Liputan6.com, Jakarta - Dari sekian banyak pameran yang ada dalam kegiatan Konferensi Asia Afrika (KAA) ke-60 di Jakarta Convention Center (JCC), ada salah satu yang menarik sejumlah peserta dan delegasi negara-negara yang hadir‎. Yakni pameran foto-foto sejarah penyelenggaraan KAA pertama 1955 yang dipajang Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).
‎Sejumlah momen penting dalam KAA pertama itu memperlihatkan, bagaimana antusiasme negara-negara Asia-Afrika hadir di Bandung, Jawa Barat. Terutama saat delegasi 29 negara peserta KAA pertama mendengarkan pidato berapi-api Presiden RI pertama, Soekarno. ‎Pidato itu berjudul "Let's a new Asia dan new Africa be born".
Tentu, pemajangan foto ini tak cuma diharapkan sebagai nostalgia para delegasi negara asing. Tetapi juga benar-benar dapat membangkitkan kembali semangat negara-negara Asia-Afrika yang kerap dipandang sebagai negara dunia ketiga.
"Tidak hanya nostalgia, tapi diharapkan bisa membangkitkan kembali Asia-Afrika yang beberapa tengah terpuruk dengan konflik, ekonomi, sosial, dan lain-lain," ujar Koordinator Pameran ANRI, Suryagung saat berbincang dengan Liputan6.com di JCC, Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Pria yang akrab disapa Agung itu mengatakan, Indonesia selaku tuan rumah KAA pertama mampu membuat dunia terenyak. Bahwa negara-negara Asia-Afrika‎ saat itu berani berkumpul menantang dunia. Padahal, Indonesia saat itu baru berusia 10 tahun merdeka.
Pun demikian dengan KAA ke-60 saat ini, diharapkan delegasi-delegasi yang hadir mampu memberikan yang terbaik bagi kemajuan negara-negara Asia-Afrika. Foto-foto ini diharapkan mampu menularkan keberanian, ide, dan semangat untuk kembali mengguncang dunia seperti yang terjadi 60 tahun silam.
"Jadi diharapkan sekarang mereka bisa bangkit. Kita harapkan bangsa Asia-Afrika tidak dipandang sebelah mata lagi," ucap Agung yang juga Arsiparis ANRI ini.
Menurut Agung, pameran ini juga akan dimanfaatkan sebagai modal pihaknya untuk mengikuti ajang Memory of the World di Unesco nanti. Sekaligus ‎untuk mensosialisasikan khasanah sejarah Indonesia yang diarsipkan ANRI.
"Jadi pas banget momennya. Ini jadi penguatan kita untuk ikut Memory of the World di Unesco. Selain foto, kita juga ada film dan naskah-naskah KAA pertama," ucap Agung.
Bayi-Bayi Baru Asia-Afrika
Bayi-Bayi Baru Asia-Afrika
Foto-foto yang dipajang ANRI ini menunjukkan bagaimana momen-momen penting kegiatan KAA pertama di Gedung Merdeka, Bandung terabadikan. Dalam KAA itu sebagian negara ada yang baru lahir, dan sebagian lain masih dijajah.
Penyelenggaraan KAA pertama saat itu digelar Pemerintah RI pada saat Blok Barat dan Blok Timur tengah berseteru. Tepatnya pada 18 April 1955. Saat itu Indonesia bersama 28 negara lain, mampu merumuskan satu gerakan melawan dua blok tersebut.
"Let's a new Asia and new Africa be born," begitu kata Presiden ke-1 RI Soekarno atau Bung Karno dalam pidato sambutannya saat KAA pertama.
Kalimat pendek sarat makna itu dilontarkan Bung Karno dengan berapi-api. Siapa yang tak terbakar semangatnya ketika mendengar ajakan Bung Karno untuk melahirkan Asia-Afrika?‎ Nelson Mandela pun terkagum dan menjadikan itu sebagai inspirasi memerdekakan negaranya, Afrika Selatan dari tangan penjajah, Inggris.
Sejarawan JJ Rizal mengatakan, KAA pertama ini berperan besar atas kelahiran negara-negara baru Asia-Afrika. Bahkan, ada 79 negara baru setelah KAA pertama digelar. Padahal sebelum KAA dicetuskan, banyak negara di Asia dan Afrika belum mampu membayangkan untuk merdeka atau terlepas dari penjajahan.
"KAA itu telah melahirkan negara-negara merdeka baru. Bahkan sampai 79 negara. Satu hal di Asia dan Afrika yang tidak mungkin terbayangkan (merdeka) saja tidak, apalagi terlaksana, kalau tidak ada KAA," ujar Rizal.
29 Negara yang hadir dalam KAA pertama itu sebagian besar memang baru 'terlahir' sebagai sebuah negara. Seperti Myanmar (dulu bernama Burma), Sri Lanka, India, Pakistan. Tak terkecuali Indonesia, di Asia Tenggara ibarat bayi yang baru berusia 10 tahun.
Melalui konferensi yang juga dikenal Konferensi Bandung itu, Bung Karno mengajak pemimpin-pemimpin negara di Asia Afrika melawan kolonialisme dan neokolonialisme, serta imperialisme negara-negara seperti Amerika Serikat atau Uni Soviet (kini Rusia). Oleh Amerika Serikat yang memimpin Blok Barat dan Uni Soviet pemimpin Blok Timur, negara-negara di Asia-Afrika selalu dianggap sebagai dunia ketiga.
Blok Barat dan Blok Timur bahkan, sudah mengejek sejak awal ide KAA. Ide penyatuan negara-negara Asia-Afrika itu bahkan dianggap konyol dan mustahil dilaksanakan. Namun Bung Karno bersama Merah Putih terus berjalan melawan imperialisme.
‎"Peran Indonesia besar banget, karena idenya itu dari Indonesia. Dan Indonesia yang paling ngotot. Ide (KAA) itu terus dilakukan dari keyakinan teguh seorang Bung Karno," tegas Rizal.
‎Tak cuma itu, KAA 1955 itu kemudian membawa negara-negara Asia-Afrika membentuk gerakan tak memihak Barat atau Timur pada 1961. Gerakan itu dikenal Gerakan Non-Block. Gerakan yang pada akhirnya membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet saat itu mulai khawatir kedudukan dan kepentingan mereka menguasai dunia. Sekali lagi, negara-negara Asia-Afrika mampu mengguncang dunia dengan perkumpulan mereka, perkumpulan 'bayi-bayi' yang baru terlahir. (Rmn/Mut)
Advertisement