Liputan6.com, Lebak - Warga Kabupaten Lebak, Banten diminta tidak melakukan perburuan burung hantu. Saat ini populasi burung hantu di sejumlah daerah di Kabupaten Lebak terancam punah setelah 5 tahun terakhir tidak ditemukan lagi di pohon-pohon besar.
"Kami berharap warga tidak melakukan perburuan burung hantu," kata Kepala Bidang Kehutanan Dinas kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Lebak Imam R di Lebak, Senin 15 Juni 2015.
Imam menyebutkan, biasanya suara burung hantu terdengar merdu di malam hari. Namun, kini populasinya terancam punah sehingga serangan hama tikus pada sawah milik petani mengkhawatirkan.
"Kami menduga menghilangnya burung hantu itu akibat perburuan juga kerusakan hutan yang menjadi habitatnya," kata dia.
Dia mengatakan, populasi burung hantu dapat meminimalisasi serangan hama tikus hingga mencapai 60-70 persen. Namun, saat ini, burung hantu yang tinggal di pohon-pohon besar, seperti pemakaman warga maupun hutan desa sudah tidak ditemukan.
Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas yaitu karnivora, pemakan daging, serta merupakan hewan malam atau nokturnal.
"Kami minta warga tidak melakukan perburuan juga merusak hutan," kata dia.
Ia menyebutkan, terancamnya burung hantu itu membuat petani merugi karena tanaman padi sering diserang hama tikus.
Samian, warga Cibungur, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengaku tanaman padi miliknya seluas 2 hektare tahun 2014 gagal panen akibat serangan hama tikus itu. Pengalaman tahun 1990-an serangan hama tikus terhadap tanaman padi tidak begitu parah karena masih banyak ditemukan burung hantu.
Akan tetapi, ujar dia, saat ini serangan hama tikus meluas sehingga merugikan pendapatan petani "Kami pada 1980-1990-an masih mengamati banyak burung hantu di pohon-pohon besar, namun kali ini hampir punah," kata Samian.
Kusna (50) warga Kongsen Rangkasbitung, Kabupaten Lebak menyatakan, sekitar 1970-an di Kota Rangkasbitung hampir setiap malam suara burung hantu saling bersahutan mulai pukul 21.00 sampai 04.00 WIB.
"Jika burung itu bersuara maka suasana kampung menjadi sepi dan warga merasa ketakutan terhadap pertanda akan terjadinya bencana sebab hingga kini mitos burung hantu itu sebagai pertanda akan terkena petaka dan musibah," kata Kusna. (Ant/Mvi/Ali)
Perburuan Manusia, Populasi Burung Hantu Terancam Punah
Populasi burung hantu dapat meminimalisasi serangan hama tikus hingga mencapai 60-70 persen.
Diperbarui 16 Jun 2015, 07:55 WIBDiterbitkan 16 Jun 2015, 07:55 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Produksi Liputan6.com
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Libur Lebaran, Transjakarta Tambah Operasional Armada ke Tempat Wisata
Rutin Berolahraga, Ini Potret Stylish Yuki Kato dengan Pakaian Olahraga yang Bisa Jadi Inspirasi
Kebocoran Pipa Gas Petronas Picu Kebakaran Hebat di Malaysia, 145 Orang Terluka
Misi Kemanusiaan, BPBD Jakarta Kirim Tim SAR Bantu Selamatkan Korban Gempa Myanmar
Real Sociedad Incar Kemenangan di Santiago Berbaneu, Siap Eksploitasi Kelemahan Real Madrid
VIDEO: Bubuk Petasan Meledak, 4 Remaja di Blitar Terluka
Potret Titi Radjo Padmaja yang Super Elegan Kenakan Batik dengan Berbagai Model, Bergaya Kasual dan Modern
Hari Kedua Lebaran 2025, Pantai Ancol Taman Impian Dikunjungi 55 Ribu Orang
Penyebab Kepala Sering Pusing, Berikut Gejala, Diagnosis, dan Penanganannya
Maling di India Ini Pura-pura BAB Setiap Mau Ditangkap Polisi Usai Mencuri
Apa Penyebab Diare? Pahami Faktor Pemicu dan Cara Mengatasinya
Apa Penyebab Hipertensi? Pahami Faktor Risiko dan Cara Mencegahnya