Liputan6.com, Jakarta - Istana Kepresidenan dikepung banjir pada 9 Februari lalu. Semua jalan di sekitar Istana mulai dari Jalan Medan Merdeka Barat, Medan Merdeka Selatan hingga ke kawasan Thamrin terendam banjir dengan ketinggian hingga 50 centimeter.
Banjir sempat surut pada pagi hari, namun kembali tinggi di siang hari karena hujan terus mengguyur. Kendaraan sulit melintas, beberapa sepeda motor pun akhirnya mogok.
Di terowongan, pengendara tak luput dari risiko bahaya. Dinding terowongan bocor mengucurkan air dengan deras. Jalan-jalan di Ibukota lumpuh hingga sejumlah koridor busway pun tak bisa beroperasi.
Seperti di Jalan MH Thamrin yang merupakan jantung Ibukota bak lautan. Kendaraan roda empar nyaris tak bisa melintas, hingga banyak pengendara tak bisa melanjutkan perjalanan.
Banjir juga menggenangi kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara yang melumpuhkan perekonomian. Jalan-jalan tak bisa dilalui dan warga terpaksa menggunakan perahu karet bantuan.
Hingga malam, genangan air masih ditemui di mana-mana. Lalu lintas macet parah dan sejumlah pengendara mobil masih terjebak.
Keesokan harinya kondisi tidak bertambah baik. Banjir menggenang pusat-pusat perdagangan. Banjir merendam kawasan Mangga Dua, Jakarta Utara di depan WTC Mangga Dua dan melumpuhkan aktivitas warga.
Meski masih ada tempat makan yang tetap buka. Warga yang kebanjiran terpaksa menumpang becak dengan membayar lebih. Sementara di tengah banjir tampak warga ada yang menangkap biawak.
Akibat banjir, halte Bus Tranjakarta koridor 3 berubah fungsi menjadi tempat pengungsi. Sambil menunggu banjir surut warga memilih beristirahat. Bahkan beberapa warga ada yang menginap di halte karena tak ada pilihan.
Saksikan selengkapnya dalam Barometer Pekan Ini yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (14/2/2015) dalam video di bawah ini. (Dan/Sss)