel juri independen mengeluarkan beberapa daftar sesuai dengan bagian dan bidang. Bidang-bidang tersebut meliputi, Hiburan & Olahraga, Keuangan & Modal Ventura, Perusahaan Teknologi, Media, Pemasaran, & Periklanan, Teknologi Konsumen, Industri, Manufaktur, & Energi, Gaya, Makanan, Minuman, & Seni, Dampak Sosial, Retail & Ecommerce, dan yang terakhir, Kesehatan dan Sains.
Sejumlah Nama Indonesia di Forbes 30 under 30
Pada bidang yang lain juga ditemukan sejumlah nama anak-anak muda Indonesia di bawah 30 tahun yang dianggap punya pencapaian luar biasa dan dampak besar terhadap masyarakat luas. Dalam bidang Keuangan & Modal Ventura, ada Founder Gajiku, Sherman Tanuwidjaja, dan Co-Founder Bizhare, Heinrich Vincent.
Di bidang Media, Pemasaran, dan Periklanan, ada founder madybyhuman, Michael Andrian, dan Co-Founder BintanGO, Oktorika Mandasari. Sedangkan di bidang Teknologi Konsumen, ada nama Qurrat Ayub dan Co-Founder Aplikasi Anti Food Waste yaitu, Surplus, Muhammad Agung Saputra.
Sedangkan dalam bidang Industri, Manufaktur, & Energi, ada nama Graciela Putri, Co-Founder Juragan Material dan kelompok Founder merek parfum HMNS yang populer yaitu, Rizky Arief Dwi Prakoso, Karina Innadindya, dan Amaron Naibaho di bidang Retail & Ecommerce. Untuk bidang Gaya, Makanan, Minuman, & Seni, ada seniman mural asal Bali, Yeesiow dan Tamara Dewi Gondo Soerijo, pendiri organisasi nirlaba untuk perempuan termarjinalkan bernama Liberty Society.
Advertisement
Voice of Baceprot Tegaskan Mereka Musisi bukan Model Hijab
Dikutip dari kanal Global Liputan6.com, trio musisi ini sempat berkata bahwa mereka tidak nyaman ketika sebelumnya ke Eropa karena banyak ditanya media soal hijab yang mereka kenakan. "Yang kami tidak suka adalah ketika orang tuh lebih banyak membicarakan itu (hijab), menanyakan itu terus. Sementara, musiknya sendiri itu justru diabaikan," demikian Marsya bercerita.
"Jadi orang habis waktunya untuk membahas (hijab) di media. Akhirnya, ketika isu itu dilempar ke masyarakat luas, beritanya ke masyarakat yang ada di luar sana, yang berkembang adalah kami band yang terkenal cuma karena kita berhijab, menunggangi stigma dan segala macam. Padahal, kami selama delapan tahun di musik, bekerja keras untuk memperbaiki kemampuan (bermusik), bekerja keras untuk membuat karya yang bagus untuk dikenal sebagai musisi, bukan dikenal sebagai yang hanya jual penampilan saja," ucap perempuan di awal usia 20 tahunan ini.
Sitti menambahkan, mereka lebih senang ditanya soal musik ketimbang penampilannya. "Karena kami bukan model hijab. Kami datang ke sini mau memperkenalkan karya kami. Jadi, kami tidak mau dilihat dari penampilan yang kami pakai," pungkasnya. Di panggung festival heavy metal dunia Wacken Open Air 2022 di Jerman, ketiganya menggoreskan prestasi.
Bawa Pesan Feminisme Lewat Lagu
Lagu andalan mereka '[Not] Public Property' yang dirilis 2022 juga banyak terinspirasi dari pengalaman pribadi anggota VoB. Pengalaman pribadi yang dirasakan Euis Siti Aisyah, terutama di ranah media sosial.
"Banyak yang mengatur-atur ke aku pribadi, seperti misalnya: Sitti, tubuh kamu lebih cocok pakai baju begini deh, jangan yang terlalu begini deh! Padahal aku pakai baju apa yang aku suka. Tubuh aku di antara bertiga memang yang paling berisi. Nah, jadi banyak beberapa orang yang menyarankan, Sitti, kamu jangan terlalu pakai baju yang terlalu ketat deh! Yang seperti itu," demikian diungkapkan Sitti, penggebuk drum VoB.
Marsya menambahkan banyak orang yang sering bahkan mengatur soal berat badan mereka. "Kami juga disuruh menaikan berat badan, menurunkan berat badan. Padahal kami nyaman dengan tubuh kami saat ini. Yang penting bagi kami adalah sehat dan nyaman."
Tidak sedikit pula yang mengatakan sebagai artis internasional, mereka harus lebih memperhatikan bentuk tubuh, "Padahal, tubuh kita, ya punya kita. Cuma kita yang punya hak untuk memperlakukan seperti apapun tubuh kita," ujar Marsya. Pada awal mendirikan Voice of Baceprot, ketiga personel VoB masih berusia 14 tahun di tahun 2014.
Sementara itu pemain bass VoB, Widi Rahmawati curhat bagaimana orang-orang sering memperhatikan gerak-geriknya di atas panggung dan mencoba mengatur bagaimana seharusnya ia bergerak. "Misalnya saat saya menginjak-injak sistem audio. Satu kaki naik ke atas sistem kontrol audio itu, lalu ada yang komentar, 'Widi, kamu jangan menaikkan kaki ke alat sistem kontrol itu, dong! Itu jadi seperti mengangkang. Begitu kata mereka'," demikian dikisahkan Widi.
Advertisement