Liputan6.com, Jakarta - Anak generasi 90an pasti familiar dengan serial Star Trek atau Power Rangers. Gambaran masa depan yang serba canggih dan futuristik itu seolah mewujud lewat pameran Wonderlab yang berlangsung di East Mall Grand Indonesia.
Sensasi hidup di era serba robot yang canggih dengan kesan artifisial dan serba digital yang kuat bisa dirasakan saat menelusuri ruang-ruang pamer. Pameran bertajuk Wonderlab: Technology + Multisensory itu terbagi di tiga area berbeda mal, yakni Main Event di lantai Ground; Main Atrium lantai 1, dan Rama Atrium lantai LG.
Tidak semua area harus berbayar. Khusus di main atrium lantai 1 dan Rama Atrium lantai LG bisa diakses gratis. Hanya di lantai Ground, pengunjung perlu membayar biaya tiket untuk bisa menelusuri sembilan zona eksperensial dengan tema berbeda-beda.
Advertisement
Kesan futuristik langsung terasa begitu sampai di lorong masuk. Keyboard, layar dengan grafis bergonta-ganti, tombol-tombol yang hanya jadi properti mengingatkan pada gambaran kapal penjelajah waktu seperti di serial TV di atas.
Sebelum masuk, petugas akan memberikan panduan singkat tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan di dalam. Ritual di lorong diakhiri dengan meminta salah satu pengunjung menempelkan telapak tangannya pada layar sentuh sebagai kunci membuka gerbang masuk pameran.
Beranjak masuk, pengunjung akan langsung disambut Caca, nama Metahuman yang tampilannya serba pink khas anime. Ia akan menjelaskan seputar pameran tersebut dan pada waktu tertentu, ia bisa diajak ngobrol bak bestie oleh pengunjung. "Kalau di weekday, mulai jam 13--15, kalau di weekend, jam 14--16," ujar salah satu penjaga.
Â
Gambaran Ketidakpastian Masa Depan yang Makin Artifisial
Dari ruangan itu, pengunjung akan beranjak ruang 'kardus'. Saya sebut demikian karena interiornya dipenuhi properti dari kardus. Menurut keterangan pada tablet, zona itu bertema City of Tomorrow. Kardus yang dipakai merupakan gambaran ketidakpastian akan masa depan sekaligus harapan hidup masa depan yang lebih berkelanjutan.
Kesan artifisial semakin terasa begitu memasuki ruang berhias bunga palsu. Layar latar dipenuhi gambar bergerak yang berganti-ganti selang beberapa waktu. Kesan yang ditangkap adalah situasi interaksi manusia dengan alam yang semakin minim. Semakin banyak yang familiar dengan hasil buatan manusia daripada ciptaan Tuhan yang asli, padahal hasil buatan manusia tidak pernah bisa menggantikan yang asli.
Pindah ke ruang berbeda, ada kesempatan untuk karaoke bersama metahuman. Sebuah standing mic sengaja disiapkan untuk pengunjung yang ingin unjuk kebisaan menyanyi.
Ada pula ruang yang mengingatkan saya pada suasana distrik elektronik di Tokyo, Akihabara. Di zona itu, pengunjung bisa bermain gim konsol atau hanya berfoto dengan latar lampu berwarna-warni khas kota megapolitan.
Biaya tiket masuk Wonderlab di hari biasa adalah Rp85 ribu untuk reguler, dan Rp65 ribu untuk nasabah BCA. Sementara, di akhir pekan, biaya masuknya Rp105 ribu untuk reguler, dan Rp85 ribu untuk nasabah BCA. Anak-anak usia di bawah 2 tahun gratis.
Â
Advertisement
Tentang Bulan dan Astronot
Perjalanan mengarungi gambaran masa depan di zona experensial berbayar berakhir di ruang bertajuk Museum of the Moon karya seniman Jerman, Luke Jerram. Terdapat bola berdiameter 7 meter dengan permukaan bulan digantung di tengah-tengah ruangan, menjadi pusat perhatian utama dengan bayangannya memantul dari berbagai sisi. Itu menjadi cerminan tentang interpretasi manusia yang selalu berubah.
Tapi, pengunjung masih bisa menikmati karya seni futuristik bertema astronot di Main Atrium lantai 1. Robot astronot dengan layar yang bisa diisi dengan wajah pengunjung, asal membayar, menjadi perhatian utama. Selain karena ukurannya super besar, lapisan silver yang menyelimutinya langsung menarik perhatian.
"Melalui Wonderlab di mana ada 11 Journeys of Wonder, kami ingin membuka pikiran pengunjung dalam merefleksikan bagaimana teknologi canggih dapat membentuk masa depan kita, kehidupan kita sehari-hari, dan tempat kita di alam semesta," kata Belinda Luis, CEO Genexyz selaku inisiator pameran, dalam rilis yang diterima tim Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 27 Juni 2024.
Untuk mewujudkan pameran tersebut, pihaknya menggandeng sejumlah mitra, salah satunya TACO. Mereka menyediakan material pendukung, seperti HPL dan Sheet Mirror Series, yang memiliki kemampuan reflektif menyerupai cermin. Ada pula vinyl flooring untuk melengkapi pameran.
Dukung Perkembangan Industri Kreatif Indonesia
Vice President Brand Marketing and Corp TACO, Anastasia Tirtabudi mengatakan keterlibatannya dalam pameran itu adalah sebagai wujud komitmen untuk mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia. Pihaknya meyakini kreativitas tidak ada batasnya, sehingga orang kreatif akan selalu memiliki cara untuk mengeksplorasi material yang mereka miliki.
"Desainer Wonderlab Felix Tjahyanto menawarkan konsep futuristik, ini sesuai dengan produk baru kami yang PET Mirror," katanya.
Pameran itu disiapkan sekitar tiga bulan mulai dari konsep hingga berwujud. Tapi, TACO baru dilibatkan sekitar satu bulan terakhir. Waktu yang pendek dinilainya tidak terlalu menjadi hambatan karena konsep sudah disiapkan dengan matang. Tantangan ada pada koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat agar mobilisasi bisa berjalan sesuai rencana.
"Total material yang dipakai sekitar 1.000 meter. Kombinasi materialnya cukup banyak dipakai, ada mirror sheet, ada HPL biasa, ada HPL warna-warni... Tapi khusus untuk astronot, mungkin sekitar 20--30 persen kebutuhan," ucapnya.
Lewat pameran tersebut, pihaknya juga ingin menginspirasi calon konsumen soal cara memanfaatkan material untuk kebutuhan mereka. Produk bertema futuristik diluncurkan tahun ini sebagai respons atas tren yang berkembang. "Industri kreatif sangat luas dan berkembang. TACO harus bisa beri ide-ide baru," imbuhnya.
Advertisement